Aku mengantar una ke kantor sebelum pergi menemui papa. Una mengemasi barang bawaannya sebelum turun.
"Nanti kamu makan siang bareng yang lain dulu ya, aku sepertinya ke kantor setelah makan siang" ujarku sebelum una keluar.
"Ok, kamu hati-hati, jangan terlalu ribut dengan papa kamu"
"Hmm,." Jawabku mengangguk. Aku mencium singkat bibir una sebelum ia turun dari mobil. Aku masih diam memperhatikan una jalan memasuki kantor.
"Bos sudah beritahu una?"
"Masalah apa?, tentang papa yang minta aku akhirin hubungan kami?"
"Ya bos"
"Kalau kamu di posisiku, kamu gak akan memberitahu pasanganmu tentang hal itu" jawabku.
"Tapi una berhak tahu bos"
"Aku khawatir tedy..." balasku. Mobil pun kembali berjalan setelah una hilang dari pandanganku.
"Mmm,. Sejujurnya Aku gak bisa memberi masukan atau banyak berkomentar tentang asmara bos, karena aku sendiri pun belum pernah punya pasangan"
"Kita gak jauh berbeda, kita hanya bermain-main dengan orang lain. Tapi kamu akan berhenti saat bertemu orang yang tepat"
"Bos beruntung bertemu una"
"Kenapa kamu juga gak mencoba memiliki hubungan yang serius?"
"Aku gak punya waktu untuk itu bos"
"Kamu gak perlu berkelana buat cari orang itu, disekitarmu juga ada"
"Maksud bos?"
"Ayla, dia wanita yang baik"
"Ayla?, sekretaris bos?"
"Ya, bukankah dia cantik?"
"Eee... yaa"
"Kamu punya nomornya, kenapa gak mulai dengan berbicara hal lain selain tentang kerjaan dan aku" ujarku, tedy terdiam melirikku dari spion. Aku terenyum tipis memihat tedy yang salah tingkah.
Aku telah sampai di depan resto rendi. Parkiran di resto ini masih sepi. Seingatku resto ini selalu ramai sebelum rendi renovasi besar-besaran, apa rendi punya kendala dengan pengembangan bisnisnya?.
Aku lanjut berjalan masuk ke resto. Aku melewati para pelayan dan naik ke lantai dua. Aku mengetuk ruangan kerja rendi sebelum masuk, papa dan rendi sudah ada disana dengan papan catur diantara mereka.
"Kamu lama sekali" protes papa saat melihatku, aku tak menjawab dan langsung duduk di ujung sofa.
Kami terdiam beberapa saat, papa masih fokus dengan papan caturnya.
"Kakak dan papa mau sesuatu?, aku akan ke bawah"
"Tidak perlu, kamu harus disini memdengarkan apa yang akan papa bahas dengan sela" ujar papa menghentikan permainan caturnya, raut wajahnya semakin serius menatapku dan rendi.
"Bagaimana yang papa bahas kemarin?, kamu udah ambil keputusan?"
"Aku udah bilang dengan jelas, kalau aku gak akan anggap papa bahas apapun denganku kemarin"
"Kamu jangan berlagak bodoh sela, kamu dengar dan paham omongan papa kemarin. Lalu apa keputusan kamu?"
Aku menghela napas panjang.
"Aku gak akan pisah dengan una, itu jawabanku" Papa menatapku tajam, berbeda dengan rendi, tatapan sendunya seolah menguatkanku.
"Ok kalau itu mau kamu, kalau begitu jangan salahkan papa bersikap seperti ini" ujar papa, papa meletakkan ipad yang menyala dengan diagram kepemilikan saham perusahaan. Aku mengerutkan keningku menatap ipad itu. Kenapa papa menunjukkan ini padaku?.
KAMU SEDANG MEMBACA
Yes, She is my Girlfriend
RomantizmLaluna adalah wanita sederhana yang hidup serba susah, bertemu dengan seorang wanita kaya raya. Mereka terlibat dengan perjanjian yang tidak masuk akal, namun mereka perlahan menikmati perjanjian itu.