Sosok gadis yang berusia 5thn. sedang duduk di kursi taman belakang rumah mewah nya bersama mamanya, sosok itu nampak senang dan bahagia di kala melihat sang ibu tengah bercanda kepada nya, tak jauh dari mereka ada sosok pria yang tersenyum menatap keluarga kecil nya yang bahagia.
namun kebahagiaan itu tak beranjak lama, sekitar kurang lebih 20menit sang ibu tiba-tiba mengaduh sakit di kepalanya. membuat sang anak yang melihat itu khawatir dan menangis, ketika menatap sang ibu yang tengah kesakitan. sosok pria yang mendengar suara anak nya pun serontak menoleh dan mendapati sang istri yang kini kesakitan.
sosok itu pun berdiri dan berlari kearah anak dan istrinya ketika dah sampai iya pun segera memeluk istrinya.
"sayang kamu kenapa."ucap nya dengan panik sambil mengguncang tubuh sang istri yang tidak mendapat respon apa pun.
Tampa berlama-lama iya pun langsung bangkit dari duduknya dan membawa sang istri yang berada di gedongan nya guna ke rumah sakit terdekat, sedangkan sang anak yang melihat itu mengikuti sang ayah dari belakang dengan Isak tangis nya.
rumah sakit.
saat ini sosok laki-laki yang di kenal dengan panggilan Abraham itu, tengah mondar mandir di depan pintu UGD rumah sakit dengan raut wajah khawatir.
beberapa menit menunggu dan akhirnya pintu yang sedari tadi tertutup kini terbuka menampilkan sosok laki-laki berjas putih yang keluar dari ruangan itu, iya yang melihat itu pun segera menghampiri sang dokter.
"dok, gimna keadaan istri saya."ucap nya dengan raut cemas bercampur khawatir.
"kepada pak setifen Abraham selaku suami dari pasien Dahlia Supari."ucap dokter yang langsung di angguki oleh Abraham.
"mari kita bicarakan ini di ruangan saya."ucap sang dokter yang di angguki oleh Abraham.
setifen Abraham sosok laki-laki yang berusia sekitar 40tahun. namun tak di pungkiri jika sosok itu terlihat sangat tampan dan masih muda.
setelah berbincang mereka pun berjalan menuju keruangan dokter Maulana saat sampai di dalam ruangan sang dokter, dokter pun menyuruh Abraham untuk duduk di kursi di hadapannya, yang di angguki oleh Abraham.
"jadi gimana dok, gimana keadaan istri saya."ucap nya dengan raut wajah cemas, Abraham dapat melihat sang dokter menghela nafas panjang yang membuat Abraham tambah khawatir.
"begini pak Abraham dari hasil, pemeriksaan istri bapak di ponis memiliki tumor otak ganas yang sedang memasuki stadium 4."ujar sang dokter yang membuat Abraham terdiam kaku dengan jantung yang berdetak kencang, badan nya mulai panas dingin mendengar kabar ibarat di terjang badai di waktu musim panas. iya sama sekali tak bisa berkata apa-apa, iya pun teringat sang putri gimana iya harus menjelaskan nya nanti.
"ap-apa bisa istri saya sembuh dok."ucap Abraham, sang dokter yang mendengar itu pun berucap.
"untuk sekarang kita hanya perlu doa karena kemungkinan sembuh itu 1 persen."ucap sang dokter yang membuat Abraham tak bisa berkata apa-apa lagi.
Tampa mereka sadari, saat ini di depan pintu. sudah ada berdiri sosok wanita yang sudah ingin tutup usia dengan sosok anak kecil berusia 5thn yang mematung dengan jantung yang berdetak kencang ketika mendengar perbincangan itu.
gadis yang berusia 5 tahun itu terdiam kaku menatap pintu ruangan dokter dengan tatapan yang sulit diartikan, iya pun menatap ke arah pembantu nya seraya berucap.
"ayook jenguk mama."ucap nya yang diangguki sang bibi yang berjalan menuju keruangan sang majikan nya.
di sinilah sekarang mereka berada, di luar ruangan kamar Dahlia yang tertutup, gadis itu menatap ke arah sang pembantu nya. Iya merentangkan tangan untuk di gendong, melihat hal itu sang pembantu pun langsung meraih tubuh kecil nona mudanya. Iya mendekat ke arah kaca yang terdapat di kamar itu dan melihat sosok wanita terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit. membuat sosok gadis dan sang pembantu yang melihat nya menatap sendu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafani Azahra (End).
Teen Fictiondi larang menjiplak dalam karya orang lain, kita punya kelebihan masing-masing asal bisa berfikir luas maka pasti akan ada dorongan motivasi dalam membuat karya. ohhhh,,, ayolah menulis dan memikirkan alur tidak lah segampang itu, kita harus rela ti...