Aku dan sela ke kantor seperti biasa. Saat sedang bekerja, Papa sela tiba-tiba muncul bersama rendi. Aku tersentak dan segera berdiri menyambut mereka, aku hendak keluar tapi sela melarangku pergi. Papa sela sekilas melihatku lalu duduk di sofa disusul rendi yang sebelumnya tersenyum hangat padaku.
Sela beranjak dari balik mejanya menghampiri papa dan rendi di sofa. Aku membuat minuman untuk mereka, lalu berdiri di samping sela.
"Bagaimana pertemuan kamu dengan clara?" Tanya papa sela setelah meminum tehnya.
"Gak ada yang spesial, cuma hadirin pembukaan toko, ngobrol dengan teman bisnisnya"
"Perkembangan hubungan kamu dengan orang-orang yang udah kamu temui?"
"Tidak ada perkembangan" jawab sela singkat
"Mau sampai kapan kamu begini?, kamu sudah 27 tahun. Kamu harus pikirin waktu untuk berkeluarga"
"Aku gak minat"
"Kamu selalu jawab begitu, apa kamu mau terus sendiri?"
"Aku gak pernah bilang kalau aku akan terus sendiri"
"Lalu ini apa?, sekian pria yang kamu temui gak ada satu pun yang lanjut"
"Aku gak suka pria, mau berapa kali aku harus beri tahu?" Jawab sela kesal. Aku takut melihat ketegangan sela dan papanya. Rendi berdehem menengahi mereka.
"Aku rasa papa harus berhenti carikan pasangan buat kak sela" ujar rendi lalu meminum tehnya.
"Kalau kamu gak suka dengan pilihan papa, harusnya kamu tunjukin pilihan kamu, kalau tidak ada artinya kamu mau hidup sendiri. Orang tua mana yang mau lihat anaknya sendirian"
"Kak sela sudah punya pasangan pa" sahut rendi melirikku, aku mengalihkan wajahku, jantungku berdebar cepat ikut panik.
"Jangan bercanda rendi" tegur papa sela.
"Seisi kantor juga udah tahu pa" balas rendi, mereka serentak menatap sela.
"Iya benar..." jawab sela. Jantungku semakin cepat berdetak mendengar jawaban sela. Suasana hening sejenak menunggu lanjutan kalimat sela.
"Wanita yang berdiri di sampingku ini pasanganku" jawab sela sembari melihatku, aku juga memandang sela dengan ragu dan takut. Sela berdiri, ia meraih dan menggenggam tanganku, menarikku untuk lebih dekat dengannya. Sela beralih melihat rendi dan papanya.
Rendi tersenyum padaku, namun papa sela menatapku tajam.
"Bukannya dia asisten kamu?" Tanya papa sela
"Ya"
Papa sela masih dia menatap kami berdua. Lalu tanpa kata pergi dari ruangan ini. Rendi juga ikut beranjak hendak menyusul papanya. Namun sebelum benar-benar keluar ruangan rendi bergumam pada kami.
"Semangat, kuat!" Ucapnya mengepalkan kedua tangannya menyemangati. Aku tersenyum lebar membalas rendi. Sedangkan sela hanya diam kembali duduk.
"Papa kamu marah?" Tanyaku sambil duduk di pinggir sofa, sela meminum tehnya. Ia menarik napas dalam.
"Jangan khawatir, ini urusanku" ucap sela, aku membelai punggung tangan sela, bagaimana mungkin aku gak khawatir padanya. Aku gak mungkin membiarkan sela menghadapi papanya sendirian.
"Aku lanjut kerja, masih banyak kerjaan. Biar kita cepat pulang" ujar sela melepas tanganku dan kembali ke balik meja besarnya. Aku masih duduk memperhatikan sela yang kembali bekerja. Aku berharap sela nantinya tak memikul beban di pundaknya karena hubungan ini sendirian.
Sela mengajakku pulang setelah pekerjaannya selesai. Kami pulang telat hari ini. Sesampainya dirumah sela langsung pergi mandi. Sedangkan aku menyiapkan makan malam sederhana. Sela turun menghampiriku yang masih menata meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, She is my Girlfriend
RomanceLaluna adalah wanita sederhana yang hidup serba susah, bertemu dengan seorang wanita kaya raya. Mereka terlibat dengan perjanjian yang tidak masuk akal, namun mereka perlahan menikmati perjanjian itu.