kembali.

102 6 1
                                    

Rafani kini berada di dalam kamar nya yang dulu, iya menatap ke arah luar jendela yang kini memperlihatkan cuaca yang sangat tidak bersahabat di mana sepertinya akan turun hujan.

"pliss, tuhan jangan turun hujan untuk malam ini."Gumam Rafani pelan namun terlihat sekali raut gelisah di saat iya mulai melihat ada kilatan kecil, Rafani yang melihat itu meringis.

Glegar! Blar!

"AAAAAAAAAA, MAMA ADA PETIR."triak Rafani yang kini sudah berlari dan bersembunyi di bawah meja sambil membekap kepala ketika mendengar suara petir.

Blarrrrr...

Rafani yang masih mendengar suara petir pun menggigit bibir bawah nya kuat, iya tak berani menatap ke arah kasur nya karena melihat kilatan yang sangat terang. iya terus bersembunyi di bawah meja, dengan tangan yang kini berada di telinga nya.

ceshen berjalan ke arah tangga untuk menunju lantai dua setelah iya keluar dari ruangan bawah tanah, iya berjalan santai dan sesekali memegang dadanya ketika mendengar suara geleduk yang sangat keras itu. dan Samapi lah dia di depan kamar nya, saat iya mau membuka pintu iya tersentak mendengar suara teriakan seseorang di samping kamar nya.

"tuh anak ngapain sih teriak-teriak."Gumam ceshen dan langsung masuk ke dalam kamar nya.

Sechan berjalan ke arah ranjang dan merebahkan tubuhnya ke kasur, iya yang melihat kilatan geleduk yang sangat dahsyat mendengus kesel. tak lama handphone ceshen berbunyi menandakan ada panggilan masuk. ceshen yang melihat itu pun menatap handphone nya dan mengangkat panggilan dari sang ayah.

"ceshen."ucap Johan.

"ada apa yah."ucap ceshen.

"di sini hujan dan berpetir apa di sana juga hujan."ucap Johan.

"iya di sini juga hujan yah, cuma petir nya sangat kuat."ucap ceshen.

"Sial, ceshen."teriak Johan, Ceshen yang mendengar nya mengumpat pelan.

"apa sih yah."kesel ceshen.

"kamu cepat temui Rafani dia takut akan petir cen."ucap Johan yang tak kalah panik nya sekarang.

Sechan yang mendengar nya tersentak jadi suara teriakan tadi bukan lah main-main melainkan Rafani benar-benar sedang ketakutan, Tanpa memperdulikan ucapan ayahnya, ceshen langsung melempar kan ponsel nya ke kasur dan iya berlari keluar kamar untuk ke kamar Rafani. saat sampai di depan kamar Rafani, ceshen tersentak mendengar teriakkan gadis itu. Tanpa pikir panjang ceshen pun langsung membuka pintu itu yang kebetulan gak di kunci.

"CK, sialan, kenapa gak di kunci sih pintu nya. kalo ada orang lain masuk gimana."Gumam ceshen pelan, iya menatap kamar itu yang gelap dan kosong hanya sedikit cahaya yang di timbulkan oleh kilatan petir. ceshen menajamkan penglihatan nya dan menyelusuri ruangan itu sampai tak lama iya melihat ringkuk kan kaki yang berasal dari bawah meja.

"fan, itu Lo."ucap ceshen mendekat, Rafani iya yang mendengar suara itu pun tersentak. iya ingin melihat siapa orang nya namun tak jadi ketika melihat keliatan petir.

"hiks hiks, mama tolong araa."Gumam nya terisak kecil, ceshen yang mendengar suara itu pun langsung berjongkok.

"heh,, Lo tenang ini gue. ayokk keluar kenapa di bawah meja entar kepala Lo terhantuk lagi."ucap ceshen memegang tangan Rafani sedangkan Rafani menggeleng kecil ceshen yang melihat itu diam.

"gak mau, aku mau pulang cen, hiks aku mau sama ayah."ucap Rafani terisak.

"masa Lo lupa kalo hujan kan jalan di tanjakan di tutup."ucap ceshen, Rafani yang mendengar nya terdiam.

Rafani Azahra (End).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang