Problem2

5.6K 436 5
                                    

"Sela ini di kantor" Una menolak ciumanku ketika kami di lift. Aku merindukannya, akhir-akhir ini aku tak banyak waktu bersamanya. Aku ada kerjaan baru yang mengharuskanku sering keluar kantor tanpa membawanya. Saat pulang ke rumah una sudah tertidur.

"Aku kangen" Aku masih berusaha menciuminya. Una menyerah menerima pelukan dan ciumanku. Setiap pintu lift terbuka kami bersikap biasa saja.

"Una, bibir kamu" bisik Ayla ketika kami sampai. Aku bergegas masuk ruangan menyembunyikan tawaku. Lipstik una berantakan, aku belum sempat memberitahunya.

"Kamu ih, aku malu" Una menyusul dengan protesannya.

"Mana coba sini aku lihat" aku menarik pinggangnya mendekat padaku.

"Udah ih" una tahu aku hanya ingin menciumnya lagi, aku tertawa gemas padanya.

"Kamu pergi lagi hari ini?" Tanya una

"Mmm, tidak. Hari ini papa yang kesini"

"Oh kalau gitu aku diluar ya sama Ayla" Una melepas tanganku dari pinggangnya, ia hendak pergi keluar ruangan. Tiap papa bertemu denganku, sejak aku mengenalkan una sebagai pacarku, una enggan bertemu papa, aku pun paham karena sikap papa yang juga demikian.

"Sayang" aku menahan tangan una, menggenggamnya erat dan menatapnya dalam.

"Kamu boleh kok di sini bareng aku"

"Tapi aku lebih nyaman di luar nunggu kamu beres kerja sama papa kamu"

"Kamu gak mau lebih kenal papa?"

"Tapi.."

Kami serentak melihat ke arah pintu. Papa muncul dan melihat kami. Una dengan cepat melepas tanganku dan bergeser menjauh dariku. Papa masuk disusul oleh clara. Aku tak tahu kalau hari ini clara juga akan datang.

"Hai sel" clara menyapaku, ia juga mencium pipiku, aku melirik khawatir ke una.

"Ini pertama kalinya kita bertemu bertiga" ujar papa sembari duduk disusul sela, aku pun ikut duduk dengan una di sampingku.

"Bisa kita mulai?" Tanya papa, aku mengangguk membuka ipadku.

"Asisten kamu harus disini?" Tanya papa lagi.

"Ya" jawabku tanpa melihat papa. Sikap acuhku membuat papa tak lanjut protes. Kami pun memulai obrolan tentang bisnis ini.

"Kalau begitu papa percayakan dengan sela, clara bagaimana?"

"Saya senang om bisa kerjain ini bareng sela"

"Good, berarti om dan papa kamu sudah sepakat kalau kalian berdua yang turun ke lapangan"

"Iya om, nanti masing-masing dari kita yang laporan langsung ke om dan papa saya" jelas clara. Aku hanya menyimak kesimpulan akhir dari pertemuan ini.

"Ok" papa menutup berkasnya, begitu juga clara.

"Papa kamu pasti bangga punya anak yang cerdas seperti kamu"

"Terima kasih om, om juga pasti bangga punya sela" clara melihatku dengan senyumnya.

"Hmm, semakin matang dan mapan kalian, saya dan papa kamu semakin khawatir"

"Kenapa om?"

"Kalian tidak ada keinginan untuk menikah, apalagi kamu anak tunggal clara. Bagaimana perusahaan kalian, siapa yang akan meneruskan?"

"Papa gak pernah bahas masalah itu ke saya om, papa gak maksa saya buat menikah" jelas clara dengan tawa ringannya.

"Kamu sendiri sudah ada keinginan menikah?"

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang