Force

4.3K 375 8
                                    

Aku kembali datang ke rumah sesuai permintaan papa. Kali kedua aku kembali menginjakkan kaki di rumah ini, beratnya masih sama. Aku langsung menuju ruangan kerja papa, disana papa sedang bekerja. Aku duduk di sofa menunggunya selesai.

"Kamu akan tinggal untuk makan malam?" Tanya papa menghampiriku

"Tidak, aku langsung pulang"

"Ok, kalau gitu papa langsung saja" ucap papa, ia menatapku lama sebelum mulai bicara.

"Kamu harus selesai dengan asisten kamu itu?"

"Apa?"

"Kamu sudah tahu kalau papa gak setuju sama hubungan kalian. Kamu harus cepat menyelesaikan hubungan, wanita itu harus kembali ke rumahnya, dia gak perlu tinggal bareng kamu lagi"

"Aku sudah 27 tahun, papa gak berhak mengatur aku harus bagaimana"

"Papa punya hak selama kamu belum menikah"

"Kenapa papa akhir-akhir ini tertarik sekali dengan kehidupanku?, aku gak butuh papa mengurusiku"

"Papa ini orang tua kamu, jaga bicara kamu sela"

"Jangan bersikap seolah papa adalah papa yang baik, papa jauh dari kata baik"

"Terserah kamu mau bilang papa apa, tapi papa tetap tidak setuju sama hubungan kamu"

"Apa salahnya?, aku bukan memacari orang jahat"

"Pokoknya papa gak setuju!!!"

"Gak pernah ada baiknya bicara dengan papa" aku beranjak dari dudukku, menyambar tasku dan melangkah pergi.

"Clara...!"

Aku menghentikan kakiku mendengar nama clara dari papa.

"Kamu harus mengenalnya lebih dalam" lanjutnya, aku berbalik menatap papa.

"Papa setuju kalau itu clara" ucap papa lagi, aku mengerutkan keningku dan menggeleng, papa sudah semakin semena-mena.

"Aku akan anggap papa gak pernah bahas soal ini" ujarku sebelum pergi. Papa membuatku kesal sampai ke ubun-ubun, mudah sekali ia memintaku melepas una dan beralih ke clara. Ia pikir aku sepertinya yang dengan mudah berpaling dan tidak setia.

"Kamu mau pulang?" Mama shani menegurku

"Kamu gak makan malam bareng kita?" Tanyanya lagi, aku masih diam mematung.

"Kamu mulai sering ke rumah ini, kenapa gak tinggal disini saja?, kalau kamu disini kita akan terlihat seperti keluarga" shani muncul dan berjalan melewatiku.

"Kita gak pernah jadi keluarga" balasku

"Terserah, tapi kalau kamu butuh bantuanku, aku siap membantumu sebagai kakak yang baik" sahut shani, aku berdecak kesal dan pergi dari rumah ini.

"Kita jangan langsung pulang!" Pintaku pada tedy di tengah perjalanan pulang.

"Bos mau kemana?" Tanya tedy.

"Ke tempat biasa" jawabku menyenderkan tubuhku dan memijit kepalaku yang mulai berdenyut.

Aku memasuki sebuah bar, duduk sendirian memainkan gelas di tanganku. Aku menghela napas panjang berkali-kali memikirkan obrolanku dengan papa. Tedy menghampiriku dan duduk menemaniku.

"Ada apa bos?" Tanya tedy, kami berbarengan melihat hp ku yang berbunyi, tertera nama una disana.

"Una juga telpon saya" tedy menunjukkan layar hpnya yang berdering setelah itu.

"Aku kirim pesan ke una bos sama saya" jelas tedy, aku mengangguk pelan dan kembali minum.

"Bos sering bertemu tuan akhir-akhir ini"

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang