DEAL

8.7K 736 10
                                    

Aku mencari kartu nama ayla di dalam tas ku. Ku raih hp dan mencoba menghubungi ayla. Telponku tak dijawab, aku melihat jam. Sudah terlalu larut untuk menghubngi ayla, walaupun ia bilang hubungi ia kapanpun. Aku pun mengirim pesan padanya.

Selamat malam, mbak Ayla. Saya setuju dengan perjanjian kerja ini

Aku menutup laptop dan menyingkirkan hp ku. Aku menarik selimut dan tidur.

*****
"Kenapa kamu selalu tidur di luar Na?" Ujar ibu ketika aku bangun. Aku hanya merintih menggerakkan kedua bahuku yang pegal karena tidur di sofa.

Aku bersiap mengantar susu dan kembali satu jam setelahnya. Aku masuk ke kamar, tiva sedang bersiap pergi sekolah. Aku melirik tiva, aku hendak menyanyakan perihal les yang ia sembunyikan. Namun aku mengurungkannya.

Aku mengantar tiva seperti biasa, menatap kepergian bus dengan berat hati. Apa yang akan aku katakan pada tiva, besok ia akan pergi study tour. Tiva anak yang cerdas dan pengertian, ia pasti memikirkanku hingga tak memberitahuku tentang keinginannya untuk ikut les matematika dan piano.

Drrtt...Drrttt... aku merogoh sakuku, membaca satu pesan masuk.

Selamat pagi, mbak laluna. Silahkan datang ke kantor hari ini. Terima kasih.

Aku bergegas mencari taxi dan meluncur ke kantor. Jika menaiki bus aku pasti akan telat. Saat tiba di kantor aku di hadang oleh security. Ah, aku lupa membawa kartu nama wanita itu.

"Saya sudah ada janji pak"

"Maaf nona" Security ini masih menahanku. Aku bingung dan menelpon ayla. Satu panggilan tak terjawab, ku coba lagi tetap saja tak ada jawaban. Aku berdecak kesal dan berbalik hendak pulang saja untuk mengambil kartu nama itu. Memikirkan biaya taxinya saja sudah membuatku kesa. Aku bersungut-sungut berjalan menuju lobi, dan..

Brukk...

Aku terhuyung setelah menabrak orang di depanku. Aku berusaha menyeimbangkan tubuhku tapi tetap saja aku limbung dan jatuh. Aku memejamkan mataku dengan erat, namun aku tak merasakan sakit. Aku mengerjap membuka mata, Sela. Ia ada di depanku, memelukku.

"Maaf" kataku bergegas berdiri melepaskan diri. Sela memperhatikanku dari atas hingga ke bawah.

"Kamu sedang apa di sini?"

"Mau bertemu kamu" jawabku, sela mengerutkan keningnya masih menatapku.

"Mbak Ayla minta aku datang hari ini"

"Lalu kenapa kamu masih disini?"

"Ah, aku gak bawa kartu nama kamu. Security gak izinin aku masuk" jelasku.

"Ikuti aku!" Ucapnya berjalan melewatiku, aku pun mengikutinya. Berjalan melewati security yang membungkuk, melewati orang-orang disekitar yang juga membungkuk. Aku merasa tak nyaman dan membalas bungkukan mereka. Kami berhenti di depan lift. Orang-orang yang sudah berdiri di depan lift pun memilih mundur memberi kami jalan, bahkan membiarkan kami naik lebih dulu.

"Selamat pagi bos" sapa Ayla ketika kami sampai, Sela tak menjawab, aku menganggukan kepala menjawab salam ayla. Ayla pun ikut dengan kami masuk ke ruangan.

"Ini berkas untuk mbak laluna bos" ucapnya meletakkan selembar kertas di atas meja. Aku melirik Sela yang duduk di depanku dengan kaki menyilang.

"Berkas yang lain sudah saya letak di meja bos" ucap ayla lagi.

"Baik, tolong buatkan saya kopi!" Pinta sela, ia menengadahkan kepalanya bersender di senderan sofa. Ia memijit leher dan dahinya.

"Baik bos"

"Bukan kamu ayla" sahut bos, aku dan ayla saling pandang. Sela menunjukku tanpa melihatku. Aku tertegun, ia memintaku membuat kopi. Walau ragu aku pun beranjak mengekori ayla keluar ruangan.

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang