"ITU. Pengacaranya yang keliatan paling muda itu. Tolong kalian lakuin apa saja. Kalo perlu bunuh dia. Pokoknya jangan sampe ngebiarin dia berhasil bantu si Cahyo itu. Lakuin segala cara biar dia nggak bisa hadir di persidangan. Saya nggak mau kalo sampe Cahyo menang karena pengacaranya, bisa ancur bisnis saya. Mengerti kalian?"
"Baik, bos."
"Mengerti, bos."
"Beres, bos."
"Bos Bram tenang aja. Pasti kita bisa ngatasinnya. Bos tinggal terima beresnya saja kok."
"Ini bayaran kalian." Pria paruh baya dengan jas kantoran itu menyerahkan amplop coklat tebal kepada salah satu preman dari empat orang. "Separuhnya lagi nanti saya tambahin kalau semuanya clear."
Empat preman itu mulai berpencar menaiki kendaraan masing-masing, menjalankan aksi setelah menerima bayaran. Mengikuti mobil Irfansyah-yang merupakan pengacara Pak Cahyo.
Singkatnya, Pak Bram dan Pak Cahyo adalah saudara yang tidak akur. Problematikanya, Pak Bram kalah saing dengan bisnis Pak Cahyo hingga menuduh Pak Cahyo korupsi, menghalalkan segala cara agar Pak Cahyo geser dari perusahaannya. Mengetahui Pak Cahyo memanggil seorang pengacara korporat top ibukota, dia menggunakan cara licik lagi agar pengacaranya itu tidak bisa hadir di persidangan sehingga dia menang.
Irfan baru sadar kalau ada yang mengikutinya beberapa menit setelah mobilnya menjauh dari kantor. Wajahnya terheran-heran ketika melihat dari kaca spion ada dua motor yang ditunggangi dua pria berpasangan mengikutinya dari belakang. Sekali itu, Irfan pun menambah kecepatan laju mobilnya.
Dia sedikit menyesal karena memilih jalan sepi saat hendak menuju persidangan. Sesekali melirik arloji, waktunya setengah jam lagi, tapi Irfan masih stuck di sini. Terjebak oleh empat preman yang memaksanya menghentikan mobil di depan dengan kaca mobil yang digedor-gedor. Irfan yang keras kepala pun dihalangi jalannya oleh mereka hingga dia refleks mengerem dadakan.
Belum sempat ayah Rea itu menghubungi polisi, mendengar ancaman preman-preman hendak menghancurkan mobilnya itu, otomatis Irfan memilih angkat tangan sembari membuka pintu mobil-mengikuti instruksi preman-preman itu karena tidak mau mati konyol di sini. Irfan lebih sayang nyawa dibandingkan harta benda, seperti mobilnya.
Irfan sebenarnya bisa saja melawan preman-preman itu, tapi dia keburu dikepung dan sejurus kemudian tanpa aba-aba, mereka memukulinya bergantian sana-sini, terutama pada kelemahannya-perut. Perutnya dipukuli habis-habisan paling banyak. Otomatis pria itu tidak bisa berbuat apa-apa selain tumbang lemas sambil terbatuk-batuk parah memegangi perutnya, bersandar pada pintu mobil.
Mendadak nafasnya sesak-susah diatur, perutnya terasa sangat sakit, babak belur sana-sini membuat Irfan tidak bisa apa-apa selain memohon...
"A-ambil... saja mobil s-saya... jangan b-bunuh saya..."
Para preman saling melempar senyum puas dan meremehkan. Padahal mereka tidak butuh mobil, atau benda berharga apapun si target, tapi mereka mau menghilangkan nyawa targetnya sesuai perintah.
Tepat saat preman-preman itu hendak beraksi lagi, seorang pengendara yang masih mengenakan seragam sekolah berteriak, "WOI, BERHENTI!!"
Otomatis para preman itu menoleh bersamaan, termasuk Irfan walaupun menolehnya pelan-pelan karena tak kuasa menahan sakit di seluruh tubuhnya.
Laki-laki yang lebih muda darinya itu menantang empat preman. Irfan bisa menyaksikan bagaimana preman-preman itu maju melawan satu anak sekolah. Firasatnya tidak enak. Tapi dia hanya bisa diam saja tanpa berbuat apa-apa.
Suara-suara pukulan terdengar memuakkan telinga. Pria itu terlihat cemas, tak kuasa lagi menyaksikan seorang anak sekolah dikeroyok empat preman sekaligus. Tapi semenit kemudian, rautnya berubah tercengang tidak percaya-betapa jagonya pemuda itu menghabisi empat preman sekaligus dalam waktu singkat sampai para preman itu lari pontang-panting, buru-buru menuju motor masing-masing.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAREL✔️
Teen FictionKalau saja sandiwara sialan itu tidak ada, Rea tidak akan terjebak dalam cintanya sendiri. Kalau saja dia tidak dekat dengan Devon, crush sahabatnya, mungkin Rea tidak akan menerima ajakan berpacaran pura-pura dengan si pencuri, berandalan Abipraya...