Di dalam ruangan Rafani, gadis itu saat ini hanya tinggal ceshen dan dirinya, di mana Rafani sibuk akan laptop di pangkuan nya dengan ceshen yang sedari tadi diam menatap ponselnya. Beberapa saat hening membuat ceshen menolehkan kepalanya menatap kearah gadis di hadapannya.
"Thanks."
Rafani menyengit iya menatap ke arah ceshen yang kini menatap nya dengan tatapan yang sulit diartikan.
"Apa."
"Udah nolongin gue, makasih."
Melihat tatapan tulus dari mata tajam itu membuat Rafani terdiam beberapa saat sebelum terkekeh lucu.
"Lo mikirnya gue nolongin Lo."ujar Rafani membuat alis ceshen terangkat.
"Gue gak ada niatan mau nolongin Lo, kalo gue gak lawan mereka yang ada gue di tangkap atau mati sekarang."
Ceshen laki-laki itu terdiam, menatap ke arah mata Rafani yang menyiratkan bahwa ucapan nya adalah kebenaran membuat nya tanpa sadar mengepalkan tangannya kuat.
"Strategi Lo lumayan."puji Rafani yang kini kembali fokus menatap ke arah laptopnya membuat ceshen menatap ke arah lain.
"Soal kertas itu, Lo beneran di teror."ucap ceshen datar menatap keluar kaca balkon.
"Kenapa harus takut, pada akhirnya semua nya akan mati! Tinggal nunggu alurnya aja kita mati dengan keadaan seperti ap-."
Brakkkk...
Rafani terjonlak kaget menatap ke arah laki-laki di hadapannya yang kini menatap nya dengan tajam.
"Gue gak akan, biarin Lo nyusul mama Lo dengan cepat." Tekan ceshen membuat Rafani terdiam.
"Gue bakal cari tau siapa dia."ucap nya yang kini bangkit ingin melangkah keluar sebelum....
"Seberapa keras Lo kaya gini, tetap ending nya bakal membuat Lo Bingung."
"Gak usah membahas soal kisah seseorang, Lo tinggal jalan di alur kisah Lo sendiri. tanpa ada niatan untuk merusak alurnya, semua orang berhak memilih alur kisah mereka."
"Lo gak tau sen, Lo gak tau jika di depan sana ada sebuah tembok yang sudah menunggu kedatangan gue."Gumam Rafani menatap ke arah pintu di hadapannya yang sudah tertutup.
Cklekk....
"Ra."
Rafani menatap ke arah Giovan yang kini berdiri di sampingnya, tatapan laki-laki itu menyiratkan sesuatu yang sangat sulit di pahami membuat nya mengangguk samar.
"Ko bisa Lo kepikiran sampai ke sana."tutur laki-laki itu yang masih tidak paham.
"Rasa nya beda, dan semuanya benar-benar gak sama."ucap Rafani membuat giovan menghela nafas.
"Gi."
"Kalo Lo mau ngomong soal yang lurus gue bakal denger, tapi kalo omongan Lo menyimpang sorry gue gak mau mikir."ketus Giovan yang kini duduk di sisi ranjang! membuat Rafani mendelik.
"SIALAN Lo."sakras nya.
"Mau nunggu gue sampai ijab kabul."Rafani menoleh sekilas ke arah Giovan yang kini menatap nya serius.
"Pertanyaan atau permintaan."
"Dua-duanya."
"Lo yakin gak bikin dia bunting, ini belum ada semester satu."ujar Rafani.
"Seenggaknya gue bisa berkumpul sama keluarga yang lengkap, lebih tepatnya mereka yang anggap gue keluarga."
"Sampai mana Lo tau semuanya gi."lirih Rafani membuat giovan terdiam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rafani Azahra (End).
Teen Fictiondi larang menjiplak dalam karya orang lain, kita punya kelebihan masing-masing asal bisa berfikir luas maka pasti akan ada dorongan motivasi dalam membuat karya. ohhhh,,, ayolah menulis dan memikirkan alur tidak lah segampang itu, kita harus rela ti...