The Day

22.4K 1K 21
                                    

Hai, perkenalkan. Aku Laluna Pradita, usiaku 21 tahun. Aku baru saja menyelesaikan masa kuliahku. Lega?, ya tentu saja.

Aku adalah anak pertama dari dua bersaudara. Aku hidup bersama Ibu dan Adik perempuanku yang masih duduk di sekolah dasar. Ibuku sudah tidak sekuat dulu, ia mulai sering sakit, tepatnya setelah kami yang semula hidup berempat menjadi bertiga.

Aku mengambil alih menjadi tulang punggung keluarga. Aku bekerja dari pagi hingga malam. Aku bekerja dari adikku belum bangun sampai ia tidur lagi. Ibu tidak melakukan apapun, ia hanya mengurusi rumah dan adikku.

Pagi-pagi disaat ibu dan adik masih tidur aku bangun, membawa sepedaku ke toko susu lalu berkeliling komplek untuk mengantar pesanan susu segar. Mengantar susu adalah kerjaan pertamaku setip pagi, karena pekerjaan ini aku kenal dengan banyak orang disekitar rumah, mereka memanggilku Una. Setelah mengantar susu, aku akan ke pasar membeli beberapa bahan masakan dan kembali ke rumah.

"Masakan kesukaan kak una udah siap" ujar ibu meletakkan sup ikan yang baru saja mateng.

"Hmmm selamat makan" Aku mengisi nasi dan menuang sup di piringku. Ibu juga ikut menikmati sarapan bersamaku.

"Selamat pagi bu, kak una" sapa Tiva, adik kecil kesayanganku. Tiva sudah mengenakan seragamnya, menenteng tasnya menghampiri kami. Ibu membantunya mengambil makanan.

"Kak una, adek ada acara study tour dari sekolah. Adek boleh ikut?"

Aku melihat kertas yang tiva beri. Penjelasan tentang study tour yang tiva maksud. Jumlah biaya yang diperlukan juga tertera disana. Aku memberi kertas itu pada ibu.

"Ibu tanda tangani saja" ucapku, ibu ragu melakukan itu.

"Una ada uang bu" ucapku meyakinkan ibu. Dulu waktu sekolah aku juga melakukan study tour, waktu itu masih ada ayah bersama kami. Hidupku berkecukupan, namun setelah adik lahir semua kebahagiaan sirna. Saat itu aku berjanji akan melakukan apapun untuk ibu dan adikku.

"Terima kasih ibu, kak una"

"Sama-sama, yang pinter sekolahnya" ucapku membelai pipi tiva.

Usai makan aku dan tiva pergi dari rumah barengan. Aku mengantar tiva hingga ke halte dan menunggunya naik bus yang melewati sekolahnya.

"Dah kak una" teriak tiva sebelum pintu bus tertutup. Aku melambaikan dan menunggu sampai bus itu pergi. Tak lama busku juga tiba, aku dan tiva hanya bertemu saat pagi begini. Aku jarang berlibur dengan ibu dan adikku, atau sekedar menikmati waktu santai bersama keluarga seperti keluarga yang lain.

"Hati-hati una" Bapak supir bus mengenalku karena aku selalu menaiki busnya. Ia hapal aku akan naik jam berapa dan turun dimana. Aku bekerja di toko bunga, membantu sepasang suami istri pemilik toko. Mereka sangat baik padaku, mereka mempunyai anak laki-laki yang sudah menikah dan tinggal jauh dari mereka, mereka selalu menjagaku seperi putrinya.

"Una, lihat. Bapak belikan ibu kalung" ujar ibu ketika aku sampai.

"Wah cantik sekali ibu"

"Iya secantik una" sahut bapak yang menggoda ibu, ibu kesal seharusnya bapak memujinya.

"Tapi gak apa, una memang cantik" puji ibu mencubit pelan pipiku. Aku hanya tertawa mendapat pujian yang sudah biasa aku dengar dari bapak dan ibu pemilik toko bunga.

Aku memakai apron dan sarung tangan kain, mulai merapikan bunga-bunga segar yang baru datang. Aku senang bekerja di toko ini, selain pemilik yang hangat, aku juga suka bunga. Warna mereka yang beragam memanjakan mata, harum mereka membuat tenang. Aku paling suka ketika harus merangkai bunga menjadi bouqet. Perpaduan warna dalam satu ikatan, dihias dengan wadah dan pita yang cantik.

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang