Her deep Story

8.5K 696 4
                                    

"Mau jadi pacarku?"

Pertanyaan itu masih terngiang olehku. Walau sela tak menuntut jawabanku, namun ia sudah mengatakan itu. Sela mengalihkan obrolan canggung itu, ia seketika mengajakku pergi dari kantor. Aku tak tahu kami akan kemana, tapi mobil berjalan jauh, sela juga hanya diam memejamkan matany saat di perjalanan.

Tedy menghentikan mobil di pinggir jalan. Aku melihat keluar jendela, suara deru pantai terdengar di telingaku. Aku bergegas keluar mengikuti sela, ku lihat daerah sekitar. Kami pernah ke daerah ini waktu itu, ya ke resto milih rendi adiknya bos. Namun kami berhenti di pinggir jalan. Aku mengikuti sela melewti jalan bebatuan dan berhenti diujung batu yang besar. Sela duduk disana, aku pun duduk didekatnya.

Sela masih tak bicara, ia menarik napas dalam, memejamkan matanya. Deru ombak menerpa pinggiran batu, angin pantai membelai wajah kami.

"Apa yang kamu pikirkan tentangku setelah beberapa hari bersamaku una?" Tanya sela, aku menatap sela, aku memperhatikan wajahnya dari sisi samping.

"Kamu seperti bunga matahari"

"Kenapa?"

"Kamu cantik, hatimu baik, kuat, berani,.." jelasku, sela tertawa pelan.

"Nyatanya di dalamnya aku seperti bunga lily kan?" Ucap sela menoleh padaku, aku tersenyum tipis. Setelah bersamanya walau sebentar, aku tahu sela kesepian dan selalu sedih. Tapi aku tak salah mengatakan ia seperti bunga matahari.

"Kamu tahu, disini mamaku pergi untuk selamanya" ucap sela, aku tersentak sela mengatakan hal ini, bukankah ini terlalu pesonal, apa tak masalah ia menceritakannya padaku?.

"Mamaku mengakhiri hidupnya disini, mama melompat dari batu ini, dan mamaku tidak bisa berenang" sela menoleh padaku, matanya berkaca-kaca

"Aku selalu kesini tiap merindukannya" lanjutnya, sela menarik napas dalam, ia menatap ke pantai yang bergelombang.

"Mama dan kakek adalah dua orang yang sangat aku cintai. Kakek adalah papanya mama. Mereka hanya hidup berdua sejak mama kecil. Mamaku jatuh cinta dengan papa, kakek memberikan semuanya pada mereka. Kakek pikir mamaku akan bahagia bersama papa, ya aku pikir juga begitu. Tapi mama memendam semuanya sendiri..." sela menghentikan ceritanya, aku menggenggam tangan sela.

"Kamu tak perlu cerita semuanya sekarang" kataku menenangkan sela, aku tak ingin ingatan buruknya semakin menyakitinya.

"Aku tak ingin menikah una" ucap sela, aku mengerjap menatapnya.

"Aku tak ingin kecewa seperti mama.  Aku kasihan padanya, kenapa mamaku harus berakhir seperti itu" ucapnya dengan nada bergetar. Aku duduk mendekat ke sela, ku tarik ia dan memeluknya erat.

"Mamamu sedang memperhatikan, jangan mengasihaninya. Kamu harus meminta agar mama kamu disana berada di tempat terbaik" ucapku menepuk pelan punggung sela. Sela membalas pelukanku, ia memelukku erat tanpa kata.

"Apa kamu selalu menahan air matamu?, lebih baik kamu melepasnya agar tidak menumpuk dihatimu" pelukan kami terlepas, aku menatap sela, aku ingat pernah melihat sela menangis meraung ketika di depan minimart.

"Aku akan terlihat lemah jika menangis"

"Kamu boleh menangis di depanku, aku gak akan pernah anggap kamu lemah"

Ia menarik napas dalam. Kembali memandang ke pantai. Kami duduk disana sampai matahari terbenam.

"Mau makan malam di resto rendi?" Tanyaku saat kembali ke mobil. Sela menggeleng pelan

"Ayolah, aku ingin makan seafood" ucapku, sela diam sejenak lalu mengangguk. Tedy pun membawa kami ke resto rendi yang dekat dari tempat kami berhenti. Resto rendi tampak ramai, kami pun memilih duduk di luar.

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang