Aku bekerja lebih giat dari biasanya, aku meyakinkan klien untuk bekerja sama dengan perusahaanku, tidak mudah meyakinkan atau mengambil hati mereka setelah isu-isu miring yang menerpa, tapi sebagai pebisnis aku tak menciut, aku bahkan semakin semangat hingga kerja lembur.
Hari ini aku pulang lebih larut, una sudah pulang lebih dulu bersama tedy. Aku tiba di rumah, tumben sekali una tidak menyambutku. Aku langsung naik ke kamar, tapi una tak ada. Aku memanggilnya, mencari una.
Telponku tak dijawab, aku menelpon tedy. Tedy bilang ia sudah mengantar una ke rumah. Lalu dimana dia, kenapa ia tak mengabariku. Setelah memutuskan telpon tedy, satu pesan masuk dari una.
Aku kembali ke rumah, aku akan tinggal bersama mereka, tempat dimana seharusnya aku berada. Jangan mencariku, aku yang meninggalkanmu, aku tidak ingin bertemu denganmu lagi
Deg,
Deg,
Deg,
Apa ini?, mengapa una mengirimku pesan begini. Aku kembali menelponnya, telponku sudah tak masuk, nomor una sudah tak aktif. Aku berputar-putar, apa salahku?, kami terakhir baik-baik saja, tak ada pertengkaran sama sekali.
Aku beranjak melihat isi lemari. Tak ada satu pun barang una yang tersisa. Koper miliknya sudah tak ada.
Aku semakin panik, aku kembali menelpon tedy
"Kamu yakin sebelumnya tidak ada masalah?"
"Tidak ada bos, sikap una tidak ada yang aneh. Setelah mengantarnya pulang, saya kembali ke kantor"
"Lalu kemana dia?..." tanyaku, aku menggigiti ujung kuku ku dengan gelisah.
"Kita ke rumah una. Sekarang!!!" Ujarku lalu mematikan telpon dan turun menemui tedy. Aku meminta tedy melaku lebih cepat. Aku ingin segera bertemu una. Aku berulan kaki membaca pesan una, dia meninggalkanku?,. Tidak mungkin. Una juga mencintaiku,. Ia tak mungkin pergi begitu saja tanpa memberiku penjelasan apa-apa.
Aku segera turun dari mobil, dari luar rumah ini gelap dan sepi. Apakah mereka sudah tertidur, aku ragu ingin memanggil mereka, aku mencoba menelpon una lagi, tapi tetap saja tak ada jawaban karena nomornya masih tak aktif. Aku pun tak sabar, aku memanngil una, tak ada jawaban setelah aku panggil berkali-kali.
"Ada apa ini ribut sekali" Seorang wanita paruh baya muncul dari rumah sebelah.
"Maaf.." ujar tedy menghalangi wanita ini yang mendekatiku.
"Tidak ada orang di rumah ini" ujarnya, aku menoleh padanya.
"Gak ada orang?"
"Hmm, saya juga tidak tahu kenapa mereka tiba-tiba pindah"
"Pindah?"
"Iya, mereka bawa semua barang" jelas wanita ini, aku berbalik merengsek masuk menerobos pagar yang ternyata tidak dikunci. Aku membuka knop pintu yang juga tak dikunci. Ku nyalakan lampu, dan benar saja. Ruangan ini sudah kosonh. Sofa, TV dan piano sudah tak ada, aku beralih menuju kamar mereka, tak ada satu barang pun yang tertinggal.
"Ada apa ini bos?" Tanya tedy yang juga terkejut melihat tak ada apapun diseisi rumah. Rumah ini bersih dan kosong.
Aku berjalan lunglai dan bersender di sisi mobil. Pikiranku melayang, aku bingung dengan situasi yang tiba-tiba begini. Kemana mereka pergi?, kenapa mereka tiba-tiba menghilang.
"Apa una bertemu papa?" Tanyaku
"Saya tidak tahu bos"
"Kamu langsung balik ke kantor setelah antar una kan?"
"Iya bos"
"Periksa CCTV" ujarku sembari masuk ke mobil, jantungku berdebar cepat membayangkan una bertemu papa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, She is my Girlfriend
RomansaLaluna adalah wanita sederhana yang hidup serba susah, bertemu dengan seorang wanita kaya raya. Mereka terlibat dengan perjanjian yang tidak masuk akal, namun mereka perlahan menikmati perjanjian itu.