jam pelajaran di mulai saat ini kelas Rafani tengah mengikuti pelajaran matematika, yang membuat Rafani mendengus kesel bukan karena iya tidak suka akan pelajaran yang menguras kalori itu, tapi iya sangat malas apa lagi mengingat entah kapan pelajaran ini sudah di pelajari nya dulu. azahra yang bosen dan Malas pun mengucek matanya yang memerah karena menahan ngantuk dan menutup mulutnya saat iya menguap.
guru yang mantap azahra yang kini tengah ingin memejamkan matanya pun melotot."azahra kamu ingin mengikuti pelajaran saya apa ingin tidur."tegur ibu guru itu yang membuat Rafani tersentak karena kaget.
para murid yang mendengar suara galak pak mumus pun serentak menatap ke arah azahra yang berada di pojok belakang, dengan tangan yang bertumpu di samping wajah nya menatap pak mumus dengan tatapan ngantuk.
"kenapa sih pak."ucap Rafani kaget.
"kamu masih nanya saya kenapa."ucap pak mumus tak habis pikir dengan kelakuan muridnya.
Rafani sepontan mengangguk menatap pak mumus dengan tatapan polos yang membuat Akila dan Devi nyaris mengumpat, mereka kompak menepuk jidatnya geleng-geleng kepala melihat kelakuan azahra yang sangat di luar akal akhir-akhir ini.
"keluar dari kelas saya dan berdiri di depan tiang bendera sampe jam istirahat."sentak pak mumus galak kepala Azahra.
"wahh,,, bapak gak salah nih nyuruh saya berdiri sampe jam istirahat, gak ada hukuman yang lain apa pak."sewot Rafani yang membuat pak mumus menatap nya garang.
"baik lah kamu berdiri di tiang bendera sampe jam pulang."putus pak mumus lagi yang membuat Rafani Tampa sadar langsung pergi ke luar kelas lebih baik dia di hukum sampe jam istirahat dari pada sampe jam pulang. namun saat tak jauh dari pintu Rafani menarik napas Perlahan dengan tersenyum miring.
"PAK KEPALA SEKOLAH, PAK MUMUS MAU BUAT SAYA PINGSAN. KARENA DI HUKUM DI BAWAH BENDERA, TOLONG ADILI SAYA PAK! PECAT AJA UDAH, PECAT AJA PAK MUMUS PAK."teriak Rafani sepanjang jalan sambil berlari dengan pak mumus dan siswa siswi di dalam kelas membalak terkejut karena mendengar teriakkan gadis itu, juga kelas lain yang di lewati nya, menatap Rafani dengan tatapan heran.
Rafani iya menatap lurus ke atas dengan tangan yang berada di samping alis nya, iya mengingat-ingat di mana dulu dia adalah sosok gadis datar dan dingin namun iya bukan lah sosok yang pembuat onar seperti ini, bahkan iya sekarang sudah bisa mempercayai orang-orang di seketika nya walaupun cuma Akila dan Devi juga Velia. namun mengingat sang paman dan bibi Azahra, Rafani tau jika mereka pasti menyayangi azahra.
"CK,CK, lama-lama gue bakal jadi pecicilan deh pembuat onar sama sahabat azahra ternyata menyenangkan."Gumam Rafani sambil menggeleng tak habis pikir.
Tampa di sadari oleh Rafani seseorang menatap nya dengan tatapan tajam dan dingin, namun bibir nya Tampa sadar melengkung membentuk sebuah senyuman kecil menatap Rafani dari kejauhan.
kantin.
bel istirahat berbunyi satu menit yang lalu, Rafani, akila dan Devi berjalan dengan beriringan dengan Rafani yang di tengah, Devi melihat wajah Rafani yang kini memerah dengan keringat yang bercucuran di leher sekaligus pelipis nya.
"penuh banget."ucap Akila menatap kantin yang kini sudah penuh akan siswa dan siswi yang sudah berondong untuk memakan makanannya dan ada juga yang lagi memesan makanan. sebenarnya banyak yang bertanya-tanya akan identitas Azahra dan Devi mengingat tidak ada warga sekolah yang tau bahkan hanya sekedar marga aja tidak di pakai oleh mereka sehingga orang-orang tidak tau seperti apa mereka sebenarnya.
banyak yang ingin membalas tindakan bullying yang di lakukan oleh Rafani and the geng, namun banyak yang menurunkan niat nya mengingat ada Akila selaku keluarga terpandang di sekolahan itu yang menjadi sahabat dari azahra. tak banyak juga orang berpikir jika azahra dan Devi berteman dengan Akila hanya semata ingin jadi populer dan juga di takuti banyak orang. bahkan ada yang berpikir jika azahra dan Devi ini adalah orang miskin, tapi mereka juga tak bisa percaya mengingat setiap hari azahra dan Devi selalu mengendarai mobil sport mereka. yang terbilang tidak murah apa lagi setelah mengingat jika mereka sekolah tidak dari jalur beasiswa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafani Azahra (End).
Teen Fictiondi larang menjiplak dalam karya orang lain, kita punya kelebihan masing-masing asal bisa berfikir luas maka pasti akan ada dorongan motivasi dalam membuat karya. ohhhh,,, ayolah menulis dan memikirkan alur tidak lah segampang itu, kita harus rela ti...