Sorak bahagia pelayan dan pengawal istana memenuhi aula. Semua orang berbahagia, setelah kaum penyihir lenyap dan Selena akan naik takhta. Meskipun tak semua warga turut bahagia dengan lenyapnya penyihir, tetapi berita ini membuat para penghuni istana merayakannya dengan penuh kebahagiaan.
"Akhirnya, Putri Selena akan diangkat menjadi putri mahkota, sekaligus tunangan Pangeran Hiro! Aku harap keduanya bisa berbahagia."
"Jika mereka bersama, sihir dan pelindungan kerajaan ini pasti akan kuat."
"Aku sangat menanti penyatuan mereka."
"Semoga mereka dijauhkan oleh hal-hal yang buruk."
Para pelayan bergosip ria, sekaligus mendoakan kebaikan bagi Selena. Sementara Selena sendiri, hanya bisa menyembunyikan ketakutannya di balik senyuman tipis. Beberapa orang mendandaninya dengan gaun cantik, dan riasan tipis. Mereka turut membisiki Selena dengan kalimat penyemangat, tetapi Selena merasa ada yang kurang dari penobatannya saat ini.
Selena kehilangan dua pangeran sekaligus. Padahal, dulu Stefan dan Jayden setia di sisinya, dan membantu Selena untuk menobatkan diri menjadi putri mahkota. Namun, sekarang? Selena sudah tak memiliki mereka. Bahkan, penolakan Jayden masih terngiang-ngiang di kuping Selena, meskipun gadis itu sudah merayu Jayden dengan cara sehalus mungkin.
"Stefan pergi, dan Jayden menolakku mentah-mentah. Aku sebenarnya tak khawatir jika Stefan memutuskan pergi, tetapi Jayden? Ancamannya membuatku takut," gumam Selena.
Ketakutan Selena semakin terlihat, ketika Selena masuk ke aula untuk mempersiapkan penobatan. Hampir setengah dari kursi tamu undangan tak terisi. Hal itu menandakan jika sebenarnya tak semua penghuni istana akan memberikan izin kepada Selena untuk menobatkan diri menjadi putri mahkota.
"Ada... ada apa ini? Kenapa hanya setengah kursi yang terisi?" tanya Selena bingung.
Hiro datang ke aula, dengan senyuman tipis. Pemuda itu langsung menghampiri Selena, dan mengajak Selena untuk pergi ke singgasana barunya. Namun, sebelum Selena menggenggam tangan Hiro, Selena sudah lebih dulu bertanya, "Hiro, ada apa ini? Kenapa hanya setengah penghuni istana yang datang ke tempat ini? Ke mana yang lainnya? Apa ini ulah Jayden?"
Hiro tersenyum lebar, lalu menggenggam erat tangan Selena. Setelah itu, dia berbisik, "Kau tidak perlu khawatir Selena. Mau apa pun yang Jayden lakukan hari ini, aku pastikan jika dia tak akan bisa melakukannya dengan benar."
"Lagi pula aku sudah menyusun jebakan baru untuk menjebak Jayden," lanjut Hiro.
"Jebakan... apa?" tanya Selena.
Hiro berkata, "Kau akan mengetahuinya nanti."
Di siang hari, istana bersinar gemerlap dengan sinar matahari yang merayap ke setiap sudutnya. Arsitektur istana yang megah terpancar dalam keindahan tiang-tiang marmer, yang dihiasi ukiran halus. Sementara permadani merah muda dengan motif emas, menambah pesona ruangan. Cahaya dari lampu gantung kristal berkilauan, memantulkan gemerlap di dinding-dinding setinggi langit-langit.
Tamu-tamu yang datang ke ruangan terlihat menawan dalam balutan pakaian pesta mereka. Gemerlapnya perhiasan yang memantulkan sinar matahari, menambahkan kilauan gemerlap di sekitar mereka. Di tengah-tengah keramaian, Selena tersenyum tipis, tetapi kegelisahannya tak tersembunyi di balik senyumnya.
"Sebentar lagi, kau akan naik takhta, tersenyumlah yang lebar," bisik Hiro sembari menggenggam erat tangan Selena.
Semua rakyat bertepuk tangan memberikan dukungan kepada Selena. Mereka tak sabar menunggu mahkota di letakan di atas kepala Selena. Begitu juga dengan Selena yang ingin segera mengakhiri acara ini.
Entah kenapa, bayang-bayang jika mahkotanya dirusak Sena terus menghantui pikirannya saat ini. Padahal, Hiro sudah memasang banyak perangkap supaya Sena dan Jayden, tak bisa mengganggu acara penobatan.
Ketika mahkota dengan berlian yang berkilauan, hendak diletakkan di atas kepala Selena, sebuah perubahan tak terduga terjadi. Langit yang tadinya cerah tiba-tiba diselimuti oleh awan gelap yang bergulung. Begitu pula dengan angin kencang berdesir membawa keheningan yang menakutkan. Gemuruh petir menyala di kejauhan, memecah perayaan dengan ketakutan.
Cahaya matahari berangsur-angsur menghilang, ditelan oleh gelapnya awan hitam. Tak lama kemudian, Sena muncul dengan jubah berwarna merah marun yang menyembunyikan rambut pirangnya. Tak ada senyuman, atau pun mata rubah berbinar penuh harapan. Sekarang hanya ada aura kegelapan, yang membutakan mata Sena untuk segera memenuhi dendam di hatinya.
"Sena?" gumam Selena. Selena ketakutan, dan Hiro malah tersenyum lebar menerima kedatangan Jayden dan Sena tanpa rasa takut.
Hiro berkata kepada Jayden, "Kau terlambat empat detik sebelum penobatan, kupikir kau akan dengan mudah melewati jebakan yang kubuat untuk kalian berdua."
Selena mengernyitkan kening, tak mengerti dengan rencana yang sudah Hiro susun. Sementara Jayden sendiri, tersenyum kecut dan menatap tajam ke arah Hiro. Pemuda itu menggenggam erat tangan Sena, kemudian menatap Selena dengan tatapan sinis.
Jayden tersenyum miris, lalu berkata, "Sebenarnya, percuma juga kami datang untuk mengacaukan acara penobatan Selena. Karena kenyataannya, tak dinobatkan saja, gadis itu sudah berani mengambil hak putri mahkota tanpa izin."
Sindiran Jayden membuat beberapa rakyat yang mendukung Selena berbisik-bisik. Mereka tak percaya jika Selena telah mengambil hak putri mahkota. Karena selama ini mereka pikir, Selena adalah putri yang penurut dan tak pernah melanggar aturan.
"Itu tidak mungkin, sepertinya Pangeran Jayden sudah salah menilai."
"Putri Selena tak mungkin seperti itu. Kami semua mengenal baik putri Selena."
"Selain lemah lembut, putri Selena juga tak mungkin melanggar aturan."
"Sepertinya ada yang salah dengan Pangeran Jayden."
"Ini karena dia terlalu banyak bergaul dengan penyihir. Aku dengar makhluk menjijikan seperti mereka akhirnya berhasil dimusnahkan juga. Tapi... kenapa penyihir matahari itu masih ada di sini?" jelas salah satu rakyat.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
TEMPTED BY SUN WITCH [SUNGSUN JAYNO]
Hayran KurguSean, seorang pemuda bermulut julid tak pernah sedikit pun tunduk pada pembuli. Namun, karena sikap teguh Sean dalam mempertahankan haknya, sekelompok pembuli sengaja mendorong Sean dari rooftop atas sekolah. Sean pikir ini adalah akhir hidupnya, ak...