Aku kembali ke rumahku hari ini. Sela mengantarku pulang, ia juga singgah menemui ibu dan tiva. Ibu memasak banyak makanan hari ini, kamipun berkumpul di meja makan untuk makan bersama.
"Bagaimana pianonya?, kamu suka?" Tanya sela, kami serentak melihat piano yang ada di sudut ruangan. Ukuran piano membuat ruangan depan semakin sempit.
"Suka banget kak, tiap libur sekolah aku latihan dirumah, walau cuma sebentar, soalnya takut ganggu tetangga" jelas tiva.
"Kami harus pindah rumah" balas sela membuat aku dan ibu membolakkan mata, sela semudah itu mengatakan pindah rumah.
"Aku baru pindah ke rumah ini kak"
"Kamu mau tinggal di rumah kakak?"
Aku terbatuk, aku menatap tajam ke sela sembari menepuk dadaku sendiri.
"Emang boleh kak?" Sahut una dengan antusias.
"Tiva.." tegurku setelah meminum air, aku menggoyangkan telunjukku ke kanan dan kiri. Tiva manyun dan kembali makan.
"Nak sela tinggal sendirian di rumah sebesar itu gak kesepian?" Tanya ibu
"Sepi bu, tapi untung sekarang ada Una. Aku ada teman bicara dan teman tidur"
"Kalian satu kamar?"
Awww... Sela terpekik karena cubitanku di pahanya dari bawah meja.
"Kenapa nak?" Tanya ibu, aku menatap tajam ke sela.
"Gak apa buk, mmm. Aku boleh bawa masakaan ibu pulang?, aku akan memakannya nanti di rumah"
"Boleh dong, ibu memang mau bawakan untuk kamu" jawab ibu.
Usai makan, sela mengikutiku ke kamar. Ia bilang ingin melihat kamarku sebelum pulang. Aku sudah mengatakan padanya bahwa aku tak punya kamar sendiri, kami bertiga tidur di satu kamar.
Sela memandangi kamar ini secara menyeluruh.
"Ibu dan tiva tidur di kamar sekecil ini?" Tanyanya, aku mengangguk. Ukuran kamar ini 1/3 dari kamarnya.
"Hmm ayo keluar, gak ada yang bisa kamu lakukan di ruangan sekecil ini" ujarku menarik sela keluar dan menutup pintu kamar. Aku mengantar sela ke depan pagar. Ia berdiri di sisi pintu mobilnya.
"Aku akan jemput kamu besok, kita ke kantor bareng"
"Gak perlu, aku bisa naik taxi, jarak dari rumah kamu ke rumah ini jauh" ucapku. Sela mengangguk mengerti, ia masuk ke mobil dan berlalu pergi.
Belum aku masuk rumah, telpon masuk dari rendi. Tumben rendi menelponku, ia mengajakku bertemu sekarang. Aku masuk sebentar pamit ke ibu dan langsung pergi menemui rendi. Kami bertemu di cafe yang tak jauh dari rumahku.
"Hai" sapa rendi setibanya aku.
"Hai, sudah lama?"
"Gak, aku kebetulan ada perlu daerah sini. aku teringat hari minggu kamu libur, jadi aku coba ajak kamu ketemu"jelasnya,. "Kamu mau pesan sesuatu?" Tanya rendi, aku melihat di depannya sudah ada cemilan dan kopi, aku pun menggeleng.
"Aku baru selesai makan"
"Ok, maaf ya kalau aku ganggu waktu kamu dengan keluarga"
"Gak apa, kamu ada perlu apa?"
"Tentang kak sela.."
"Oh, kamu juga gak suka aku berhubungan dengan sela?, seperti papa kamu"
"Bukan, sejujurnya aku kaget tapi juga senang. Kaget karena kakak ternyata berbeda, senang karena kakak bertemu kamu" jelas rendi, aku lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, She is my Girlfriend
RomanceLaluna adalah wanita sederhana yang hidup serba susah, bertemu dengan seorang wanita kaya raya. Mereka terlibat dengan perjanjian yang tidak masuk akal, namun mereka perlahan menikmati perjanjian itu.