Likely

6.8K 657 11
                                    

Dikantor aku merenung menunggu sela datang. Namun sela tak ada kabar hingga 1 jam berlalu. Aku enggan menghubunginya lebih dulu. Ayla tiba-tiba muncul dari balik pintu memanggilku.

"Kamu kesini gih nyusul bos" Ayla memberiku kertas kecil berisi alamat.

"Kenapa bos disana?"

"Ketemu klien, bos langsung ke tempat" jelas Ayla. Aku pun bergegas pergi menyusul sela. Aku menaiki taxi menuju tempat pertemuan. Aku berhenti di sebuah hotel. Aku menunjukkan nama tempat yang ku tuju pada resepsionis. Seorang pekerja pria mengantarku, kami menaiki lift dan sampai di lantai 7. Kami memasuki sebuah restaurant dengan view kota. Pria tadi pergi,  aku lanjut berbicara dengan pelayan di resto itu. Ia menunjukkan meja kosong yang sudah ready dengan peralatan makan di atasnya.

Aku hanya sendiri di meja ini, aku menyisir area resto. Ada beberapa orang yang duduk agak jauh dari meja ini. Kemana sela?, kenapa ia belum tiba. Aku mulai gelisah jika harus menunggu sendirian disini.

Serangkaian bunga dalam satu bucket muncul dari sampingku, aku berbalik melihat siapa yang menyodorkan bunga padaku. Sela tersenyum lebar menatapku, aku terpaku melihat sela yang datang membawa bunga. Aku tak tahu harus bersikap gimana, aku pun menerima buket bunga itu dengan ragu. Kulihat kartu ucapan di puncak bunga itu,

"Ini.."

"Ya, itu dari toko bunga tempat kamu kerja. Tadi ibu yang rangkai bunganya" sahut sela sembari duduk di depanku.

Pantas saja isi buketnya beberapa macam bunga yang sangat aku suka. Aku teringat akan ibu dan bapak toko bunga yang baik hati. Bagaimana kabar mereka?.

"Kamu ke toko sejauh itu buat beli ini?"

"Ya, karena aku pikir ibu pemilik toko tahu kamu suka bunga apa" jawaban sela membuatku terenyuh. Aku celingak celinguk memihat sekitar.

"Lalu Klien nya mana?" Tanyaku karena tak melihat siapapun bersama sela, sela pun menunjuk dirinya sendiri. Aku mengerutkan keningku.

"Aku klien kamu hari ini" jawab sela

"Jangan bercanda"

"Aku mau bicara sama kamu" Raut wajah sela berubah. Seorang pelayan datang membawa dua minuman ke meja kami. Sela meneguk minumnya lebih dulu sebelum lanjut bicara.

"Papaku dan papa clara teman, jadi papa minta aku wakilin papa untuk bantu beberapa hal pekerjaan clara. Hari itu aku pergi ke acara peresmian toko baru clara. Aku tidak suka ikut campur urusan papa, aku juga tidak mau dibawa-bawa dalam urusannya, tapi kamu tahu kalau aku gak bisa banyak bantah papa" sela menjelaskan pelan-pelan padaku.

"Dan.... Papa masih minta aku untuk ikut kencan lagi"

"Papa kamu belum nyerah?" Tanyaku, sela menggeleng. Sela meraih dan menggenggam tanganku.

"Papa sepertinya belum tahu aku punya kamu, aku akan segera beri tahu papa"

"Kamu yakin?, aku merasa bersalah kalau harus bohongin keluarga kamu"

"Bohong?"

"Kita sepakat untuk pura-pura pacaran, dan aku.."

"Kamu masih berpikir kita pura-pura?" Tanya sela, ia melepaskan genggaman tangannya, duduk bersender menatap keluar gedung. Aku terdiam, merasa bersalah mendengar pertanyaan balik sela.

"Apa kamu gak berniat serius denganku una?, apa ciuman kita juga bercanda?" Sela menatapku sendu, aku mengerjap menegakkan dudukku.

"Aku menyukaimu, apa kamu belum bisa balas perasaanku?" Tanya sela lagi. Aku menatap dalam ke sela, terbesit rasa sakit di hatiku. Aku mengingat waktuku bersamanya. Waktu aku kagum padanya, waktu aku malu dan tersipu karenanya, waktu aku kecewa, marah serta cemburu melihatnya dekat dengan orang lain selain aku.

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang