part 11

4.9K 251 9
                                        


11. Empat sekawan
.
.
.
.

-happy Reading-

Tak terasa sudah dua bulan asya dan haikal berada di pesantren. Semakin terlihat pula bagaimana sikap asya yang lebih natural, dia semakin nyaman berada di pesantren.

Kenakalan asya mulai terlihat, di tambah dengan tiga kawan yang semakin membawanya menjadi terkenal di pesantren.

Asya sudah sering di hukum, tidak sendirian memang tetapi bersama tiga sahabatnya yang satu frekuensi. Tak jarang asya mendapat teguran dari suaminya, bukan hanya teguran haikal yang notabe nya mudaris yang mengajar mereka sering memberi sindiran ketika pelajaran mengaji. Terlebih tentang kehidupan rumah tangga.

Asya sempat terkejut saat tahu jika yang di ajarkan haikal adalah salah satu kitab tentang suami istri. Maka nya mudah bagi haikal menyindir nya soal hak dan kewajiban.

Sering pula asya dan haikal bertemu pandang atau ada momen di mana dia dan haikal berdua. Haikal sering mengajak nya berbicara atau sekedar memuji dan menanyakan keadaannya.

Tentu secara diam diam karena status mereka yang di rahasiakan. Asya kadang di buat salting, blushing bahkan sampai nething sendiri oleh cowok itu.

"Asya!"

Asya tersadar dari lamunan nya, gadis itu menoleh pada teman nya yang memanggil.

"Kenapa?"

"Ngelamun aja sya. Itu kamu udah giliran hafalan, sudah di panggil ustadz apip". Beritahu dira.

Asya mengangguk, buru buru dia bangkit dan duduk di depan meja agak jauhan. Mulai dia membaca surah yang dia hafalkan.

Setiap kelas terdiri dari santriwan dan santriwati, mereka di batasi dengan hijab atau penghalang. Saat setoran setiap santriwan atau santriwati duduk di baris paling depan, di samping hijab awal.

"Sudah selesai, lanjut kan sudah berikutnya." ucap ustadz apip tanpa mengalihkan pandangannya dari al-quran.

Asya mengangguk lalu kembali ke tempatnya semula. Kembali ustadz apip memanggil nama murid yang akan  menyetorkan hafalan.

"Umar. Sudah ada umar?" tanya ustadz apip.

"Sudah ustadz". Jawab umar yang baru datang setelah permisi sebentar.

"Silahkan".

Santri bernama umar pun duduk di barisan paling depan yang telah di siapkan. Asya sedikit minder dengan teman temannya yang lain. Mereka sudah hafal dua sampai tiga juz, adapun santri wan ada yang sudah hafal lima belas juz.

Kelas berakhir setelah satu setengah setengah pengajaran. Semua murid keluar dari kelas, asya beserta tiga temannya memutuskan yang terakhir keluar.

"Lapar banget gak si kalian?" celetuk fitri menatap tiga teman temannya.

Semua mengangguk, termasuk asya. "iya lapar banget. Abis setor hafalan tenaga abis".

"Gimana kalau kita makan mie? Kalian mau gak?" ajak fitri.

"Makan mie? Boleh tuh kayak nya seru". Asya setuju.

nyantri bareng suami Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang