Story telling

3.9K 347 5
                                    

Pagi ini setelah dokter memeriksa keadaanku, aku diperbolehkan pulang. Ya, karena aku sebenarnya baik-baik saja, aku hanya syok hari itu. Sela memegangiku, memastikan aku aman dari RS hingga sampai ke kamar. Ia membantuku berbaring di ranjang, menyelimutiku.

"Kamu sendiri dulu ya, aku buat makanan dulu untuk kamu" ujar sela, aku menahan tangan sela, menatapnya dalam. Pagi ini kami belum ada bicara apapun, aku ingin penjelasan segera dari sela. Tatapan sela sendu dengan wajah murung ia menghela napas panjang dan menunduk.

"Kamu mau kita bicara?" Tanya sela

"Hmm"

"Kamu gak mau istirahat dulu?"

"Aku sudah cukup istirahat sela"

"Ok.." Sela menarik napas dalam, ia menggenggam tanganku. "Maaf karena aku gak balas pesan kamu, hp aku di dalam tas, aku gak tau kamu kirim pesan. Lalu, aku dan clara..." suara sela terhenti, ia mengangkat kepalanya dan menatapku.

"Aku gak ada apa-apa dengan clara. Waktu itu clara lagi bantu bersihin wajah aku. Sebatas itu, apapun yang kamu pikirkan itu gak benar sayang. Aku gak mungkin menghianati kamu, aku gak mungkin lakuin hal di luar batas dengan orang lain, aku cuma sayang sama kamu. Aku takut kamu berpikir aneh sama aku, lihat kamu tiba-tiba pingsan" jelas sela, aku masih diam menatapnya.

"Aku jujur sayang, aku gak ngelakuin apa-apa, kamu percaya aku kan?" Suara sela bergetar, matanya berkaca-kaca menjelaskan situasi hari itu padaku. Aku tidak tahu harus merespon bagaimana. Aku memang mengira mereka berciuman, tapi mendengar penjelasan sela ini apa aku harus langsung menyingkirkan perkiraanku itu?.

"Selain itu, ada yang kamu mau ceritain ke aku?, hal yang jauh lebih penting?" Tanyaku, sela mematung, ia spontan cegukan. Sela meraih air di dekatku dan meminumnya sampai habis. Aku melihat kecemasan dimatanya, ia gelisah meremas jari-jarinya, matanya juga bergerak kesana kemari menghindari kontak mata denganku. Aku menggenggam erat tangan sela.

"Gak apa, aku siap dengar apapun yang kamu bilang, walaupun itu berita buruk" ucapku menenangkan sela, sela menarik napas dalam sebelum bicara.

"Baik, pertama aku minta maaf. Aku bohong tiap kali aku bilang aku gak apa, aku baik-baik aja. Aku gak mengatakan yang sebenarnya karena aku gak mau kamu terluka. Aku terbiasa merasakan sakit hati karena papa, aku terbiasa uring-uringan, emosi tak tertahan karena perlakuan papa. Saat ini, papa mengurusi hubungan kita..." ucapan sela terhenti, ia menatapku dalam dengan matanya yang berkaca-kaca.

"Papa minta aku lepasin kamu..." suara sela bergetar. Sela menunduk dalam " maaf una" bisiknya, ia terdiam lama saat menunduk, aku mendengar isakan tangis sela.  Aku memejamkan mataku, meresapi sakitnya kebenaran yang diungkap sela. Air mataku ikut jatuh dari sudut mataku, mendengar isakan sela membuatku turut merasakan sakit yang luar biasa. Sela berhambur memelukku, tubuhnya gemetar menangis sesenggukan.

"Aku gak bisa lepasin kamu.. maafin aku" ujarnya dengan deru tangisnya. Aku membalas pelukan sela, aku gak menjawab apapun, yang kulakukan hanya memeluk dan menangis bersama sela.

Setelah lebih tenang, kami saling menghapus air mata.

"Satu hal lagi una..." ujar sela, aku menyiapkan hatiku mendengar lanjutan cerita sela.

"Clara, papa memintaku untuk lebih mengenal dia"

"Papa suka kamu dengan clara?"

"Hmm, papa sangat menyukai clara"

"Itu artinya papa tidak menyukaiku kan?, karena kekuranganku banyak sekali, aku paham" ujarku, aku belum pernah sekalipun melihat papa sela tersenyum padaku.

"Lalu apa yang mau kamu lakuin?" Tanyaku

"Aku mempertahankan kamu"

"Tapi bagaimana dengan papa kamu?"

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang