Hari ini adalah hari pernikahan tedy dan ayla. Aku Pergi sendirian ke nikahan mereka, aku ikut terharu melihat ayla menikah. Ayla menemukan orang yang tepat dan mereka tampak bahagia di depan sana, senyum mereka tak pernah pudar sepanjang acara, mereka memang tampak seperti raja dan ratu.
Aku banyak bertemu dengan orang-orang yang bekerja di perusahaan, termasuk tama. Ia datang dengan bersama seorang wanita. Ia mengenalkanku pada kekasihnya. Wanita itu juga bekerja di perusahaan yang sama. Aku turut bahagia melihat teman-temanku yang bersanding bersama orang yang dicintai.
"Kamu tidak pernah bertemu bos lagi?" Tanya tama ketika kami hanya berdua. Ia membantuku mengambil segelas minuman.
"Kamu tidak pernah mencari tahu tentang bos?" Tanya tama lagi, aku menggeleng pelan.
"Kenapa kalian memilih berpisah?" Tama menghujaniku dengan pertanyaan, aku menghela napas panjang.
"Bukankah sulit rasanya kalau kamu sangat mencintainya, namun harus terpaksa melepasnya?"
Dadaku terasa sesak, aku menoleh ke tama, menatapnya tanpa menjawab satu pun pertanyaan tama, sesaknya dadaku membuat tubuhku mulai gemetar.
"Kalian sama-sama menahan rasa sakit una, dan itu tidak baik untuk kalian. Kalian saling mencintai pasti punya tujuan, cinta kalian tumbuh bukan di waktu yang salah, cinta kalian tak pernah salah. Kalian dipertemukan tanpa sengaja itu pasti ada alasannya"
Aku termenung mendengar kalimat panjang tama, ia mendekat dan menepuk bahuku dengan lembut.
"Things happen with a reason una" gumam tama, ia tersenyum tipis lalu berlalu pergi dari hadapanku. Aku mencengkram gelas di tanganku dengan kuat, lalu meneguk habis minuman ini.
Aku menelusuri orang-orang di dalam gedung. Sosok yang ku harapkan hadir di sini tak juga kelihatan. Aku berharap melihatnya sekali saja, tapi apa aku pantas berharap begitu setelah semua yang terjadi?
Aku akhirnya memilih keluar gedung dan duduk menyendiri di taman, acara inti pernikahan ayla dan tedy sudah selesai. Aku tak terlalu menikmati acara hiburan yang ada di dalam, hati dan pikiranku terkunci dengan omongan tama barusan. Aku lebih baik mencari udara segar, agar tak terus memikirkannya.
Aku membuka heelsku. Kakiku sakit berlama-lama memakainya.
"Kenapa kamu di luar?"
Aku terperanjat mendengarnya. Aku tak melihat siapapun saat duduk disini. Aku berputar mencari asal suara. Tubuhku menegang, sosok yang aku tunggu dan yang aku harapkan datang malam ini berjalan memghampiriku.
Sela semakin dekat, ia masih memakai parfum yang sama. Mataku terpaku padanya. Ia mengenakan dress hitam nan elegan dengan bahu yang terbuka. Aku tak melihatnya dari tadi selama acara, atau aku yang tak terlalu memperhatikan sekitar.
Aku termangu melihat sela yang duduk di sebelahku. Aku bisa jelas melihatnya dengan jarak sedekat ini, lehernya yang jenjang membuatku gugup. Ia menyilangkan kakinya dan menoleh padaku. Mata cantiknya menatapku lekat, walau ia tak tersenyum seperti yang aku lihat di layar monitor terakhir kali, tapi ini cukup membuat jantungku berdebar.
"Kaki kamu sakit?"
Suara yang ku rindukan, jantungku semakin berdegup kencang.
"Kenapa acara nikahan selalu ramai, bising"keluhnya mengalihkan wajahnya dariku, ia bersender di kursi taman ini dan menatap lurus ke depan.
"Ah, untungnya makanan mereka enak, bukankah setiap acara begini orang akan menilai jamuan mereka untuk tamu?, dan kamu lihat wajah mereka?, mereka bahagia sekali, gak sia-sia aku mengenalkan mereka. Oh iya, Aku belum cerita itu kan ke kamu? Aku yang menjodohkan mereka, walau awalnya mereka malu-malu, ternyata mereka awet sampai nikah.."
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, She is my Girlfriend
RomanceLaluna adalah wanita sederhana yang hidup serba susah, bertemu dengan seorang wanita kaya raya. Mereka terlibat dengan perjanjian yang tidak masuk akal, namun mereka perlahan menikmati perjanjian itu.