Extra Part

322 175 148
                                    

"NATA hari ini nggak les ke mana?"

Sebungkus martabak di meja kantin tempat les sudah Rea habiskan setengah. Begitu Rio datang bergabung di depannya, Rea menyeruput es tehnya santai sebelum menjawab, "Jalan-jalan."

"Jiah, kasihan amat lo nggak diajak," ledek Rio sambil mencomot sepotong martabak Rea tanpa izin.

Kebetulan, Rea, Rio, dan Nata satu kelas di tempat les walaupun berbeda sekolah. Mereka sering berkomunikasi juga di tempat itu. Semenjak itu pula, Nata lebih banyak mendekati Rea.

Saat mereka bertiga, rangkulan Nata di pundak Rea tidak terlepas sedikitpun, seolah telah menyandang bahwa Rea tidak boleh dimiliki siapapun karena hanya miliknya. Bahkan saat Rea tidak bersama Nata persis saat berdua dengan Rio, Nata langsung memanas-manasi cowok itu agar tidak terlalu dekat dan menaruh perasaan dengan ceweknya.

Terkadang, mengingatnya selalu membuat Rea geli sendiri dan tidak menyangka seorang Nata yang dulu membuatnya benci, kini menjadi sesentimen itu.

"Dih. Dia, kan, mau ngehabisin waktunya bareng nyokap kandungnya?"

Kunyahan Rio terhenti sejenak. "Udah ketemu?"

Rea mengangguk-angguk. "Ternyata selama ini nyokapnya tuh istrinya Pak Dayat, pemilik mal."

Rio keliatan terkejut. "Ohhh, tahu, tahu. Pak Dayat... Mal yang menuju jalan sebelum supermarket kebakaran itu, kan?"

Rea mengangguk lagi, lalu berdiri. "Eh, gue duluan, ya, Yo?"

Bukannya tidak nyaman, Rea hanya tidak mau berlama-lama di sini, kalau ada mata-mata Nata bisa habis Rea nanti.

"Ini gue habisin, ya," cengir Rio tanpa tahu malu.

Rea hanya membalas dengan anggukan santai. "Sekalian makan kardusnya juga nggak masalah, Yo."

"Parah banget lo. Gue nggak serakus itu."

"Berjanda."

•••

Motor yang Rea tumpangi tiba-tiba mogok di jalan. Gadis itu turun untuk mengecek. Rea tidak paham masalah begituan pun menyeka rambutnya ke belakang frustasi. Tidak ingin tinggal diam seperti orang bodoh, dia pun merogoh ponsel untuk menghubungi Mike, dan memberitahunya mumpung sedang online.

Di detik yang sama, tiba-tiba seorang pengendara datang membunyikan klakson. Rea menoleh. Ponselnya diturunkan.

"Rio?"

Yang dipanggil membuka helm. "Kenapa tuh motor?"

"Mogok. Lo bisa bantuin nggak?"

"Santuy. Gue hubungin seseorang dulu, ya? Lo tunggu sini."

"Makasih."

Akhirnya lelaki itu benar-benar menghubungi seseorang dan bercakap-cakap sebentar dalam telepon. Rea hanya bisa menyaksikan dalam diam.

"Udah mau otw orangnya," ucap Rio begitu panggilannya sudah diputus. "Lo gue bonceng aja, gimana? Buru-buru?"

"Terus motor gue?"

"Tinggal aja, tenang. Nggak jauh, kok. Nah, tuh."

Rea menoleh ke belakang. Sudah ada bapak-bapak suruhan Rio datang menjemput motor Rea untuk diperbaiki. Mulut gadis itu sedikit ternganga, gercep banget?

"Nitip motornya. Kami tinggal, ya, Pak?"

"Siap, Mas."

Rea membuka layar ponsel mendengar notifikasi.

NATAREL✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang