Angry

7.5K 707 24
                                    

Pagi ini aku sudah kembali ke kantor. Aku sudah bisa berjalan seperti semula tanpa rasa sakit. Sela juga mengizinkan aku untuk kembali ke kantor, jadi Pagi ini aku berangkat bersama sela. Saat memasuki lobi menuju lift Aku berpapasan dengan tama.

"Bagaimana kaki kamu?, udah baikan?"

"Sudah Tam"

"Syukurlah, aku khawatir kamu kenapa-kenapa, apalagi kamu sampai gak masuk beberapa hari"

"Gak apa kok, cuma keseleo aja"

"Ayo masuk!" Ajak tama saat lift terbuka. Aku hendak masuk namun menoleh sekilas ke sela yang tetap berdiri melipat tangan depan dadanya. Aku mengurungkan niatku, mempersilahkan yang lain untuk naik lebih dulu.

Pintu lift di sebelahnya terbuka, para karyawan yang ikut menunggu lift pun meminta sela dan aku naik lebih dulu.

"Cih, dia terang-terangan bilang khawatir sama kamu" ceketuk sela

"Siapa?" Tanyaku, sela hanya mendengus kesal. Aku teringat tama yang baru bicara denganku.

"Tama cuma nanya keadaan kakiku"

"Aku tahu" jawabnya ketus

"Kamu marah?"

"Tidak, Dia cuma bisa khawatir, sedangkan aku bisa lakuin apapun" ucapnya sambil berlalu mendahuluiku keluar lift. Aku tersenyum malu memahami ucapan sela.

"Hai Ayla"

"Hai, kamu udah sembuh"

"Sudah" jawabku sembari berputar

"Hey hati-hati" tegur Ayla, aku hanya tertawa menghampirinya.

"Kegiatan bos apa hari ini?"

"Cuma beresin kerjaan di kantor aja"

"Ok" jawabku hendak masuk ruangan sela

"Una, kamu lebih baik disini deh"

"Kenapa?"

"Ada papa bos di dalam" bisik Ayla, aku mengerutkan keningku, sela juga tak memintaku masuk bersamanya seperti biasa. Aku pun duduk bersama Ayla.

"Ada apa?"

"Gak tau, tapi tadi papa bos minta gak ada siapapun yang boleh masuk" jawaban una membuatku khawatir, ada apa?, kenapa tiba-tiba?, apakah sela ada masalah?.

Aku memilih membantu pekerjaan Ayla dari pada sekedar duduk menunggu sela selesai bicara dengan papanya.

"Sini aku aja yang fotocopy"

"Yakin gak apa?, kaki kamu baru sembuh"

"Duh jangan lebay deh" ucapku meraih berkas dari tangan Ayla, aku pun turun menaiki lift untuk fotocopy.

"Hai tam" sapaku setibanya di depan mesin fotocopy. Tama sedang berdiri disana menunggu miliknya.

"Kamu mau fotocopy juga?" Tanya tama, aku mengangguk mengankat kertas yang ku bawa.

"Bisa ajarin aku gak?, maaf aku belum pernah" bisikku, tama tertawa ringan. Ia pun mengajariku menggunakan mesin ini. Setelah mengajariku ia juga memintaku untuk mencobanya sendiri.

"Wah thankyou tam"

"Sama-sama, kalau perlu bantuan lagi kamu hubungin aku"

"Ah, aku belum punya nomor kamu"

"Aku punya nomor kamu, nanti aku hubungin kamu. Sekarang aku harus balik ke ruangan"

"Ok tam"

Selepas tama pergi, aku pun kembali ke atas.

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang