36 | Kevin Mencurigakan

102 60 3
                                    

"Gue kasih tahu, ya? Jangan gampang percaya, deh, sama gosip. Sama aja lo makan makanan bekas orang lain."



"LO pasti yang namanya Rea, kan?"

Nada itu terdengar tidak menekan, tidak terlalu cepat, namun juga tidak terlalu lambat. Tapi terdengar seolah mengusik telinga Rea. Rea pernah mendengar nada semacam ini sebelumnya, yaitu dulu ketika di sekolah sebelumnya. Nada yang sama-sama keluar dari mulut kakak kelasnya.

Padahal baru saja Rea duduk di salah satu kursi kosong di kantin sambil menyeruput boba redvelvet-nya sedikit, suara seorang gadis asing tiba-tiba datang bersama dua temannya.

Rea menyipitkan mata, benar-benar merasa asing dengan wajah mereka. Kalau dilihat-lihat dari wajahnya, sepertinya yang baru saja melempar pertanyaan itu bukan asli orang Indonesia.

"Kenapa?" Rea tidak suka basa-basi.

Nadanya mungkin kali ini terdengar biasa saja, tapi di telinga gadis ramping itu bagai mengusik, atau mungkin di telinga murid lain yang mendengar, terkesan Rea seolah menantangnya.

Kakak kelas itu mendengus geli. "Biasa aja, dong. Nggak usah melotot gitu matanya. Kayak minta diculek aja."

Dari cara bicaranya yang terdengar sedikit tidak lancar bahasa Indonesia, membuat Rea yakin kalau gadis itu sepertinya orang asli Thailand. Terlihat juga dari wajah-wajahnya. Rea sedang tidak ingin mencari masalah, tapi mendengar gumaman terakhir kakak kelasnya yang ini, dia merasa tertantang.

"Apa ada perlu sama saya, Kak?" Nada Rea masih sama, namun dia menekan pada kata terakhirnya seperti ogah-ogahan memanggil cewek didepannya dengan embel-embel 'Kak'.

Gadis Thailand itu duduk di meja sebelah boba milik Rea sambil melipat kedua lengan di dada. Menatap Rea yang juga menatapnya dengan raut bertanya-tanya.

"Gue cuma pengen kenal aja sama lo aja. Katanya... lo ceweknya Nata?" tanyanya memastikan. "Emangnya... lo sama dia udah kenal dari lama? Bukannya lo anak baru?"

"Perlu banget gue jawab?"

Gadis Thailand itu tertawa pelan. "Yaaaah, emang, sih, lo nggak ada kekurangannya kalo diliat-liat." Dia memiringkan kepala menelisik tubuh Rea dari atas sampai bawah membuat Rea sedikit risih. "Makanya Nata mau jadi pacar lo."

Rea menyenderkan punggungnya di punggung kursi sambil melipat kedua tangan. "Lo ke sini, mau kenalan, apa mau menilai kekurangan seseorang?" tanya Rea masih dengan nada yang santai tapi menantang. "Per-mi-si ya, Kak, saya mau menikmati istirahat siang saya dengan tenang," lanjutnya, sekilas melirik gadis itu sambil berdiri.

Saat kaki Rea baru maju dua langkah hendak melewatinya, tapi sebuah kaki jenjang tiba-tiba menghalangi jalannya hingga membuat kaki Rea tersandung dan nyaris terjungkal ke depan bersama dengan bobanya-kalau saja dia tidak bisa menjaga keseimbangan.

Dada Rea otomatis naik turun menahan amarah. Lalu melirik ke arah pelakunya yang kini tengah menahan tawanya bersama kedua temannya. Ketiganya sudah berdiri sejajar persis semeter di depannya.

"Apa pelajaran yang bisa lo ambil?"

"Maksud lo apa!?" Bentakan itu keluar begitu Rea mendorong kasar pundak si gadis Thailand. Sepertinya orang di depannya ini berusaha memancing amarahnya.

Gadis itu melirik pundaknya yang baru saja didorong, dan mendengus geli sebelum menatap ke arah Rea lagi.
"Maksud gue, gue tanya dulu, deh. Apa pelajaran yang bisa lo ambil dari kejadian yang lo alamin barusan?"

"Gue nggak ngerti," geleng Rea tidak habis pikir. "Kalo lo mau cari masalah sama gue, selesein baik-baik dengan cara sehat. Apa yang ngebuat lo cari ribut sama gue? Gue bikin masalah apa sama lo? Siapa, sih, lo? Kenal aja enggak."

NATAREL✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang