ceshen terus berjalan menuju lorong depan saat di belokan, iya tiba-tiba terhenti ketika pikiran nya terus mengarah pada Rafani. saat ini iya kembali mengingat sosok gadis yang bisanya menatap datar orang lain, kini benar-benar menunjukkan tatapan rapuhnya. ceshen yang mengingat itu pun menggerang kesel dan berbalik dengan tangan yang terkepal.
"ARGHHHH."
ceshen berlari ke arah gedung belakang dengan sangat cepat, saat sampai di pohon tersebut. ceshen tersentak melihat tubuh Rafani yang kini terbaring di rerumputan, dalam keadaan darah yang masih keluar dari kening gadis itu.
"akhhhhh sial." ceshen terus mengumpat dan menarik rambut nya frustasi, iya berlari ke arah rafani.
"Rafani Lo gak papa."ucap ceshen yang langsung membawa kepala rafani ke pahanya.
"maafin gue Ra."ucap ceshen dan langsung menggendong Rafani, Langsung berbalik dan berlari menelusuri koridor untuk menuju parkiran. kebetulan koridor sangat sepi. mengingat sudah jam masuk pelajaran. memudahkan ceshen terus berlari tanpa adanya hambatan membawa rafani menuju mobil nya, saat sudah sampai, ceshen langsung meletakkan Rafani di jok samping dan memutar untuk masuk ke jok pengemudi. ceshen melajukan mobilnya keluar dari pangkaran sekolahan dan membawa Rafani ke apartemen nya.
"gimana keadaan nya, dokter Heri."ucap ceshen kepada dokter yang keluar dari kamar apartemen nya.
"nona Rafani tidak apa-apa tuan muda, hanya aja rasa cemas dan ketakutan di dalam dirinya membuat nya seperti ini. apa lagi melihat dia yang kurang tidur dan kurang makan, sepertinya akhir-akhir ini dia banyak pikiran, untuk kepala nya nona Rafani! tidak terlalu parah cukup ganti perban setiap pagi."ucap sang dokter, pribadi keluarga Akbar.
"baik lah tuan muda, saya pamit. ini resep obat silahkan tebus di apotik terdekat."ucap nya yang di angguki oleh ceshen.
ceshen keluar dari apartemen meninggalkan Rafani di apartemen nya, iya Langsung menuju apotek untuk menebus obat Rafani. Laki-laki itu pun menyempatkan membeli bubur dan kembali lagi ke apartemen.
kini ceshen berada di kamar nya dan menatap wajah pucat Rafani yang kini tengah terpejam."maafin gue."Gumam ceshen pelan dengan Helaan nafas.
tak lama ceshen menatap ponsel Rafani yang kini berdering, ceshen meraihnya dan melihat pesan masuk dari Giovan dan kedua sahabat gadis itu. namun iya mengangkat alis nya ketika iya sangat penasaran sama chat dari Giovan, ceshen pun membuka pesan itu dan membaca apa yang di kirim Giovan ke Pada Rafani. ceshen membalak dengan tubuh kaku menatap pesan yang di kirim Giovan.
"dia benar gala , gue udah periksa semua nya. ini gak salah lagi Ra? dia moki Lo dulu."
"itu gue ada ngirim saksi saat kejadian dan Saksi di rumah sakit."
"dan ini dia dokter yang membuat ingatan gala hilang."
"tapi dokter bilang ke gue, kalo gala gak bisa di paksa untuk mengingat Lo. kalo Lo gak mau ingatannya benar-benar menghilang, cukup tunggu? biar dia ingat Lo dengan sendirinya."
ceshen terdiam menatap video dan data semua yang sudah di kumpulkan Giovan. jadi Zidan benar-benar gala sedangkan Zidan yang asli sudah meninggal.
"waktu kecelakaan dokter membenarkan! jika dua orang yang kecelakaan satu di antara mereka meninggal dunia. dan itu bukan gala melainkan Zidan. namun orang tua Zidan mengatakan jika gala adalah anak mereka dan mengganti identitas mereka berdua! maka dari itu dulu pihak rumah sakit bilang? yang mati adalah gala namun sebenarnya Zidan."
"gala di bawa ke China untuk pengobatan dulu dan di sana lah keluarga Zidan, menyewa dokter untuk menghapus ingatan gala."
"gue dah bawa tu dokter ke penjara, bawah tanah yang ada di organisasi. karena ini juga termasuk tindakan ilegal."
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafani Azahra (End).
Teen Fictiondi larang menjiplak dalam karya orang lain, kita punya kelebihan masing-masing asal bisa berfikir luas maka pasti akan ada dorongan motivasi dalam membuat karya. ohhhh,,, ayolah menulis dan memikirkan alur tidak lah segampang itu, kita harus rela ti...