32 | Aksi Zizad Lagi

124 68 5
                                    

"Mike, kenapa, sih, lo gampang banget mengiyakan orang minta tolong? Apalagi buat orang yang jelas-jelas udah manfaatin lo, terang-terangan benci sama lo."

"Karena, lo nggak tahu gimana susahnya ketika butuh pertolongan nggak ada yang bantuin."

MALAM hari, di kamar yang ditempati Oma, dekat kamar Rea, Oma sibuk membuat alis di depan kaca rias. Moto hidup Oma sekarang: biarpun keliatan tua, jiwa Oma tetap jiwa anak muda.

Tanpa Oma sadari, di tengah kesibukannya membetulkan alis, ada seseorang yang berpakaian serba hitam menutup wajahnya hendak merampok, loncat dari jendela. Oma terkejut begitu melihatnya dari pantulan cermin. Di detik yang sama, sejurus kemudian, si rampok membekap mulut Oma.

Dengan tenaga penuh, Oma mampu melepaskan bekapannya, bergantian dengan Oma yang kini mencekik lehernya dengan satu tangan, tangan yang lain mencekal kedua tangan si rampok yang lebih kecil dari tangan Oma.

"KALO MAU NGERAMPOK TUH LIAT SITUASI DAN KONDISI, DONG! DASAR NGGAK PEKA! KAMU KIRA GAMPANG GAMBAR ALIS YANG SIMETRIS DAN BERCITA RASA SENI TINGGI, HAH?!"

"A-AMPUN, NEK!"

"NEK, NEK! SAYA INI MASIH TUJUH PULUHAN!"

"T-tolongin saya... Saya belum dapet 7M dari game yang banyak iklannya itu..."

Mendengar adanya keributan dari kamar yang ditempati Si Oma, Rea panik langsung membuka pintu kamarnya.

"PEDULI SETAN SAMA KEHIDUPAN KAMU!"

Rea tercengang menyaksikan pemandangan di depannya.

"REA, JANGAN DIAM AJA DI SITU! TELPON POLISI!"

Spontan Rea menegakkan tubuh dan membentuk hormat. "SIAP GRAK, OMA!"

Kira-kira begitu keadaan rumah Rea sekarang. Tampak menyenangkan, bukan?

•••

Rea membulatkan tekad. Masih dengan ransel silver berukuran sedangnya yang dirangkul, dan sekaleng coca-cola yang baru saja dibeli dari mesin pendingin dikocok-kocok cepat tiada henti, atanya menatap lurus dan tajam ke arah dua sejoli yang tengah berbincang-bincang di dekat parkiran.

Setahunya, Nata baru saja berangkat bersama Kai dengan motor andalannya. Sementara Rea akhir-akhir ini nebeng Mike, tapi selalu meminta diturunkan tidak sampai sekolah.

Gadis itu berjalan masih dengan tatapan tajamnya, dan sekaleng coca-cola yang dikocok-kocok cepat di tangan kanan, mendekat ke arah Nata dan Kai berdiri. Mati-matian Rea menahan mual saat Kai memainkan sebentar poni Nata yang sudah panjang menutupi dahi. Keduanya belum menyadari Rea yang hendak mendekat.

Dan, saat lewat, Rea dengan sengaja menyenggol kasar dada kiri Nata. Membuat cowok itu tersentak mundur. Kai terkejut menahan punggung kekarnya.

Rea menghentikan langkah, berpura-pura ikut terkejut sambil menutup mulutnya dengan satu tangan. "Ups... sorry...."

Nata melirik Rea tidak terima, sementara Kai masih terlihat khawatir dengannya. "Lo nggak apa-apa, Nat?"

Nata membalasnya dengan satu gelengan dan senyuman paling manis yang baru Rea dapati lagi setelah berminggu-minggu tidak pernah Rea dapati senyuman itu untuknya. Ya, sebut saja dia iri.

"Sorry, ya, Natarel?" Rea berpura-pura merasa bersalah. "Gue nggak sengaja...."

"Hm, kalem."

Rea menyodorkan coca-colanya. "Nih, gue udah beliin buat lo."

NATAREL✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang