"MAMA."
Bu Clara. Wanita cantik itu tengah membantu pelanggannya yang kebingungan memilih-milih pakaian yang cocok di tokonya. Mendengar suara yang tidak asing, refleks mereka menoleh ke sumber suara.
Tatapannya bertemu dengan Nata yang berdiri di antara jejeran pakaian wanita. Apakah... Bu Clara tidak salah dengar? Nata baru saja memanggilnya Mama?
"Wahhh, anak Ibu, yaaa?" tanya pelanggan wanita yang di tangannya menenteng baju-baju, cukup terpesona dengan ketampanan Nata.
Lantas Bu Clara menoleh sebentar, hanya membalas pelanggan itu dengan senyuman ramah sebelum meminta karyawannya untuk menggantikan posisinya, lalu Bu Clara mendekati Nata.
Ibu kandung Nata itu menyeka helaian rambut pendek yang menghalangi pandangannya yang lolos ke belakang telinga, sebelum menatap putranya bingung sekaligus terharu. Bu Clara makin tidak percaya saat Nata tiba-tiba memeluk pinggangnya erat sambil membungkuk, bagai tak ingin lepas selamanya.
Tinggi Bu Clara yang hanya sepundak Nata itu balas menepuk-nepuk bahu lebarnya.
"Mama lagi nggak mimpi, kan? Kamu barusan... manggil Mama?" tanya Bu Clara begitu pelukan keduanya merenggang, lalu menangkup kedua pipi dan menatap mata putranya tidak percaya. Kedua matanya berkaca-kaca menahan cairan bening yang hendak lolos.
Nata memasang senyum, sedikit canggung. "Nata... Nata minta maaf kalo udah pernah kasar sama Mama. Nata minta maaf pernah durhaka sama Mama."
Bu Clara menggeleng-geleng. Air matanya merebak. Air mata bahagia. "Enggak, sayang. Nata sama sekali nggak bersalah. Di sini Mama yang udah durhaka sama anak Mama sendiri. Mama di sini yang berdosa pernah membuangmu, Nak." Bu Clara mendekap anaknya lagi. "Maafin Mama. Maafin Mama ya, Sayang?"
Entah kenapa, tiba-tiba air mata Nata ikut lolos melihat mamanya terisak karena haru sekaligus merasa bersalah. Kemudian wanita itu menyeka air matanya, dan tersenyum sendu saat menatap putranya lagi.
Nata balas memeluk pinggang mamanya lagi. Dia menyesal pernah hampir menyia-nyiakan ibu kandungnya yang sesempurna ini. Ibu kandungnya yang justru memaafkan kesalahannya dengan mudah. Ibu kandungnya yang dulu pernah membuangnya karena tidak ingin Nata menderita.
Bagaimana bisa Nata melewatkan itu semua? Mulai hari ini, detik ini, Nata akan memperbaiki semuanya. Nata akan menerima kembali ibunya.
•••
Jarak antara rumah Rea dengan rumah Nata yang sekarang ternyata lebih jauh dibandingkan jarak rumah Rea dengan rumah Bu Wening, atau apartemen yang pernah Nata tinggali. Jadi Rea hanya butuh waktu satu jam menaiki taksi untuk sampai. Rea ikut sangat bahagia mendengar Nata menepati janjinya untuk memaafkan ibunya. Sekarang laki-laki itu ikut pulang bersama ibu kandungnya.
Menurut Rea tidak perlu bilang dulu kepada Nata bahwa dia akan bermain ke rumahnya karena sudah menebak Nata pasti akan repot-repot menjemputnya. Jadi daripada mengganggu kebahagiaan pacar resminya itu, lebih baik gadis itu membuat surprise untuknya saja.
Di dalam tas yang Rea rangkul berisi beberapa buku mata pelajaran karena sebentar lagi mereka akan menjalani TO (Try Out) di sekolah. Langkahnya nyaris memasuki gerbang elit setelah turun dari mobil taksi.
Seorang satpam sudah menyambut ramah dengan membukakan pintu gerbang. Taksi itu berjalan lagi, kemudian hilang di tikungan.
"Ada yang bisa dibantu? Nona nyari siapa kalau boleh tahu?"
Pandangan Rea yang sedari tadi terpaku oleh pekarangan rumah Nata yang keliatan dari depan, kini menoleh ke arah satpam. Dari depan saja sudah terlihat megah, bertingkat tiga, dan luas—bahkan lebih pantas disebut kastil, sebelas-duabelas dengan rumah Zara. Belum lagi Rea melihat isi dalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAREL✔️
Teen FictionKalau saja sandiwara sialan itu tidak ada, Rea tidak akan terjebak dalam cintanya sendiri. Kalau saja dia tidak dekat dengan Devon, crush sahabatnya, mungkin Rea tidak akan menerima ajakan berpacaran pura-pura dengan si pencuri, berandalan Abipraya...