What the hell

4.6K 418 58
                                    

LALUNA

,... Apa yang harus aku lakukan?, aku mencintaimu, tapi aku juga mencintai mama. Kamu masa depan yang aku impikan, mama adalah kenangan dalam bentuk perusahaan. Aku berjuang untuk keduanya, tapi bisakah aku mempertahankannya juga

Aku tidak benar-benar tidur. Aku mendengar dengan jelas tiap kata yang sela bilang. Apa maksud sela?, aku?, mamanya?. Sepanjang jalan pulang aku memikirkan itu. Berkali-kali aku melirik sela ingin bertanya padanya. Tapi melihat sela yang akhir-akhir ini sering murung membuatku takut bertanya. Takut jika pertanyaanku semakin menambah bebannya.

Aku juga Bingung bagaimana menyikapi perubahan sela. Aku mau tahu apa yang sedang dipikirkannya, apa yang membuatnya sering pulang larut, jarang menghabiskan waktu denganku. Aku merasa kesepian di rumah sebesar ini, aku juga merasa bosan ketika di kantor tak ada sela. Aku merindukannya, saat ia pulang aku senang bisa disentuh olehnya, mendengar bisikan manjanga, tidur dalam pelukannya.

Aku sedih tiap melihatnya pulang dengan wajah murung begitu. Saat aku memberanikan diri bertanya, sela tak pernah memberiku jawaban. Aku tahu ia punya masalah dengan papanya, tapi apa salah sebagai pasangan aku ingin mendengar ceritanya, ingin tahu isi hati dan pikirannya. Apa yang membuatnya sedih. Sikap sela yang menyimpan semuanya sendiri semakin membuatku kesal.

Hari ini sela kembali memintaku pulang lebih dulu. Aku sedang tak ingin berdebat dengannya, mengingat akhir-akhir ini kami mulai sering berdebat, jadi aku nurut untuk pulang.

Sesampainya di rumah aku bermalas-malasan di kamar memainkan sosmed. Satu kalimat yang lewat membuatku tersentuh. " seseorang yang terbiasa sendiri akan sulit mengekspresikan apa yang sedang menjadi beban di hatinya, ia memilih menyimpan dan berusaha menyelesaikannya sendiri" . Aku teringat sela.

"Kamu makan malam di rumah ya, aku masak"
Aku mengirim pesan ini ke sela.

Harusnya sore ini sela sudah di rumah. Sela tak membalas pesanku. Aku menunggunya pulang sampai langit gelap ia juga tak muncul. Seperti biasa saat sela tak ada kabar, aku akan menelpon tedy.

Tedy bilang sela masih di kantor. Aku menatap meja makan yang sudah berisi makanan. Aku memutuskan menyusul sela dengan membawa serta semua masakanku. Aku akan makan malam dengannya disana. Aku menata makanan dengan rapi dan cantik agar sela senang. Aku ingin mood kami berdua membaik kali ini.

Aku pergi ke kantor dengan taxi. Aku berjalan memasuki area kantor dengan riang. Ini pertama kalinya aku membawa masakanku ke kantor dan akan memakannya bersama sela, aku pacar yang manis kan?, sela juga banyak pekerjaan di kantor, aku harap ia akan suka dengan kejutanku.

Kantor mulai sepi, aku berpapasan dengan beberapa orang pekerja. Saat sampai di lantai atas, tak ada siapapun di depan, ayla pasti sudah pulang sejak sore tadi. Aku buru-buru masuk menemui sela.

Apa???, kalian sedang apa???

Pertanyaan itu menggema di dalam benakku. Aku tersentak melihat pemandangan di depanku. Sela dan clara duduk berduaan, kenapa duduk berdekatan, kenapa sela menghadap clara, kenapa tangan clara ada di pinggang sela?, apa yang mereka lakukan?, kalian ciuman?, atau...

Aku melihat meja yang penuh dengan makanan. Mereka makan malam bareng?. Kedua Tanganku mengepal, Aku menggenggam erat handbag yang berisi masakanku. Pandanganku tiba-tiba kabur, aku pusing. Aku berpegangan pada ambang pintu sambil berusaha melihat sela, dalam pandanganku yang kabur aku melihat sela beranjak dari duduknya, aku samar memanggil namanya. Tidak, aku tidak boleh jatuh.

*****

Aku gak akan pernah melepas genggaman tangan ini

Aku mengingat kalimat sela ini. Aku tersenyum membayangkan bahwa kami akan selalu bersama. Kami jatuh cinta, kami saling membutuhkan satu sama lain.

Yes, She is my GirlfriendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang