39 | Gerbang Sekolah

112 63 3
                                    

"Gue tau gue nggak penting di kehidupan lo. Tapi apa gunanya kita jadi pacar pura-pura? Apa gunanya selama lo lebih deket sama gue ketimbang Devon? Apa gunanya lo gue jadiin tempat cerita, tapi justru tempat cerita lo itu orang lain? Selama ini—"

"Lo cemburu."


DIJAHILI Nata bukan pengalaman yang langka. Selama mereka makin dekat, Rea tidak pernah tidak dijahili. Apalagi saat mereka duduk sebangku.

Rea sudah berniatan akan pindah tempat duduk di kelas, tapi tidak ada seorang pun teman di kelasnya yang menyediakan tempat duduk untuknya. Bahkan, kursi kosong saja tidak ada, seolah anak-anak sengaja memang menjodohkan Rea dan Nata.

Siang itu dia sudah dijahili entah untuk ke berapa ribu kali.

Rea masih berusaha mengejar-ngejar Nata. Satu sepatu gadis itu dicopot paksa, persiapan hendak melemparkannya untuk Nata yang kini bersamanya sudah melewati sepanjang koridor, tangga, hingga menuju lapang parkiran. Beberapa murid yang menyadari kelakuan dua sejoli itu melempari berbagai macam tatapan.

Saat keduanya sudah mencapai area parkir, Rea mengambil ancang-ancang hendak melempari sepatu sebelahnya untuk Nata. Laki-laki itu dengan sigap menangkap, lalu melemparnya sampai nyangkut di dahan pohon terdekat. Tidak terlalu tinggi, tapi bagi Rea itu cukup susah diambil

"Enak, kan, ngerjain orang?"

Rea mengerang kesal. Tanpa berpikir panjang, Rea mengambil ancang-ancang hendak memanjat pohon besar itu.

Nata tertawa ngakak tidak jauh dari lokasi Rea memanjat. Cowok itu berbalik, hendak mengambil motornya di antara jejeran kendaraan yang lain, tapi tatapannya terpaku pada sosok yang tidak asing—berdiri di dekat gerbang sekolah, dekat pos satpam, di antara murid-murid yang hendak keluar gerbang untuk pulang.

Seketika itu, senyum Nata luntur. Kedua tangannya mengepal kuat.

Sosok itu...

Tatapan keduanya bertemu. Saling melempar tatapan dingin, seolah keduanya saling menyimpan dendam.

Rea yang masih berusaha menggapai sepatunya, akhirnya berhasil mengambilnya dengan susah payah. Gadis itu tersenyum lebar sebelum melongok ke bawah, mencari sosok Nata yang masih berdiri tidak jauh dari lokasi. Dia sedikit ngeri saat melongok ke bawah. Rea sedikit gemetar.

Tinggi banget! "NAT! TOLONGIN!"

Yang diteriaki seolah tuli, bukannya berbalik menolong Rea, cowok itu justru meneriaki sosok yang tadi. Lalu berlari mendekati tidak sabar cowok itu seolah ingin mengajaknya langsung berperang.

"WOI, MAU KE MANA LO, PECUNDANG?!"

Rea terkejut saat tiba-tiba mendapati Nata lari pontang-panting. Nata berteriak-teriak entah kepada siapa keluar gerbang. Membuat Rea yang masih di atas kebingungan.

Gadis itu mendelik, lalu semakin mendelik saat dia tersadar kembali kalau masih manjat di pohon. Dia meneriaki siapapun yang lewat. Tapi tidak ada yang menolong justru menertawakan Rea yang kini berekpresi mewek.

"Siapapun tolongin gue....!"

"WOI, REA!" teriak Anto yang masih tertawa di sebelah perempuan berkacamata—juga tertawa mengejek Rea.

"LO NGAPAIN? DI SANA EMANG ADA PISANG?"

Beberapa anak tertawa karena perkataan laki-laki tadi. Awas saja, kalau besok Rea sudah turun dan bertemu dengan laki-laki itu, Rea akan mencekiknya.

NATAREL✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang