"NAT! Obatin dulu! Nih, nih!"
Nata, dengan wajah babak belurnya baru saja datang ke markas. Dengan sigap dia menangkap kotak P3K yang Farel layangkan.
"Mampus tuh Gen Ayam. Yang ketangkep dua orang." Sebenarnya nama gengnya 'Gen Petir' tapi bagi Jacky rasanya geng tadi lebih cocok disebut 'Gen Ayam'.
"Parah... parah. Bego, sih, kaburnya malah ke arah berlawanan sama mobil polisi."
"Udah, udah. Yang terpenting sekarang anggota kita nggak ada yang ketangkep, kan?"
Sebagian mengangguk mendapat pertanyaan dari Gavin. Ada 16 orang dalam basecamp. Setelah kejadian dua jam yang lalu, anak-anak kini kembali menyibukkan diri masing-masing, sesantai bermain catur, makan, tiduran, main ponsel, mengobrol, dan lain sebagainya.
"Tidur, woi, besok mulung." Itu suara Farel yang tiduran di sofa, kelelahan. Sering dibilang kembarannya Jacky. Padahal tidak ada kembar-kembarnya sama sekali. Bisa di bilang, Jacky dan cowok itulah yang selalu membuat tongkrongan jadi ramai.
"Woi, Nat. Diliat-liat... muka lo tambah parah aja?"
"Ho'oh. Kagak mungkin lo oleng di jalan, kan?"
Mendengar pertanyaan Abdan dan Abi, seisi ruangan menatap Nata.
"Habis kena pukul lagi," desis Nata, keliatan seperti orang ngambek dengan bibir yang dikerucutkan.
"Sialan," sungut Gavin, yang paling garang dari mereka lantas berdiri. "Mereka lagi?!"
"Bukan," jawab Nata. "Bukan anak geng motor."
"Terus? Ibu lo?"
Abdan menyenggol Jacky karena menyinggung panggilan itu. "Hush!"
Jacky menutup mulut karena mereka semua berjanji untuk tidak menyinggung keluarga. Yah, siapa, sih, yang keluarganya bahagia, ayem, tentrem di antara mereka? Jawabannya tidak ada.
"Anak motor."
"Hah? Gimana, gimana? Bukan anak geng motor, tapi dari anak motor?"
Nata mengangguk sambil mengompres lebamnya di pipi. "Ini semua gara-gara gue. Cewek itu disangkanya bagian dari kita, jadi dia dikejar-kejar Gen Petir, terus perutnya ampe mual, ditendang katanya. Teh Rio nantangi lagi di arena besok."
"Emang bego semua tuh Gen Ayam. Cewek aja diserang. Bencong, bencong."
"Terus, terus? Dia oke?"
Nata mengangguk. "Buat ukuran tukang mukul? Oke."
Tawa pecah memenuhi ruangan itu.
"Mana tuh orang belagu banget, dah. Udah gitu nyolot lagi. Udah gue selametin biar nggak ketangkep, eh malah mukulin." Nata bercerita dengan wajah berapi-api. "Gue kayaknya pernah liat dia ke sekolah, make seragam beda dari kita. Kayaknya... murid pindahan sebelum gue kena skors, deh. Tapi gue nggak bilang, takut salah orang."
"Parah," timpal Farel. "Terus, terus? Lo apain tuh cewek?"
Nata mengedikan bahu. "Ya... biarinlah."
"Tahu siapa orangnya lu, Rel?" Gavin bertanya, barangkali Farel satu kelas. Karena di kelas Farel juga kedatangan murid baru.
Farel yang baru bergabung main catur menoleh. "Nggak mungkin si... Andrea anak baru itu, kan?"
•••
"Daddy! Rea ke minimarket dulu, ya!"
Pengait helm terpasang dengan sempurna. Gadis cantik duduk di atas motor KLX milik Irfan, atau biasa dipanggilnya dengan sebutan 'Daddy'-khusus untuk seorang Andrea Wulandari. Akhirnya motor itu sudah kembali seperti semula setelah dirusak tiga hari lalu oleh anak-anak geng motor tidak jelas. Polisi akhirnya menemukan motornya di area sialan yang menyebabkannya mual-mual.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAREL✔️
Teen FictionKalau saja sandiwara sialan itu tidak ada, Rea tidak akan terjebak dalam cintanya sendiri. Kalau saja dia tidak dekat dengan Devon, crush sahabatnya, mungkin Rea tidak akan menerima ajakan berpacaran pura-pura dengan si pencuri, berandalan Abipraya...