Aku memperhatikan sela yang duduk mematung di depanku. Ia duduk bersebelahan dengan ibu yang terus menatapnya sembari tersenyum lebar.
"Bu, sela jadi gak nyaman" bisikku, ibu pun menarik senyum lebarnya.
"Silahkan dimakan nak, ini masakan ibu, sup ikan ini kesukaan Una" jelas ibu mendekatkan makanan ke piring sela. Sela pun memgambil makanan yang disodorkan ibu, sela memasukkan makanan ke mulutnya dengan ditatap 6 pasang mata.
"Enak.." ucap sela, ibu menghela napas lega.
"Kenapa nak sela tiba-tiba ke rumah?, untung saja ibu masak banyak"
"Ee... saya mau bertemu una bu"
"Una?, bukannya una pulang dari kantor?"
"Ee... saya mau ambil sesuatu dari una bu"
"Oh, ya sudah. Sekarang makan dulu" ujar ibu. Kami pun lanjut makan dengan sesekali aku dan sela saling lirik.
Usai makan aku dan sela keluar rumah. Berdiri dan berbicara disana agar tak didengar ibu dan tiva.
"Kenapa kamu kesini?" Tanyaku ketus.
"Aku mau bicara sama kamu"
"Kamu gak mesti ke rumah"
"Kenapa?, kamu gak jawab telponku, kamu gak balas pesanku, bagaimana aku bisa bicara denganmu kalau begitu" jelas sela, aku pun diam mengalihkan wajahku darinya.
"Jadi, kamu suka sup ikan?"
"Hmm, sup ikan buatan ibu"
"Apalagi makanan yang kamu suka?" Tanyanya, aku menarik napas dalam, apa dia datang kesini untuk bertanya makanan kesukaanku.
"Kenapa kamu kesini sel?" Tanyaku lagi
"Apa aku gak boleh tahu banyak hal tentang orang yang kusukai?" Tanya sela balik, aku termenung, merasa gak nyaman di hati.
"Aku gak punya makanan kesukaan yang spesifik, sup ikan itu juga cuma khusus buatan ibu" jelasku. Sela tersenyum, ia mendekat menyentuh kedua lenganku.
"Una, Maaf.." ucap sela, hatiku terenyuh mendengar satu kata itu. Raut wajah sela menjadi sendu.
"Maaf karena aku kasar, maaf karena aku marah. Aku sadar harusnya aku gak begitu, aku cuma kesal harusnya kamu memelukku setelah aku menciummu, bukannya berbicara dengan orang lain" perjelasnya. Aku menelan air liurku. Sela terlihat menggemaskan dengan wajah itu, ia seperti anak kecil yang sedang merengek manja.
"Kamu mau maafin aku?" Tanya sela karena aku tak merespon penjelasannya.
"Hmm.." jawabku mengangguk
"Beneran maafin aku?"
"Iya"
"Tapi kamu gak senyum" protes sela, aku pun menarik sudut bibirku dengan cepat mengulas senyum padanya.
"Kamu sedih?" Tanyanya menangkup kedua pipiku
"Sedikit, karena kamu bentak aku"
"Mmm, bagaimana ini?, aku menyesal" sahutnya memanyunkan bibirnya.
"Tapi sekarang sudah gak apa" balasku
"Serius?, atau aku harus menciummu lagi?" Tanya sela, aku sontak mencubit kecil perut sela
"Aww, kamu masih marah?" Keluh sela lagi.
"Tidak Nidya Orsela, aku udah gak marah. Sebaiknya kamu pulang" ucapku sembari menurunkan kedua tangan sela dari pipiku.
"Mau pulang denganku?"
"Aku udah di rumah sel"
"Mmm, aku akan kesepian disana. Maukah kamu pulang denganku?" Sela menggoyangkan tubuhnya sembari menggenggam tanganku. Ia sedang merayuku untuk pulang ke rumahnya. Aku sudah di rumah dan baru saja pulang setelah beberapa hari di rumah sela.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, She is my Girlfriend
RomanceLaluna adalah wanita sederhana yang hidup serba susah, bertemu dengan seorang wanita kaya raya. Mereka terlibat dengan perjanjian yang tidak masuk akal, namun mereka perlahan menikmati perjanjian itu.