"DUUUUUTTTT."
Tubuh Febby tersentak kaget dalam tidurnya saat menyadari suara familiar mengusik mimpi siangnya.
"Duuuuttt."
Sekali lagi terdengar, membuat Febby melenguh masih dengan mata terpejam sambil menggaruk-garuk lehernya kepanasan. AC di kamarnya ternyata lupa dinyalakan. "Adoohhh, siapa, sih, yang kentut sembarangan?! Ganggu orang lagi mimpi indah aja, deh!"
Cewek itu mengibas-ibaskan jemari sebelah di udara, sementara jemari kiri menutup hidung karena tercium bau yang tak sedap yang berasal dari tempatnya berbaring. Kenyataannya, di dalam kamar itu hanya berpenghuni Febby seorang.
"Bibiiiii! Pasti Bibi, ya, yang kentut?!"
Perlahan, matanya terbuka, mengelilingi sudut ruangan kamarnya yang luas. Makin lebar, terlihat makin jelas tidak ada siapa-siapa. Gadis itu mengerjap, sesekali menguap, belum puas dengan tidur siangnya. Seragam SMA Abipraya masih melekat lecek di tubuhnya dengan selimut dan guling yang sudah tergeletak sembarangan, dan seprai yang sudah tidak serapi tadi pagi.
"Kagak ada siapa-siapa?" herannya. "Terus, yang dari tadi kentut siapa?" tanyanya kepada diri sendiri, makin bingung dan di buat penasaran.
Deringan ponsel di atas nakas mengubur seluruh pertanyaan-pertanyaan bodoh yang muncul di kepalanya. Setelah menggeser tombol hijau, dia menempelkannya di telinga kanan dengan raut yang masih mengantuk.
"Hm. Halo, Ma?" Febby menggaruk-garuk malas badannya yang berkeringat dan lengket karena belum mandi sepulang sekolah tadi. "Iya, iya, Febby ke sana sekarang, oke?"
"Iya, Mamaaaa sayanggg, sekarang! Otw, otw!"
Sambungan diputus sepihak. Febby berniat membersihkan diri sebelum pergi ke restoran milik Mama, tanpa merapikan tempat tidurnya. Toh ada asisten rumah tangganya, jadi tidak payah repot-repot merapikan tempat tidur sendiri.
Selang beberapa menit selesai, gadis itu melangkah ke luar rumah menuju restorannya menggunakan mobil pribadi. Setelah sampai, sesuai dugaan, Febby kena omel mamanya karena tidak datang segera, padahal katanya sudah otw-akan langsung datang setelah dihubungi tadi, nyatanya baru sampai sejam kemudian.
Pengunjung di restoran barbeque berlantai dua, berkanopi hijau itu tidak terlalu ramai, juga tidak terlalu sepi karena baru buka belum ada sebulan. Ada beberapa pekerja yang sibuk melayani pelanggan, memasak, bersih-bersih, dan juga menjaga kasir, mengurus antrian yang hendak membayar. Sementara mamanya tengah di belakang entah apa yang dilakukan mama kesayangan Febby itu, yang pasti terlihat super sibuk.
Tanpa sengaja, pandangannya terpaku pada dua sosok familiar yang baru saja membuka pintu kaca restoran. Si gadis masih mengenakan seragam SMA dibalut jaket denim, sementara si cowok berkacamata yang setara tingginya itu mengenakan celana training dan jaket kuning cerah senada.
"Tuh, kamu layanin dulu," kata Mama sambil mengedikan dagu ke arah pintu. "Mama ke belakang ngurusin pekerja yang lain," lanjut wanita cantik memakai dress bunga-bunga itu yang kemudian berlalu sambil mengelap telapak tangan ke celemek yang di pakainya, terlihat tergesa-gesa.
Duh, dikiranya Febby pekerja di restoran mamanya sendiri, apa? Padahal enak-enakan tidur siang menjelang sore begini untuk melepas seluruh penat sepulang sekolah, justru disuruh melayani pelanggan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAREL✔️
Teen FictionKalau saja sandiwara sialan itu tidak ada, Rea tidak akan terjebak dalam cintanya sendiri. Kalau saja dia tidak dekat dengan Devon, crush sahabatnya, mungkin Rea tidak akan menerima ajakan berpacaran pura-pura dengan si pencuri, berandalan Abipraya...