6

2.9K 287 13
                                        

_HTK_

"Ntar malem jangan lupa ya, di tempat biasanya," kata Christof pada teman-temannya, Rollan, Aldon, dan Zean.

"Siaplah," jawah Rollan.

"Gua duluan ya," pamit Christof sambil menyalakan mesin metornya. Mereka kini sedang berada di parkiran sekolah, akan pulang.

"Kita juga duluan," pamit Aldon pada Zean. Rollan yang pulangnya nebeng dengan Aldon, juga ikut pulang.

"Yoi, hati-hati bro," jawab Zean. Motor mereka mulai pergi, menyisakan Zean yang masih duduk di atas motornya. Dia membuka ponselnya, mengecek pesan yang dia kirim ke Shani beberapa jam lalu belum juga ada balasan.
"Tumben banget," gumam Zean.

Tak biasanya Shani, lama dalam membalas pesannya. Justru kadang malahan Shani yang terus-terusan menanyakan keadaan Zean, apa yang sedang dilakukan Zean, sedang bersama siapa Zean sekarang. Namun, sekarang entah kenapa Shani malah tak ada kabar. Hal itu membuat Zean tentunya khawatir.

Zean mencoba menelpon pacarnya itu, tapi justru suara operator yang dia dapatkan. "Coba ke rumah aja kali ya? Jangan-jangan Shani kenapa-napa lagi," monolog Zean. Dia memasukkan ponselnya ke dalam saku celana, kemudian mengenakan helm dan mulai menjalankan motornya.

Tak ingin rasa khawatir terus menghantuinya, Zean memilih untuk menengok keadaan Shani di rumah. Namun, sebelum itu, dia menyempatkan untuk mampir ke penjual roti bakar, untuk di bawa ke sana. Setelah mendapatkan roti bakar rasa keju kacang dan coklat, Zean melanjutkan perjalanannya lagi ke rumah Shani.

~HTK~

Ting tong~

Zean memencet bel pintu rumah Shani. Hingga pintu terbuka menampilkan Mama Shani. Zean langsung menyalimi tangan Mama Shani. "Baru pulang Zee?" tanya Mama Shani.

"Iya tan, baru aja terus ke sini mau ketemu Shani," jawab Zean, "Oh iya ini buat tante." Zean memberikan satu kotak isi roti bakar rasa coklat pada Mama Shani, yang diterima dengan senang hati dan dibalas senyuman.

"Shaninya ada kan?" tanya Zean.

"Ada kok. Dia di kamar, dari tadi ngurung diri. Pulang-pulang udah nangis, ditanya kenapa ga mau jawab. Tante jadi khawatir sama dia. Ga tau penyebabnya jadi kayak gitu. Kamu coba cari tau ya. Siapa tau dia mau terbuka sama pacarnya," jelas Mama Shani.

Kan benar apa yang Zean rasakan. Pasti terjadi sesuatu dengan Shani. Karna tak mungkin, pacarnya itu tiba-tiba hilang kabar. "Zean boleh ketemu sekarang?" tanya Zean.

"Boleh, langsung aja ke kamarnya ya," jawab Mama Shani menyetujui. Zean mengangguk, dia masuk langsung menuju kamar Shani.
Saat ingin membuka pintu, ternyata pintu itu terkunci dari dalam.

"Sayang, buka pintunya dong. Ini aku, Zean," kata Zean di depan pintu, sesekali mengetuknya. "Sayang?"

BRAK!

Zean tersentak kaget, hingga mundur beberapa langkah, karena mendengar seperti barang yang mengenai pintu dari arah dalam.

"PERGI LO! GA USAH KETEMU SAMA GUE LAGI! DASAR TUKANG SELINGKUH!" Itu suara Shani dari dalam kamar.

Zean tercengang, mendengar suara Shani yang marah seperti itu. Baru pertama kali ini Zean mendengar Shani semarah itu dari bicaranya. Zean kembali mengetuk pintu Shani khawatir, "Sayang, kamu kenapa? Buka pintu kamu sekarang!" pinta Zean.

Tak ada sahutan selain tangisan kencang Shani dari dalam. Zean semakin tambah khawatir. Dia ingin mendobrak pintu ini, tapi nanti malah rusak. Jadilah dia memilih mencari Mama Shani yang bersantai di dekat kolam renang, meminta kunci cadangan. "Tan, ada kunci cadangan kamar Shani ga? Kamarnya dikunci, aku suruh buka ga mau." Zean berusaha santai agar Mama Shani tak ikutan panik.

"Ada, kamu cari di kotak atas kulkas, di sana ada beberapa kunci, cari yang ada pita birunya, itu kunci cadangan Shani. Oh iya, kalau dia udah mau keluar, tolong suruh dia makan ya," kata Mama Shani.

