Summer, 2009
Soobin menunduk, wajahnya ditekuk sebal, dua tangannya membolak-balik cokelat yang dia dapatkan dari kepala panti, sebagai sogokan agar dia tak ikut pergi bersama rombongan yang baru saja berangkat meninggalkannya.
Padahal Soobin sudah bilang berkali-kali kalau dia ingin ikut, bukan semata hanya untuk bermain-main, tapi dia ingin memastikan adiknya Beomgyu tidak menangis selama berada di sana. Namun Soobin gagal membujuk mereka.
"Beomgyu akan baik-baik saja, Yongbin kan juga akan ikut dalam rombongan kali ini, dia yang akan menjaga Beomgyu, jadi tak usah khawatir."
"Tapi kenapa aku tidak boleh ikut?"
"Kau kan sudah ikut di rombongan yang pertama. Kalau kau ikut lagi, nanti giliran yang lain malah semakin tertunda."
Soobin menghentakkan kakinya, kesal. Kenapa pula dia seorang diri harus masuk ke daftar rombongan yang pertama? Padahal dua saudaranya berada di rombongan yang kedua. Soobin jadi tak bisa mengawasi Beomgyu. Memang akan ada Yongbin, tapi dia tetap khawatir, meskipun mereka hanya akan pergi ke dokter gigi.
Masalahnya, Soobin yakin Beomgyu akan menangis. Anak itu sering kali takut kala mendengar suara mesin. Pasti dia langsung panik saat dibaringkan di tempat tidur, lalu dokter itu memaksa mulutnya untuk tetap terbuka agar gigi serta gusinya dapat diperiksa dan dibersihkan dari segala kotoran. Pasti akan kacau, akan ada banyak teriakan, Soobin yakin seratus persen. Beomgyu perlu kehadiran Soobin di sisinya, bukan hanya Yongbin saja. Yongbin nanti kewalahan kalau sendirian.
Kendati demikian, Soobin tetap tak bisa memaksa pergi. Dia mesti mengikuti aturan. Kepala panti sampai membujuknya dengan memberinya cokelat. Soobin ingat, kata guru di sekolah, kandungan yang ada di dalam cokelat itu bisa menghilangkan stres yang dialami manusia. Soobin tak terlalu mengerti sih, tapi yang pasti katanya cokelat bisa membuat bahagia dan menghilangkan kesedihan. Mungkin itu sebabnya kepala panti memberinya sebatang cokelat, agar Soobin tidak sedih gara-gara tidak bisa ikut menemani Beomgyu.
Daripada sedih, Soobin sebenarnya lebih merasa kesal dan marah. Dirinya juga tak habis pikir, kenapa kepala panti memberinya cokelat? Giginya kan baru dibersihkan kemarin, kenapa beliau malah menyuruh Soobin mengotorinya lagi?
Soobin menghilangkan amarah dengan berjalan-jalan mengelilingi halaman panti. Dia sempat berpikir ingin menyusul mereka, tapi tak dilakukan sebab tak tahu jalan. Soobin takut berakhir jadi anak hilang dan tak bisa kembali lagi bersama kedua saudaranya. Yang seperti itu lebih menyeramkan daripada apa pun.
Lantas, saat Soobin hendak melewati taman di dekat panti, perhatiannya tiba-tiba teralihkan pada seseorang yang sedang menangis di atas ayunan. Seorang anak perempuan. Kelihatannya sedih sekali, dia sampai sesenggukan. Meskipun tidak tahu alasan kenapa anak itu menangis, Soobin langsung merasa kasihan.
Mata Soobin menatap cokelat yang dibawanya. Katanya makanan ini bisa menghilangkan kesedihan. Kalau begitu, mungkin ini bisa menghilangkan kesedihan anak perempuan tersebut, Soobin tak tahan melihatnya menangis tersedu-sedu seperti itu.
Soobin menghampirinya, langsung saja duduk di ayunan kosong sebelah gadis tersebut. Lalu dia menyodorkan cokelat tersebut di hadapan anak perempuan yang masih menangis. Seketika anak gadis itu menatapnya penuh pertanyaan, sambil masih tetap tersedu-sedan.
"Makanlah, mereka bilang makan cokelat bisa membuatmu bahagia."
Ragu-ragu anak itu menerimanya. "Ini tidak beracun, 'kan?"
Soobin langsung menyangkal. "Tentu saja tidak. Aku mendapatkannya dari kepala panti, beliau bukan orang jahat."
"Oh, kalau begitu, terima kasih. Eh, tapi kenapa kau memberikannya padaku? Memangnya kau tak ingin memakannya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Hopeless Shadow || TXT Soobin
Fanfiction[romance, angst, brothership] Park Yerin itu kesepian. Sebab itulah Choi Soobin akan selalu mengikutinya ke mana pun seperti sebuah bayangan. Namun Soobin juga agaknya tidak menyadari, bahwa selama ini dialah yang paling kesepian. ** "Apa kau tahu k...