Dejavu.

136 5 0
                                    

sedangkan saat ini di kamar Rafani Sudah ada sisi dan Clara, sisi dia terus menunggu Rafani di kamar nya di temani oleh Clara yang dari tadi sibuk bermain laptop yang di bawa nya dari kamar nya. beberapa saat menunggu, kini sosok yang tak lain Rafani masuk ke dalam kamar membuat sisi bangkit dari duduknya. Clara yang melihat itu hanya diam dan menatap laptop nya yang menampilkan drama cina itu.

"dex Lo keluar dulu gih temani Kaka Velia, Kaka ada mau yang di bahas sama sisi."ucap Rafani, clara yang mendengar nya pun mengangguk.

"ok deh, tapi laptop nya Clara letak sini yam"ucap Clara, Rafani yang mendengar nya mengangguk dan setelahnya Clara keluar dari kamar Rafani menyisakan Rafani dan sisi.

"ada apa."tanya Sisi.

"gimana kehidupan Lo akhir-akhir ini."ucap Rafani.

"Kaka Dila baik ko gue seneng."ucap sisi, Rafani yang melihat itu tersenyum kecil.

"Lo emang gak marah soal berita keluarga Lo."ucap Rafani yang membuat sisi terdiam Rafani yang melihat itu tersenyum.

Rafani melangkahkan kakinya menuju sebuah lemari, iya meraih pistol yang berdiri di sana dan membawanya ke arah sisi. Lalu menyerahkan nya.

"kalo Lo mau balas dendam juga gak papa."ucap Rafani yang membuat sisi tersentak, menatap ke arah Rafani yang kini menatap nya dengan tersenyum.

"eh, enggak ko Ra, gue malah berterima kasih sama Lo kehidupan gue jauh lebih baik sekarang. Tanpa ada teror dari keluarga erdika lagi."jujur sisi cepat Rafani yang mendengar nya mengangguk.

"gue boleh ngambil apa yang jadi hak gue."ucap Rafani yang membuat sisi terdiam.

"Anjim, kek mau lepas perawan gue."batin sisi yang berusaha meneguk Salivanya.

"mak-maksud Lo."Gumam sisi pelan.

"gue mau nanya apa Lo tau sesuatu tentang apa aja yang terjadi sama Zidan selama ini."tanya Rafani menatap sisi datar sedangkan sisi terdiam.

"tentang, apanya Ra? gue gak paham."ucap sisi.

"apa Zidan selama ini ada kembaran , atau dia pernah terjadi kecelakaan dan berakhir oplas."tanya Rafani, sisi yang mendengar nya pun menatap Rafani heran sambil berfikir namun tak lama iya membalak.

"eh' eh, pernah dulu dia balapan tapi kalah gara-gara di tabrak orang nah, dia di bawa ke Australia dan di operasi plastik juga gara-gara mukanya hancur."ucap sisi yang baru ingat soal itu, Rafani yang mendengar nya pun terdiam.

"apa Lo gak ada merasa keanehan soal Zidan."tutur Rafani, sisi yang mendengar nya pun berusaha mengingat ingat lagi.

"emm,, kek nya gak ada deh dan setelah itu gue di kasih tau sama nyokap, kalo Kaka Zidan koma dan hilang ingatan."kata sisi dengan mengangguk yakin.

"sudah berapa lama. "ucap Rafani.

"semenjak gue kelas 2 smp."ucap sisi, Rafani yang mendengar mengangguk dengan memejamkan matanya sekilas.

Rafani dan sisi itu seumuran, tepat saat kelas dua SMP, Rafani harus kehilangan sahabat nya akibat misi yang di ambil sahabat nya itu, membuat nya hilang tak kunjung ada kabar yang jelas. di sini Rafani akui jika sebenarnya Zidan sangat mirip dengan sosok itu, maka dari itu Rafani diam-diam mencari informasi tentang Zidan. namun seakan-akan banyak yang hilang yang membuat nya susah mencari tentang nya.

"terus ada lagi."ucap Rafani yang mendapat gelengan dari sisi, Rafani yang melihat itu membuka tablet nya dan memberikan ke arah sisi.

"ini apa."kata sisi.

"gue harap Lo bisa paham sama apa yang gue kasih, ini awal dari tugas-tugas Lo sebagai Intel gue, ingat ya si? gue gak pernah main-main sama anggota gue, jika Lo lengah nyawa Lo mati."ujar Rafani tajam sisi yang mendengar nya menahan nafas, dengan sedikit gugup iya mengangguk menatap ke arah Rafani serius.

Rafani Azahra (End).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang