Problem

5.6K 495 9
                                    

Aku mematung menunggu di depan lift. Aku membiarkan pekerja yang sudah menunggu lebih dulu untuk naik, lalu aku naik setelahnya. Aku langsung memasuki ruang meeting. Memulai pekerjaan tanpa membuang waktu.

Saat kembali ke ruanganku, Una sudah menungguku. Senyuman lebarnya menyambutku.

"Oh sayang, maaf aku telat" Una menghampiriku dan memelukku.

"I miss you" ucapku memeluknya erat. Una adalah tempat terbaik untukku bersikap manja. Aku sangat nyaman berada di dekatnya.

"Ibu bawain makanan untuk kamu"

"Ah, kebetulan aku lapar"

Ibu una sangat baik padaku. Sikap hangat dan ramahnya membuatku teringat mama. Aku seperti mendapatkan kasih sayang lagi dari keluarga. Masakan ibu juga sangat enak, aku khawatir berat badanku akan naik jika ibu terus membawakanku masakannya.

"Ayo kencan pulang kerja nanti" ajakku, aku ingin menghabiskan waktu bersamanya sore ini.

"Ayo"

Setelah makan kami kembali bekerja. Satu jam sebelum pulang aku mendapat telpon dari papa. Papa memintaku datang sore ini ke rumah untuk makan malam bersama keluarga. Walau berat hati, aku tak bisa menolak perintah papa.Papa sela marah dan tak setuju dengan una.

Mengingat jarak rumah utama yang jauh dari kantor, dan jalanan yang akan macet di jam pulang kerja, aku memilih pergi lebih awal.

"Kita pergi sekarang?" Tanya Una melihatku berdiri di depannya membawa barang-barangku.

"Una, aku akan pergi ke rumah papa hari ini" ucapku, sela yang hendak berdiri kembali duduk.

"Lain kali ya kita pergi kencan" Aku merasa tak enak hati membatalkan kencan kami, padahal aku yang mengajaknya pergi.

"Ok"

"See you di rumah" Aku mencium kening una sebelum pergi. Aku pergi ke rumah bersama tedy. Aku tak berniat menyetir mobil. Lebih baik aku mengumpulakan tenaga untuk menghadapi orang-orang di rumah itu.

Aku berhenti menatap rumah yang besar ber cat putih ini. Rumah dimana aku lahir dan beranjak dewasa. Rumah dimana aku pernah merasakan kehangatan keluarga. Dengan langkah berat aku memasuki rumah ini. Aku tak ingin berinteraksi dengan siapapun. Aku langsung naik ke kamar menunggu jam makan malam.

Kamar ini membuatku flashback. Kamar ini memiliki banyak foto, berbeda dengan keadaan kamarku sekarang dan ruanganku di kantor, disana aku tak memajang satu foto pun. Kamar ini memiliki banyak foto terpajang. Terutama fotoku bersama mama. Kamar ini bersih, rapi dan wangi walau tak lagi aku tempati bertahun-tahun.

Aku berbaring dikasur, menatap langit kamar. Perlahan mataku tertutup.

Tok..tok.. Aku terbangun. Shani sudah membuka pintu menatapku.

"Ayo turun!" Ajaknya. Aku bangkit dengan malas. Merapikan pakaianku dan turun bersamanya. Papa, mama shani dan rendi sudah disana. Aku memilih duduk di samping rendi.

"Sayang terima kasih ya, aku pikir kamu gak akan kasih aku apa-apa" Mama shani menunjukkan perhiasan beian di tangannya. Baru saja aku duduk, wanita ini sudah membuatku mual.

"Dalam rangka apa ma?" Tanya shani

"Hari pernikahan mama dan papa dong" jawabnya dengan senang. Sayangnya, yang merasakan kebahagiaan itu hanya dia. Tak ada yang merespon kehebohannya. Rendi juga tak menyukai wanita ini, ia kira papa akan menyesali perbuatannya dengan hidup sendiri sampai mati, tapi perkiraan itu salah, satu tahun setelah mama pergi papa memilih menikahi selingkuhannya.

"Sela, setelah ini kamu ke ruangan papa" Papa menyudahi makannya. Aku memperlambat makanku, sungguh aku tak ingin masuk ke ruangan itu. Setiap ke ruangan itu ada saja yang membuat beban hati dan pikiranku bertambah.

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang