Malam harinya setelah makan malam dan sebelum tidur, sela menceritakan tentang masalah perusahaan padaku. Kami bercerita duduk di atas ranjang saling bersandaran.
"Para dewan ragu denganku, mereka mendengar hubungan kita. Tapi aku tak bisa marah pada mereka, hak mereka jika menganggap hubungan kita salah, memalukan atau apalah. Jika mereka menjual saham mereka pada papa aku juga gak bisa marah, mereka punya hak"
"Kalau mereka jual saham ke papa, apa itu berdampak besar ke perusahaan?"
"Hmm, aku memang pemegang saham utama, tapi kekuatanku juga di pengaruhi pemegang saham yang lain, ancamannya aku bisa banyak kehilangan klien"
"Mmm, itu bahaya sel"
"Ya, banyak orang yang bergantung pada perusahaan"
"Apa yang akan kamu lakukan?, bukankah pilihan paling mudah itu melepasku?" Tanyaku, aku sedih mengatakan ini. Tapi itu pilihan termudah. Aku hanya satu orang, ini lebih baik dari pada mengorbankan banyak pihak.
"Jangan bicara asal.."
"Pasti kamu juga berpikir sama, kamu pebisnis, kamu tahu mana yang menguntungkan mana yang tidak" jelasku
"Lalu bagaimana kalau aku rela mengorbankan semuanya demi kamu?"
"Kamu gila"
"Kenapa?, hidupku juga tak ada artinya tanpa kamu"
"Jangan bicara asal.." kataku membalik ucapan sela. "Kamu sendiri tahu Banyak orang yang akan kehilangan pekerjaan, mereka akan kesulitan, bukan hanya yang bekerja padamu, tapi keluarganya juga. Aku tahu susahnya mencari pekerjaan dengan gaji yang mampu menutupi kebutuhan keluarga.." Aku teringat hidupku yang bekerja 24/7 demi menghidupiku, ibu, adikku dan membayari kegilaan ayahku. "Kamu gak tahu sulitnya.." suaraku bergetar, aku berhanti bicara. Sela memelukku.
"jangan lanjut bicara. Aku mengerti maksud kamu. Aku akan cari cara untuk pertahanin keduanya. Kamu dan perusahaan. Ok?" Ujar sela, aku perlahan mengangguk.
"Maaf sayang"
"Kenapa kamu minta maaf?"
"Karena aku kamu harus punya masalah begini, kamu pasti stres mikirin perusahaan"
"Aku gak punya pilihan untuk berhenti atau mundur, aku akan terus maju berjuang seperti sebelumnya. Aku sudah rasakan banyak sakit. Kehilangan mama, kehilangan kakek, bekerja setiap saat demi memegang perusahaan sepenuhnya. Aku akui sempat ragu, tapi semakin aku ragu semakin besar peluangku kehilangan kamu una, dan aku gak mau itu terjadi"
"Apa kamu menyesal?"
"Gak, rasanya seperti aku kembali mulai dari awal, berjuang melawan papa sendiri" jawab sela tertawa ringan, aku tersenyum tipis. Tawa sela hanya menutupi sedihnya, ia pasti lelah terus-terusan menghadapi papanya.
"Ayo tidur, aku ngantuk" Sela pun berbaring, merentangkan tangan kirinya untuk menjadi bantalanku, aku ikut berbaring memeluknya. Aku mendongak melihat sela yang menutup matanya.
"Kamu harus tidur!" Ucap sela membelai kepalaku, aku menurunkan kepalaku dan semakin meringkuk memeluk sela.
"Sweet dream sayang" bisikku.
*****
Pagi ini sela kembali rapat dadakan. Aku duduk sendirian di depan ruangan. Ayla buru-buru pergi ke ruang meeting menyusul sela yang sudah lebih dulu pergi. Kali ini aku tidak ikut rapat sesuai permintaan sela. Aku yakin rapat mendadak ini pasti karena isu saham mereka.
Sela dan ayla belum kembali ke ruangan, padahal sudah jam istirahat. Aku mengotak atik komputer di meja ayla, melihat webiste perusahaan, mencari-cari info tentang saham perusahaan. Melihat grafik di layar komputer membuatku gelisah, aku mengigiti ujung kukuku. Grafik saham perusahaan secara keseluruhan menurun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, She is my Girlfriend
RomanceLaluna adalah wanita sederhana yang hidup serba susah, bertemu dengan seorang wanita kaya raya. Mereka terlibat dengan perjanjian yang tidak masuk akal, namun mereka perlahan menikmati perjanjian itu.