part 5

5.8K 305 0
                                        

Sepulang menjenguk paman nya yang sakit sekaligus makan siang asya dan haikal kembali ke apartemen. Keduanya berbagi tugas dengan asya yang memasak dan haikal yang membereskan seluruh belanjaan pada lemari.

"Alhamdulillah selesai". Gumam haikal bangkit berdiri setelah beres membereskan belanjaan.

"Saya sudah selesai. Kamu sudah selesai asya?" Tanya haikal.

Dia mendekat pada asya yang masih sibuk memasak.

Asya menggeleng. "Belum". Jawab nya.

Mendengar hal itu haikal pun berinisiatif untuk menawarkan bantuan. " mau saya bantu?"

"Nggak!" Jawab asya cepat dengan mengangkat centong di tangan nya. Tanpa sadar nada suara nya sedikit membentak.

Haikal sampai terperanjat. Cowok itu pun urung untuk memberi bantuan pada istri nya. Padahal niat nya hanya ingin membantu dan mempererat hubungan mereka.

Haikal mengangguk ngangguk kan kepalanya dengan bibir yang terlipat ke dalam. "Oke. Saya tunggu di meja makan saja". Ucap nya dan berlalu dari sana.

Asya tersadar dan seketika menampol dahi nya sendiri karena ceroboh. Dia pun hanya dapat melirik punggung haikal yang hengkang menuju meja makan dengan rasa bersalah.

Untuk menghilang kan rasa bersalah nya asya mempercepat proses memasak nya. Tanpa dia cicip masakan yang sudah jadi itu langsung di masukkan ke dalam mangkuk. Dan dia bawa menuju meja makan.

"Ini sayur nya sudah jadi". Ucap asya meletakan sayur ke atas meja makan.

"Ayo makan bersama". Ajak haikal.

Asya menganggukan kepalanya pelan. Menarik kursi dan duduk di depan suami nya dan duduk.

Tidak seperti pengantin pada umum nya mereka menyiapkan makanan masing masing. Asya belum sepenuh nya mengerti seperti apa tugas seorang istri itu, dan haikal memaklumi nya.

"Gimana rasanya? Enak?" Tanya asya menatap penuh harap pada haikal.

Haikal mengangguk. "Enak. Cuma kurang gula sedikit". Ucap nya. Bukan kurang gula, lebih tepat nya keasinan.

"Masa?" Tanya asya tak percaya.

Dia pun mengambil sendok nya dan mencicipi sayur lodeh buatan nya. Sontak wajah nya berubah saar merasakan rasa masakan nya yang ternyata keasinan.

"Ini mah bukan kurang gula, tapi keasinan nama nya".ujar asya pelan merasa malu sendiri. Dia merutuki diri nya yang lagi lagi ceroboh tak mencicipi makanan nya dahulu.

Haikal tersenyum geli melihat ekspresi wajah asya. "Gak papa, namanya juga masih belajar. Lagian ini gak asin banget kalau di tambahin nasi pasti enak".

"Alah bohong banget". Sela asya tak percaya.

"Bohong itu dosa asya. Kamu coba pake nasi enak kok". Titah haikal.

Dan asya pun mencoba nya. Benar saja, rasanya lebih baik dan tidak asin saat sudah di makan dengan nasi. Berbeda dengan saat menyicipi tadi.

Asya tersenyum senang karena masakan nya tak seburuk itu. Yah meski hasil dari tutorial yutub tapi hasil nya tak begitu mengecewakan. Dia akan lebih belajar nanti.

"Enak kan?" Tanya haikal memastikan.

Asya tentu saja mengangguk antusias. Berbinar mata nya karena senang. "Iya. Enak kok kalo sama nasi, kalau sayur doang keasinan".

"Maka nya jangan mengeluh dulu kalau belum usaha. Meski masih belajar bukti nya masakan kamu enak kok, saya suka". Haikal mencoba menasehati istrinya.

Asya jadi merasa bersalah, sebelum memasak tadi dia sempat mengeluh karena tak bisa memasak. Jika di rumah dia selalu di masakin bibi atau bunda nya, jadi dia tak bisa masak sama sekali.

"Iya maaf".

......

Magrib mendatang haikal bersiap siap untuk ke masjid untuk solat berjamaah. Di pundak nya sorban yang terlipat rapi dengan pakaian coklat dan juga sarung. Haikal meluruskan kopiah nya supaya nyaman untuk di pakai.

"Kamu yakin nggak ikut solat berjamaah di masjid?"

Asya mengangguk. "Aku di rumah aja deh. Perempuan kan lebih bagus solat di rumah". Ucap asya membela diri.

Dia belum nyaman berada di lingkungan baru ini, terlebih asya sangat sulit membangun komunikasi dengan seseorang. Bisa di bilang asya itu introvert, lebih suka sendiri dan merasa lebih pokus saat tenang.

"Iya, gak papa. Saya pergi ke masjid dulu kalau begitu".

Sebelum hengkang haikal menyodorkan tangan nya lebih dahulu kepada asya. Asya pun mengerutkan dahi nya kebingungan.

"Salim". Ucap haikal pelan tahu maksud tatapan asya.

Asya tersadar dan langsung meraih tangan haikal. Tak dia cium dengan bibir hanya bertempelan dengan pipi nya saja.

Haikal tersenyum simpul. Meski kurang tepat, dia sangat menghargai apa yang asya lakukan barusan.

"Assalamu'alaikum".

"Wa alaikumsalam".

Sama seperti haikal asya melaksanakan solat magrib di rumah sendirian. Setelah solat dia tadarus sembari menunggu adzan isya berkumandang.

Selesai menunaikan kewajiban nya asya menghangatkan lauk dan nasi untuk makan malam. Sampai jam delapan tak ada tanda tanda haikal muncul. Asya sempat berpikir bahwa haikal pergi ke suatu tempat, tetapi pikiran itu terbantahkan setelah haikal datang membawa sebuah keresek di tangan nya.

"Assalamu'alaikum".

"WA alaikumsalam".

Asya menyahut dari dapur. Dia pun keluar dan menghampiri haikal yang baru pulang dari masjid.

"Maaf lama. Tadi ada keperluan sebentar". Kata haikal begitu melihat istri nya.

Asya mengangguk singkat. Tatapan nya langsung tertuju pada keresek yang di bawa haikal.

"Itu apa?" Tanya nya.

"Ini martabak. Tadi beli di jalan untuk di bawa pulang, siapa tahu kamu mau". Jawab haikal.

"Hm. Ayo makan". Ajak asya berjalan menuju ruang makan.

Haikal menyimpan sorban dan kopiah nya lebih dahulu lalu menyusul sang istri. Dia meletakan martabak itu di atas meja makan.

"Asya, malam ini saya boleh tidur dengan kamu di ranjang?" Tanya haikal setelah mereka selesai makan.

Asya mendongak singkat tetapi kembali menunduk. Dia pun menggeleng lemah. Asya masih trauma untuk sekedar mengizinkan haikal tidur di ranjang bersama nya. Sampai saat ini pun dia selalu menjaga jarak dengan haikal.

Haikal menghembuskan napas kasar mendengar penolakan asya. Bukan dia tak mau tidur lagi di sofa tetapi jika terus seperti ini kapan pernikahan nya akan berkembang.

"Kalau kamu mau tidur di ranjang silahkan". Ucap asya tiba tiba membuat haikal tersenyum tipis. Tetapi luntur kembali saat asya melanjutkan ucapannya.

"Tapi asya tidur nya di luar".

Haikal tersedak ludah nya sendiri. Rahangnya mengetat dengan napas yang kasar keluar. Susah sekali meluluhkan hati seorang anastasya sabila ini.

"Tidak perlu. Kamu tidur di ranjang saja biar saya tidur di luar". Putus haikal datar, bangkit berdiri dan meninggal asya sendiri di ruang makan.

Tampak raut kecewa dari wajah nya dan asya tahu. Gadis itu menggigit bibir bawah nya menahan air matanya yang hampir keluar. Dia pun merasa bersalah dengan penolakan yang di lakukannya.

"Ya allah maafin asya. Asya gak bisa jadi istri yang baik".

....

Hai semuanya, selamat malam....

Maaf kemarin gak update soal nya lagi pokus ujian dan baru hari ini bisa up nya. InsyaAllah kalau gak ada gangguan besok aku up double sebagai ganti malam jumat yang gak update❤❤

Jangan lupa vote dan komen nya yah..

Bye bye👋👋👋👋

nyantri bareng suami Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang