•problem?
-Happy reading-
Malam hari setelah kejadian tadi siang, asya bersiap siap untuk ikut mengaji di kelas sepuluh sesuai perintah haikal. Setelah mengaji dari kelas biasanya dia tak langsung mengganti baju karena akan ikut mengaji lagi bersama kak mila yang memang rajin selalu ikut."Yang benar aja sya. Masa kita ngaji itu? Kitabnya aja belum punya apalagi mentalnya". Dira mengeluh saat asya memaksanya dan hani untuk ikut pengajian di kelas sepuluh.
Bukan tak ingin tetapi saat tahu kitab apa yang akan mereka pelajari membuatnya urung. Dia belum siap untuk mempelajari tentang kitab itu.
"Iya, sya. Lagian kamu kenapa tiba tiba pengen ikut mengaji? Biasanya juga enggak. Kamu dapat hidayah dari mana?" hani ikut menimpali. Dia juga tak ingin untuk ikut tetapi kasihan juga pada asya yang sudah merengek dari tadi.
"Dari jerman! Ya dari allah lah. Kalian pokoknya kudu ikut, emang kalian gak kasihan sama aku yang ngaji sendiri? Santri baru lho aku ini". Asya tetap kekeh.
Setelah mengaji beberapa lama di disini, dia sudah belajar banyak tentang agama. Ini juga perintah haikal, suaminya dan asya tak ingin durhaka.
Asya menautkan kedua tangannya di depan dada, matanya di buat membola dan berkaca kaca dengan bibir yang mengerucut. Jurus andalan nya dalam membujuk kedua temannya.
Dira serta hani memutar bola mata mereka, melihat tingkah asya yang sudah sangat mereka hapal. "Yaudah iya! Kita ikut." putus hani sedikit sewot.
Senyum asya mengembang, gadis itu bersorak riang sambil memeluk kedua temannya.
"Aaaaaa makasih temannya aku. Jadi gak sabar lihat kalian tidur di pengajian nanti". Ujar asya tanpa beban.
Gadis itu terkikik geli melihat ekspresi kedua temannya. Dia sudah sangat hapal dengan kelakuan mereka kalau sedang mengaji malam, pasti tidak lepas dari tidur atau mengantuk.
"Gak jadi ikut deh, kita ganti aja yuk han". Celetuk Dira pada hani. Sengaja mengatakan nya karena kesal dengan ejekan asya.
"Iya nih, tiba tiba jadi ngantuk banget. Dari pada tidur di sana di ejek terus mending di asrama lebih nyaman". Seru hani dengan nada merajuk.
Mereka pura pura hendak kembali ke asrama tetapi buru buru di halangi oleh asya yang langsung merentang kan tangan di depan mereka.
"Jangan lah. Iya iya maafin aku, gak ledekin lagi deh." sahut asya meminta maaf.
Hani serta dira menggeleng pelan, kelakuan asya membuat mereka harus banyak istighfar. Iya, kelakuan asya bikin istighfar tapi kelakuan ketiganya bisa membuat orang mengucapkan innalillahi.
"Asya hani dira, ayo. Kalian ikut mengaji kan?" kak mila datang, lalu mengajak ketiganya untuk segera berangkat.
Sebelum ikut berangkat asya dan kawan kawan memperbaiki tatanan sarung yang mereka kenakan supaya rapi kembali. Karena ke bar baran ketiganya membuat sarung yang semula rapidi pakai jadi acak acakan.
"Sya, ada danang tuh". Celetuk seorang santri menggoda.
Dira menyenggol lengan asya di tengah perjalanan mereka. Asya hanya mampu menghela napas sabar sambil kesal, kenapa pula jalan menuju kelas sepuluh melewati asrama putra.

KAMU SEDANG MEMBACA
nyantri bareng suami
Fiksi RemajaBagaimana jadinya jika kita menikah dan masuk ke pesantren bersama sang suami? Itulah yang di rasakan Anastasya Sabila. Gadis yang sering di panggil asya itu menerima perjodohan sebagai bukti baktinya pada orang tua. Haikal Zayyan Atharrazka. Pria b...