Aku tidak dalam keadaan baik menjaga toko bunga hari ini, alih-alih merapikan bunga seperti biasanya, aku malah duduk merebahkan kepalaku di atas meja. Kejadian semalam masih memberi energi tidak bagus untukku juga ibu dan adikku. Pagi ini meja makan pun terasa menyedihkan, sup hangat yang dimasak ibu pun terasa dingin dan hambar. Tak ada pembahasan apapun pagi ini. Tiva juga diam saja, ia jalan menunduk ketika kami bersama menuju halte bis, ia tidak melambaikan tangannya padaku dengan ceria seperti biasanya.
"Kamu sakit nak?" Tanya ibu mendekatiku, aku sontak berdiri, tersenyum tipis dan menggeleng.
"Tapi kamu pucat" ucap ibu menyentuh keningku.
"Gak apa bu, cuma kecapean aja"
"Kamu boleh istirahat nak, gak usah masuk kerja"
"Gak apa bu, una masih kuat"
"Ya sudah, kamu gak usah banyak kerjain ini itu dulu. Duduk disini aja nunggu pelanggan, biar bapak sama ibu yang rapiin bunganya"
"Iya bu"
Aku kembali duduk menunggu pelanggan yang datang.
"Selamat siang" Seorang pria masuk, aku mengenalnya. Pria ini beberapa kali bertemu denganku, sesering aku bertemu dengan wanita cantik itu. Aku memiringkan kepala melihat apakah ia juga ada disini.
"Saya sendiri" bisiknya, aku kaget mengerutkan keningku.
"Ada perlu apa?" Tanyaku
"Bos pesan bunga yang cantik dan segar untuk diruang kerja" ucapku.
"Ada contoh modelnya lagi?" Tanyaku karena saat awal pria ini memintaku merangkai bunga sesuai contoh.
"Tidak ada, terserah saja" ucapnya. Aku mengangguk dan beranjak ke arah jejeran bunga. Aku mengambil beberapa tangkai bunga dengan warna menyala. Merangkai bunga sedikit menghibur hatiku, aku merapikan bunga itu dan menicum harumnya, setelah dirasa pas aku memberikannya pada pria itu.
"Tidak usah bayar" ucapku
"Kenapa?" Tanya pria itu bingung ketika aku mendorong kembali tangannya yang memegang kartu pembayaran.
"Ucapan terima kasih karena sudah antar aku pulang, dan beri aku makanan"
"Jangan mbak, nanti bos marah ke saya" pria itu mengulurkan tangannya lagi
"Gak perlu"
"Tapi mbak.."
"Sampaikan ucapan terima kasih dan maaf saya" ucapku tetap menolak kartu dari pria itu. Aku kembali duduk dan memainkan hp ku. Pria itu pun pergi tanpa kata. Aku menghela napas berat, ada sedikit rasa kecewa di hatiku, aku berpikir bahwa wanita itu memang menganggapku menyedihkan, ia tak lagi membeli bunga sendiri, tapi menyuruh orang-orangnya.
Kenapa aku merasa seperti ini?
Setelah hari itu. Aku tak pernah lagi melihatnya. Hanya pria ini yang kembali datang membeli bunga setiap hari, pria itu meletakkan selembaran uang jika aku menolak menerima kartu pembayarannya. Aku masih menolak karena beberapa kali pria itu memberi uang lebih, kelebihan uang itu bahkan bisa membeli 2 buket bunga lagi."Tunggu!" Aku menahan pria itu sebelum ia masuk mobil.
"Apa dia baik-baik saja?" Tanyaku. Pria muda itu tersenyum.
"Baik, bos baik-baik saja"
"Kenapa dia tidak pernah beli bunga kesini lagi?"
"Ah, bos sedang sibuk"
"Bos?, apakah ia tak punya nama?, kenapa kamu selalu menyebutnya bos" ujarku. Pria itu tertawa
"Karena beliau memang bos saya"
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, She is my Girlfriend
Storie d'amoreLaluna adalah wanita sederhana yang hidup serba susah, bertemu dengan seorang wanita kaya raya. Mereka terlibat dengan perjanjian yang tidak masuk akal, namun mereka perlahan menikmati perjanjian itu.