Behind story

6.9K 521 10
                                    

NIDYA ORSELA

Mmm... Bagaimana aku memulai ceritaku?. Aku rasa tak ada yang menarik dari diriku sebelum aku bertemu Una, kekasihku.

Aku terlahir dengan sendok emas di mulutku. Mungkin begitulah istilah untuk orang yang lahir dengan serba kecukupan.

Aku anak pertama dari dua bersaudara. Adikku satu-satunya bernama Rendi. Aku memiliki orang tua lengkap sejak kecil, Mama, Papa serta Kakek yang sangat menyayangiku. Aku masih sempat merasakan cinta kasih keluarga.

Mama adalah sosok yang paling ku cinta, ia selalu menemaniku setiap saat. Mama adalah sahabatku satu-satunya. Kami berdua saling membutuhkan. Walau aku punya adik, tapi aku tahu cinta mama sangat besar untukku. Begitupula kakek, kakek yang menemaniku sejak kecil hanya satu, beliau adalah ayah dari mamaku. Kakek sangat menyayangiku, ia selalu memperlakukanku seperti anak kecil walau aku sudah menginjak 17 tahun.

Kebahagiaan di rumah mewah ini sirna seketika saat aku pulang sekolah malam itu. Aku pulang larut karena aku ada kelas tambahan sebagai siswa akhir di jenjang SMA.

Aku melihat pecahan kaca berserakan. Guci kesayangan papa hancur lebur di lantai. Di sana berdiri papa, mama dan juga rendi yang berdiri di ujung.

"Aku gak ada hubungan apa-apa lagi sejak hari itu" ucap papa dengan suara keras

"Bukan berarti hubungan kalian selesai, Anak itu lahir dari kelakuanmu yang menjijikkan" balas mama tak kalah keras. Aku mematung mendengar perdebatan ini.

Anak?, siapa?, papa selingkuh?, dengan siapa?. Banyak pertanyaan muncul di benakku. Mama pergi melewatiku menuju pintu. Aku mengikuti mama yang menangis keluar rumah.

"Mama mau kemana?" Tanyaku, mama menepis tanganku dan masuk ke mobil. Aku berusaha menahan mama tapi mama tetap pergi membawa mobilnya. Aku panik melihat mama mengendarai mobil dalam keadaan begitu. Aku kembali ke rumah menghampiri papa.

"Pa, mama..."

"Kamu masuk!"

"Tapi pa.."

"Masuk!!!" Mata papa menyala menahan marah. Aku tak bisa lagi membantah papa, aku pun masuk ke kamar walau ragu.

Sejak itu aura di rumah menjadi muram. Mamaku tidak kembali ke rumah sejak hari itu. Aku mendatangi kakek untuk mencari tahu keberadaan mama. Aku pun pergi bersama kakek mendatangi mama.

Kami berhenti di depan sebuah resto, resto ini berada di pinggir pantai. Dari jauh aku melihat mama berdiri menatap pantai. Aku berlari menghampiri mama. Mama tersenyum melihatku, ia merentangkan tangannya memelukku. Tanpa diminta, mama menceritakan apa yang terjadi padaku. Mama bilang gak akan menyembunyikan apapun dariku karena aku sudah 17 tahun saat itu.

"Papa kamu bukan cuma milik kita, ada orang lain yang juga bergantung padanya. Kamu memiliki seorang kakak sela" jelas mama membuatku seperti disambar petir. Langit yang mendung menambah muramnya wajah mama.

"Mama gak bisa terima itu" ringkih mama sambil menangis. Mama memelukku dengan erat, aku ikut merasakan sakitnya hati mama. Aku menatap kakek yang berdiri tak jauh dari kami dengan linangan air mata.

Keributan terus terjadi sejak hari itu. Kakek yang juga merasa dikhianati pun tak ingin bertemu papa. Mama memilih tinggal sendirian di resto ini. Resto ini milik kakek saat dulu masih bersama nenek.

Aku yang sedang berada di tingkat akhir kesulitan harus membagi fokus antara sekolah dan keadaan keluarga. Selesai SMA kakek mengirimku kuliah ke luar negeri untuk belajar bisnis. Sesekali aku pulang menemui mama, hingga waktu 3 tahun berlalu. Kabar buruk menjadi rasa sakit yang tak pernah hilang.

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang