"Ya udah, gue mau jadi Superhero lo mulai sekarang."
•
"Semua masalah itu nggak bisa diselesein dengan cara berantem, Nat."
"Kenapa?"
"Yaaa karena masalah itu justru nggak bakalan selesai-selesai?"
"Kenapa nggak bilang?"
"Nggak bilang apa?"
"Nggak bilang lagi kalo lo mau jalan lagi sama Kevin?"
"Bukan urusan lo juga, kan? Lagian... kita ini siapa? Bukan siapa-siapa. Kita cuma pura-pura. Kita nggak ada hubungan apa-apa."
"Lo mau ada hubungan sama gue?"
•
•
•"TADI itu... seru, ya, filmnya?"
Seluruh tubuh Rea menegang begitu mobil yang dikendalikan Kevin mengarah bukan ke tujuan mereka.
"Iya." Gadis itu menjawab seadanya. Tatapan sepenuhnya mengarahkan ke depan, sama seperti di bioskop tadi. Ke mana saja, asalkan bukan mata Kevin. Bukan tatapan haus Kevin akan Rea dari gerak-geriknya. Walaupun keliatannya tenang, hatinya tidak sesuai.
Dan dugaan Rea benar.
Mobil itu berhenti di sebuah jalan sepi dekat jembatan. Tidak ada tanda-tanda kehidupan. Hanya mereka. Mati-matian Rea menahan rasa takut dan waswasnya terhadap Kevin.
"Rea," panggil Kevin setelah mematikan lampu mobilnya, membuat suasana dalam mobil gelap, diisi dengan cahaya-cahaya lampu dari luar yang remang-remang.
"Kenapa?"
"Ayo sekarang aja."
Dahi Rea berkerut. Menutupi rasa takutnya yang menduga-duga maksud dari 'sekarang'. "Kenapa nggak lanjut jalan? Gue mau pulang."
Nada itu masih terdengar dingin. Setelah dari bioskop, entah kenapa Rea merubah nadanya menjadi dingin. Sedingin hawanya malam ini.
Satu tangan Kevin meraih satu tangan Rea. "Lo nggak usah pura-pura bego, deh." Nada itu terdengar lembut. Bukan sebuah bentakan atau makian.
"Apa, sih?! Anterin gua pulang!" Rea membentak dan menyentak lepas tangannya, panik.
"Santai."
Buru-buru gadis itu membuka pintu mobil, tapi ternyata sudah dikunci lebih dulu oleh Kevin. Seolah Kevin memang sengaja sudah merencanakan semua ini.
Rea terjebak! Dia harus bagaimana sekarang?
Jemari Kevin meraih dagu Rea yang berusaha menghindari kontak matanya. Mendekatkan diri. Wajah keduanya tinggal beberapa senti.
"Mau pulang, hm? Nikmatin dulu malam ini, lah... mumpung sepi, Rea..."
Satu tamparan keras mendadak mendarat ke pipi kanan Kevin. Membuat kepala cowok itu berpaling.
"Lo kira gua cewek apaan, hah?!"
Tangan Rea berusaha membuka-buka pintu mobil. Nafasnya memburu. Keringat bercucuran. Rea tambah panik setengah mampus saat Kevin dengan cepat mendekatkan wajahnya kembali. Begitu bibir keduanya sudah akan menempel, Rea memberontak berusaha menghindarkan wajahnya dari wajah yang sekarang terkesan menjijikan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAREL✔️
Teen FictionKalau saja sandiwara sialan itu tidak ada, Rea tidak akan terjebak dalam cintanya sendiri. Kalau saja dia tidak dekat dengan Devon, crush sahabatnya, mungkin Rea tidak akan menerima ajakan berpacaran pura-pura dengan si pencuri, berandalan Abipraya...