"Oke, tan," jawab Zean. Tanpa berlama-lama dia langsung mencari kunci cadangan kamar Shani dan kembali ke kamar Shani. Dia membuka pintu Shani dan berhasil!

Zean cukup tercengang melihat keadaan kamar Shani sekarang. Sudah seperti kapal pecah! Seprai yang sudah terlepas dari kasur, bantal guling yang sudah terlempar entah kemana, barang-barang yang sudah berserakan di lantai. Tatapan Zean jatuh pada, pacarnya yang duduk di atas kasur menenggelamkan wajahnya diantara kedua lutut. Zean buru-buru menghampirinya.

"Sayang kamu kenap-"

"PERGI! JANGAN SENTUH-SENTUH AKU LAGI! PERGI SANA!" teriak Shani dengan wajah yang basah, dihiasi air mata.

"Kamu kenapa? Kenapa aku harus pergi?" tanya Zean bingung.

"KAMU JAHAT! KAMU SELINGKUH DARI AKU! AKU KURANG APA SAMPAI KAMU SELINGKUH?!"

"Siapa yang selingkuh Shani? Aku ga selingkuh," jawab Zean. Dia saja bingung dengan maksud Shani. Zean masih tak paham apa-apa. Tiba-tiba dituduh selingkuh? Bahkan dia saja tak ada dekat dengan wanita manap un, kecuali Shani dan keluarganya.

"BOHONG KAMU! KAMU JALAN SAMA CEWE LAIN!" Shani beringsut menjauh saat Zean mendekatinya kembali.

"Kapan aku jalan sama cewe lain?! Aku ga ada sama sekali Shani!" jelas Zean yang merasa pusing dengan tuduhan Shani.

"BOHONG!"

"Mana buktinya kalau aku jalan sama cewe lain?!" tanya Zean. Dia berusaha sabar, menahan emosi karena tuduhan ini. Shani mengambil ponselnya lalu mencari sesuatu untuk ditunjukkan pada Zean. "INI APA?! KAMU JALAN SAMA DIA! KAMU SELINGKUH! BILANGNYA GA BAKAL DEKET SAMA CEWE LAIN, INI APA?"

Zean melihat foto yang Shani tunjukkan. Ternyata itu adalah foto dirinya tadi pagi yang berjalan bersama Kathrin, saat membantu Kathrin membawakan buku paket. Zean tau sekarang. Shani hanya salah paham. Karna foto ini, Shani jadi mengira Shani selingkuh. Siapa yang berani ngirim foto itu?!

"Dengerin aku, kamu salah paham. Aku ga ada hubungan apa-apa sama cewe difoto itu. Aku cuma bantu dia bawa buku paket ke kelas karna dia keberatan bawa sendiri. Hanya itu!" Jelas Zean.

"AKU GA SUKA COWO PEMBOHONG!"

"Aku ga bohong Shani. Aku ga bohong, itu benar apa adanya. Aku cuma bantu dia. Lagian siapa yang ngirim foto ini ke kamu?!" tanya Zean. Shani menggeleng disela tangisnya. Dia juga tak tau siapa yang mengirim foto itu, karna hanya nomor tak dikenal, tanpa nama.

"Tuhkan, kamu aja ga tau siapa yang ngirim. Kamu jangan terhasut sama orang-orang kayak gitu! Mereka cuma mau ngerusak hubungan kita. Aku beneran ga ada selingkuh atau pun deket sama cewe lain. Lagian buat apa aku deket sama cewe lain, kan aku udah ada kamu," kata Zean. Dia perlahan menghampiri Shani dan meraih tangan Shani. Tak ada pemberontakan lagi. Zean langsung menarik tubuh Shani untuk dipeluk.

Tangisan Shani masih terdengar di dalam pelukan Zean. Zean hanya bisa menenangkan sambil mengusap punggung Shani. "Jangan selingkuh! Aku ga mau, kami pergi!" Kata Shani sambil memukul dada Zean tanpa tenaga.

"Iya, aku ga bakal selingkuh. Aku punya kamu, pukul aku kalau aku berani jahat ke kamu," balas Zean. Dia mencium puncuk kepala Shani berkali-kali, sambil memberi kata-kata penenang hingga tangisan Shani akhirnya berhenti. Zean menangkup wajah Shani, memperhatikan wajah Shani. Mata sembab, hidung berwarna merah, tak cocok sekali. Zean lebih suka melihat Shani tersenyum daripada menangis.

"Jangan nangis lagi ya cantik," ucap Zean, lalu mengecup sekilas dua mata Shani.


















Ulululu Shani nangis, kasihan.

Dua hari ini gw pulang kehujanan mulu, badan dah meriang tambah meriang. Kalau udh gini butuh duit sbagai obat🤡

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang