|16.Barzanji|
>happy reading<
Sudah dua hari asya bersikap baik, ini karena perintah suaminya. Hal itu pula yang membuat teman temannya bingung, sampai bertanya tanya ada apa dengannya.
Karena ini malam kamis, jadwal nya semua santri berkumpul di aula utama untuk melakukan barjanji dan deba. Semuanya sudah bersiap siap, terdengar dari aula sudah mulai berdoa.
"Ra, cepet!" teriak hani pada dira yang mencari sendal miliknya.
Asya, fitri dan hani tengah menunggu gadis itu, dira mqsih sibuk mencari sendal miliknya di antara puluhan pasang sendal. Itu semua gara gara dia memakai sendal yang pasaran.
Jarak dari asrama ke aula tak terlalu jauh, karena aula berada di tengah tengah pesantren. Dekat dengan asrama santriwati dan santriwan, juga dekat dengan masjid dan tempat mengaji kelas sembilan.
Karena hal itu, dapat terlihat banyak santri yang mulai masuk kesana. Hani mendengus pelan, menunggu dira malah membuat mereka telat.
"Ra cepet!" hani mendesak.
Dira yang sudah kelimpungan pun memakai sendal yang ada, lalu menghampiri mereka. "Maaf maaf, aku gak nemu sendalku" ujar dira.
Mereka mengangguk bersamaan. "Udah, ayo berangkat. Pasti udah banyak orang disana" ajak hani.
Mereka berangkat dengan dua barisan, hani dan asya di depannya fitri dan dira. Begitu hampir sampai di pintu, langkah mereka terhenti pelan. Membuat asya bingung karena berhenti tiba tiba.
"Kenapa berhenti?" tanya asya bingung.
"Aduh gimana ini? Udah banyak orang sya. Malu kita lewatnya" keluh dira berbalik.
"Kenapa? Banyak yang nongkrong di pinggiran mesjid ya?" dira mengangguk.
Jarak masjid dan aula itu hanya lima belas senti, biasanya santri sebelum ke aula shalat isa lebih dahulu dan langsung ke aula. Makanya, mereka sering berdiam lebih dulu di pinggiran masjid menunggu pengajian di mulai.
"Aduh, gimana ya?"
Hani menatap sekeliling, dari kejauhan terlihat beberapa santri senior menuju ke arah mereka. "Kita bareng aja sama kak mila" ucap hani memberi solusi.
Mereka menoleh ke belakang, lalu mengangguk bersamaan. Biasanya santri baru lebih rajin dari santri yang sudah lama, itu juga di pengaruhi tempat duduk.
Kak mila bersama beberapa santri senior lainnya mendekat pada mereka. "Lho, kalian kok masih disini? Kenapa tidak masuk?" tanya kak mila heran.
"Itu kak, banyak santri di mesjid. Kita gak berani lewat" jawab asya pelan.
"Halah! Paling caper doang. Nungguin banyak santri wan dulu baru kesana, biar bisa mamerin mukanya" kak jena yang juga baru datang segera menyela. Dengan sinis menatap mereka dan menyindir, melewati mereka dan segera menuju aula.
Dira menatap dua orang itu tajam, mendelik sampai mereka hilang pandang. Meski umurnya jauh di atas mereka, tetapi sikapnya malah lebih kekanak kanakan. Dira tak suka dua orang itu.
Kak mila menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan di dengerin, ayok! Bareng bareng kesana nya" ajak kak mila. Mereka mengangguk seraya tersenyum.
"Hm, kebiasaan santri santri ini. Harus di bicarakan dengan ustadz dan ustadzah nanti" gumam kak mila yang memimpin di depan.
Melihat kedatangan kak mila, santri santri yang sengaja diam di pinggiran masjid pun seketika masuk ke aula. Mereka tahu bagaimana kak mila, santriwati senior yang sudah terkenal di pesantren. Dengan tatapan mata tajamnya saja sudah membuat mereka ketar ketir.

KAMU SEDANG MEMBACA
nyantri bareng suami
Teen FictionBagaimana jadinya jika kita menikah dan masuk ke pesantren bersama sang suami? Itulah yang di rasakan Anastasya Sabila. Gadis yang sering di panggil asya itu menerima perjodohan sebagai bukti baktinya pada orang tua. Haikal Zayyan Atharrazka. Pria b...