❐⛓31. Sebatas Bayangan (1)

240 45 12
                                    

Stefan berdiri tepat di depan pintu gerbang istana. Ketika pintu gerbang itu terbuka lebar untuk menyambut kedatangannya, Stefan bisa melihat puluhan kain pita membentang di atas tembok. Anak-anak tertawa, bermain ke sana ke mari sembari membawa balon-balon. Sementara para pelayan dan pengawal sibuk mempersiapkan acara penobatan Selena.

"Akhirnya acara ini akan dilaksanakan di istana," gumam Stefan. Dulu, Stefan yang bertugas untuk menyiapkan acara ini, tetapi sekarang? Semua pengawal dan pelayan bergerak menuruti perintah dari Hiro. Sementara beberapa pengawal dan pelayan lain menghilang, bersamaan dengan jejak langkah Jayden di istana.

"Ke mana dia? Sejak datang ke istana, aku belum melihat batang hidungnya sedikit pun," tanya Stefan heran.

Salah satu pengawal berkata, "Ada apa Pangeran? Anda mencari siapa?"

"Aku mencari Jayden," jawab Stefan.

Pengawal yang bertanya langsung menundukkan kepala, sembari mengusap tengkuknya sendiri. Pria itu tampak kesulitan menjawab perkataan Stefan. Antara bingung memilih kata yang cocok, atau tidak mau mengatakan hal yang sebenarnya terjadi.

"Kau tahu di mana Jayden berada?" tanya Stefan.

"Pangeran, sebenarnya Pangeran ketiga... tidak menyetujui penobatan ini. Dia menolak menerima Putri Selena sebagai putri mahkota, atau pun istri Pangeran Kesatu. Apa... apa... Anda juga akan keberatan seperti pangeran ketika?" tanya pengawal itu.

Bukannya marah, Stefan malah menarik sudut bibirnya ke atas. Pemuda itu menjulurkan telapak tangannya di depan sinar matahari, kemudian menggenggam erat cahaya yang tak bisa disentuh, tapi bisa dirasakan. "Tidak. Aku tidak keberatan."

Para pengawal akhirnya mengeluarkan napas panjang. Setelah itu, salah satu dari mereka berkata, "Syukurlah. Saya takut, Anda berada di pihak yang berbeda dengan Pangeran kesatu, dan melakukan segala cara untuk merebut posisinya."

Stefan mengeluarkan napas panjang, lalu berkata, "Aku hanya pangeran bayangan. Kehadiranku mungkin tak berarti di sini, tetapi aku memiliki kehidupan lain di luar istana."

Ketika Stefan tersenyum tipis, merasakan hangatnya sinar mentari membungkus tubuhnya, salah satu pengawal kembali mengeluarkan napas panjang. Dia memberitahu Stefan, "Syukurlah, Pangeran. Anda tidak berniat merebut kekuasaan seperti Pangeran ketiga."

"Merebut?" tanya Stefan bingung.

Pengawal itu melanjut, "Ya! Pangeran ketiga bilang dia akan memberontak, dan ingin mengambil posisi raja dari Pangeran pertama. Bahkan, dia... dia... dia... ingin menjadikan penyihir matahari sebagai istrinya sekaligus ratu."

Stefan baru memelototkan mata, ketika mendengar hal yang baru saja diucapkan pengawal. Pemuda itu memegangi keningnya sendiri, sembari mengeluarkan napas panjang. "Aku tidak pernah berpikir, jika Jayden akan senekat ini."

Salah satu pengawal mendekat dan menepuk bahu Stefan. Dia berkata, "Anda tidak perlu khawatir, Pangeran pertama pasti bisa mengatasi hal ini. Lagi pula, Pangeran ketiga tidak mungkin melakukan hal g*la seperti itu. Dia bahkan mengobati Pangeran pertama dan seluruh rakyat ini tanpa memandang status."

Stefan menggelengkan kepala, sembari menatap ke arah kakinya. Dia masih ingat jelas, rasa sakit saat Jayden menggores kakinya dengan kristal bunga matahari. Pemuda itu langsung berkata, "Jayden sudah berubah. Dia bisa melakukan apa pun untuk memenuhi keinginannya. Termasuk memb*nuh saudaranya sendiri! Itu artinya, kalian harus berhati-hati dengan Jayden."

Stefan melirik ke kiri dan ke kanan. Dia berkata, "Aku akan mencari Jayden, sekaligus mencari tahu soal ini."

"Baiklah, Pangeran. Semoga Anda berhasil menghentikkan keinginan Pangeran Jayden."

Bukannya beristirahat, atau membantu para pengawal menata dekorasi, Stefan malah sibuk mencari Jayden. Dia meminta para pengawal untuk memberitahu keberadaan Jayden padanya, akan tetapi para pengawal juga tak tahu letak keberadaan Jayden. Hal itu membuat Stefan khawatir, dan mencari-cari cara untuk menghentikkan pertikaian antara kedua saudaranya.

"Jayden! Hal gil* apa yang akan dia perbuat selanjutnya?!" gertak Stefan. Ketika Stefan tengah mencari Jayden, dia malah menemukan Hiro yang sedang mengendap-endap bersama beberapa pengawal.

Tingkah Hiro membuat Stefan merasa curiga. Dia mengikuti langkah Hiro, lalu memelototkan mata, melihat benda yang Hiro bawa. "Kau?! Dari mana mendapatkan benda berbahaya itu?!" tanya Stefan.

Hiro menyembunyikan kotak belati kutukan di belakang tubuhnya. Dia meminta para pengawal untuk melanjutkan perjalanannya lalu berkata, "Aku sudah berdiskusi dengan Selena, dan Selena membantuku mendapatkan benda ini. Jadi, tidak ada salahnya aku mengambilnya, bukan?"

Stefan mengepalkan tangannya, lalu berkata, "Benda itu tersembunyi ratusan tahun yang lalu, karena racun berbahaya yang ada di ujungnya. Hanya raja saja yang bisa menggunakan benda itu, untuk kepentingan mendadak. Jadi... kenapa kau berani mengeluarkannya? Apa ada hal yang membuatmu terancam?"

Hiro menatap tajam ke arah Stefan, dia tersenyum tipis, lalu menepuk bahu Stefan dan berbisik, "Kau bertanya, padahal sudah tahu jawabannya seperti apa."

"Dengarkan aku baik-baik, jika ingin nyawamu selamat, dan kau masih hidup dalam garis kerajaan."

"Duduk diam, dan lihat apa yang akan aku lakukan pada Jayden."

"Kau hanya bayanganku. Di mana-mana, bayangan hanya mengikuti tuannya. Jadi, jangan ikut campur," bisik Hiro.

Stefan mengepalkan kedua tangannya. Dia menatap tajam ke arah Hiro, kemudian berkata, "Kau sudah keterlaluan. Hanya karena dirimu takut jatuh dari posisimu, kau mencoba untuk menyerang adikmu sendiri. Apalagi dengan cara licik."

"Adik? Adik mana yang berniat menghabisi kakaknya sendiri. Aku tidak akan menggunakan benda terkutuk, jika Jayden tidak memanfaatkan para penyihir," jelas Hiro.

Setelah itu Hiro pergi, dan Stefan terdiam memikirkan semua masalah yang ada di istana. Padahal, Stefan berjanji untuk menemui Sena besok, tetapi semua permasalahan di sini membuat Stefan diam sembari menutup wajahnya dengan telapak tangan.

Apa yang Stefan bisa lakukan untuk menghentikkan Jayden dan Hiro? Stefan hanya pangeran bayangan. Dia tak memiliki kekuasaan, dan tak mempunyai niat untuk memanfaatkan orang lain. Semua hal yang terjadi membuat Stefan berteriak frustrasi. Meskipun sering bertengkar untuk candaan, tetapi Stefan masih ingin keluarganya utuh tanpa pertikaian yang serius.

"Aku harus melakukan apa?"

Ketika Stefan tengah diam dan berpikir, tiba-tiba Selena menghampirinya dengan kepala menunduk. Padahal penobatan tinggal beberapa hari lagi, tetapi tak ada suara riang atau wajah penuh kebahagiaan. Gadis itu berjalan ke arah Stefan, lalu memanggil, "Stefan."

•••

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang