Aku bolak balik mengecek emailku. Berharap ada balasan email dari beberapa tempat yang aku kirim lamaran kerja. Selepas kuliah, aku masih berusaha mencari kerja dengan penghasilan yang lebih layak. Impian semua orang tentunya bisa bekerja di tempat yang nyaman dengan gaji besar. Aku tak mungkin selalu bekerja paruh waktu begini, aku ingin punya pekerjaan tetap.
Dering bel yang bergantung di depan pintu masuk toko berbunyi saat pintu toko terbuka. Aku segera mengantongi hp ku dan berdiri menyambut pelanggang. Aku kagak kaget melihat wanita yang tiga hari lalu juga datang ke toko ini. Harum parfumnya masih sama, ia juga masih mengenakan kaca mata hitam dengan pakaian yang serba hitam.
"Bisa rangkaikan bunga untuk ke pemakaman?" Tanyanya, aku mengangguk menatapnya. Aku penasaran ingin melihat matanya dibalik kaca mata, tapi ia masih tak melepaskan kaca matanya, hari itu aku hanya sekilas melihat matanya.
"Ini bunganya" ucapku, wanita itu mengambil buket dan menyerahkan kartu pembayarannya. Aku tersadar ketika melihat jari tangannya, jari lentik dan panjang, serta tahi lalat di ibu jarinya. Aku melirik wanita ini, apakah ia wanita yang sama di minimart malam itu?, kalau iya bagaimana keadaannya?, apakah dia baik-baik saja?.
"Ada apa?" Tanyanya, aku tersentak. Segera menyelesaikan pembayaran dan menyerahkan kembali kartu itu.
"Ada yang salah?" Tanyanya lagi, aku menggeleng dan mengatupkan kedua tanganku depan dada.
"Tidak ada, maaf dan terima kasih sudah belanja di toko bunga ini" ucapku. Wanita itu melangkah pergi, namun ia berbalik ke arahku ketika sudah membuka pintu.
"Kamu pulang kerja jam berapa?" Tanyanya, aku mengerutkan keningku. Mengapa ia bertanya?, apa aku berbuat salah?.
"Dua jam lagi"
"Setelah itu free?"
"Tidak, saya ada pekerjaan lain"
"Cckk, wanita sibuk"
Ia bergumam, aku masih mendengar celetukannya itu, namun aku masih tetap bertanya berharap ia menjelaskan maksud ia bertanya jam pulang kerjaku.
"Ada apa?"
"Tidak apa" ucapnya lalu berbalik dan pergi. Aku masih dapat melihatnya di luar toko, menyerahkan bunga itu ke seorang pria ber jas yang menunggu di depan toko, ia menoleh ke belakang, aku mematung karna merasa wanita itu menatapku, walau jarak jauh dan di batasi oleh dinding kaca toko tapi tatapan itu seperti langsung menghujamku.
Kenapa sih dia?, pikirku sesaat setelah wanita itu benar-benar pergi.
Pekerjaanku di toko bunga sudah selesai. Ku lepas apron dan menggantungkannya dengan rapi. Ku perhatikan seisi toko sebelum pergi dan berpamitan kepada bapak yang sedang menutup toko.
Aku lanjut ke minimart. Teman shif sebelumnya menyerahkan apron padaku sebelum pergi. Aku lanjut mengambil alih melayani pembeli di balik meja kasir. Setelah pelanggan kosong, aku beralih memeriksa rak dan merapikan barang.
Pekerjaan ini bukanlah pekerjaan berat, hanya sedikit menguji mental ketika malam hari ada orang mabuk yang belanja. Untungnya tiap di atas jam 8 malam sang pemilik toko berjaga disana sampai tutup toko, jadi aku tak terlalu khawatir jika ada pelanggan aneh.
Dua es krim baru saja di letak di depanku dengan cepat, aku mengambil dan menscan barang itu.
"Ada tambahan?" Tanyaku, aku melihat orang yang tidak menjawab pertanyaanku. Wanita ini, aku mengenalnya. Kali ini ia tidak menutup kepalanya dengan hoodie, ia hanya memakai masker, mata cantiknya menatapku.
"50 ribu" ucapku, aku menyelesaikan transaksi. Mataku berputar mengikuti wanita itu keluar toko, wangi parfumnya masih tertinggal disini. Aku yakin sekali wanita ini dan wanita di toko bunga adalah wanita yang sama. Wanita di toko bunga tak pernah menunjukkan matanya, sedangkan wanita di minimart ini memperlihatkan matanya. Otakku menggabungkan potongan wajahnya yang tidak tertutup, ia cantik sangat cantik, tapi kenapa ia menutupinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, She is my Girlfriend
RomanceLaluna adalah wanita sederhana yang hidup serba susah, bertemu dengan seorang wanita kaya raya. Mereka terlibat dengan perjanjian yang tidak masuk akal, namun mereka perlahan menikmati perjanjian itu.