8. Ustadz?
...... Happy reading......Setelah ashar asya dan haikal pulang ke apartemen untuk bersiap menuju pesantren. Tentu saja saat pulang di warnai oleh drama asya yang menangis. Gadis itu terlihat cengeng jika sudah bersangkutan dengan bundanya.
"Kamu masih sedih?" Tanya haikal. Mencoba menyalurkan energi positif pada asya.
Asya yang masih sedih pun mengangguk. Dia nangis setelah mendengar ucapan bundanya yang begitu bahagia saat dia mau masuk ke pesantren.
Dulu bunda nilam berniat memasukkan nya ke sebuah pondok, tetapi tak jadi karena asya yang menolak hingga menangis. Saat kemarin tahu asya mau bunda nilam bahagia sekali, dia memberi banyak nasihat dan mengucapkan seberapa besar kebahagiaan nya pada asya dan juga haikal.
"Jangan sedih terus. Kamu gak lihat tadi bunda begitu bahagia mendengar kamu bersedia masuk pesantren?" Bujuk haikal lagi.
"Asya sedih karena denger cerita bunda." Elak asya mengusap ingusnya tanpa malu.
"Huh! Hapus air matanya ya asya? Kita sudah mau sampai". Ucap haikal.
Sontak asya mendongak menatap sekeliling. Benar saja sudah ada plang nama sebuah pesantren, Al-qalam. Asya buru buru menghapus air matanya dan menetralkan ekspresi nya.
Tiba tiba saja rasa gugup menerpa nya saat terlihat bangunan yang bertulisan besar- pondok pesantren Al-qalam. Dalam sekejap mereka sudah masuk ke dalam gerbang pesantren dan menampilkan banyak anak anak santri yang sedang bersantai di sore hari.
Asya semakin di buat gugup, tangannya meremas kuat baju yang tengah di pakai nya. Tubuhnya mendadak panas dingin sekarang terlebih banyak anak anak yang menatap mobil mereka.
"Ayo Turun". Ajak haikal setelah berhasil memarkirkan mobilnya.
Sebenarnya di pesantren tidak ada yang di perbolehkan membawa kendaraan. Tetapi untuk haikal ada sebuah pengecualian.
Asya menggeleng gugup, menolak untuk keluar. Celingak celinguk melihat sekeliling nya yang begitu banyak orang.
"Loh, kenapa gak mau turun?" Tanya haikal heran dengan sikap istrinya.
"Asya takut. Gak jadi mondok aja deh". Lirih asya dag dig dug seeer.
"Heh gak boleh gitu. Ayo turun, gak akan kenapa napa saya jamin". Ujar haikal.
Haikal keluar lebih dahulu lalu di susul oleh asya. Keduanya berjalan beriringan dengan asya yang menundukan pandangannya. Bukan sebagai ukhti tetapi karena malu, banyak sekali santri yang menatap mereka.
"Itu baju aku gimana?" Tanya asya saat mereka meninggalkan koper di bagasi mobil.
"Nanti kita ambil. Sekarang temui kiyai dulu untuk mendaftarkan kamu". Jawab haikal.
Asya menurut saja. Dia mengikuti haikal sampai keduanya masuk ke dalam rumah yang cukup besar. Di sana ada seorang wanita paruh baya yang khusyu berdikir.
"Afwan bu nyai". Panggil haikal sopan.
Wanita yang di ketahuilah sebagai bu nyai itu menoleh dan tersenyum ramah. "Eh nak haikal. Baru kesini?"
KAMU SEDANG MEMBACA
nyantri bareng suami
Teen FictionBagaimana jadinya jika kita menikah dan masuk ke pesantren bersama sang suami? Itulah yang di rasakan Anastasya Sabila. Gadis yang sering di panggil asya itu menerima perjodohan sebagai bukti baktinya pada orang tua. Haikal Zayyan Atharrazka. Pria b...