_HTK_
Shani dan Feni berjalan bersama sambil bercanda menuju parkiran. Kuliah hari ini telah usai dan mereka sudah bersiap untuk pulang. Shani kali ini tidak pulang bersama Feni melainkan dijemput Zean yang hari ini pulang cepat karena guru rapat.
"Gue duluan ya," pamit Feni karena sudah sampai di parkiran.
"Iya, hati-hati di jalan," sahut Shani. Namun, tiba-tiba ponsel Shani bergetar karena ada panggilan masuk, saat diliat ternyata itu adalah Aran yang menelpon.
"Kak Aran," ucap Shani menunjukkan pada Feni yang kepo. "Angkatlah," kata Feni.
"Gue males," jawab Shani lalu memilih mematikan panggilan. Namun, Aran kembali menelpon lagi. "Apa sih maunya orang ini. Ga ada berhenti-berhenti," kesal Shani.
"Coba dulu angkat, siapa tau ada yang penting," kata Feni. Dengan malas Shani pun mengangkat telpon dari Aran.
"Halo?!" jawab Shani sedikit ngegas.
"Halo Shan, akhirnya kamu angkat."
"Ada apa?"
"Aku di klinik. Mama kamu habis diserempet motor dan aku bantuin, sekarang lagi ada klinik."
"Apa?! Mama keserempot motor?! Kok bisa?!" Kaget Shani.
"Iya. Kamu ke sini aja, nanti dijelasin kronologinya."
"Sekarang di klinik mana?"
"Aku kirim lokasinya."
Panggilan berakhir. Shani telah mendapat alamat klinik yang Aran maksud. "Feni, tolongin anter ke klinik ya? Mama gue keserempet motor," pinta Shani dengan khawatir.
"Iya-iya. Lo kirim aja alamatnya, gue anterin. Ayo ke mobil gue," jawab Feni. Mereka bergeges untuk menuju lokasi klinik itu.
Setelah mobil Feni pergi, tak lama kemudian Zean datang dengan motornya. Berhenti di parkiran dan melihat sekitar yang masih ramai. Zean mencari keberadaan Shani yang tak ada keliatan batang hidungnya. "Shani kemana?" gumam Azizi. Dia melepas helmnya dan menunggu beberapa saat lagi, siapa tau Shani masih perjalanan kemari.
Namun, sekitar sepuluh menit kemudian tak ada tanda-tanda adanya Shani. Zean memilih untuk mengirim pesan pada Shani jika sudah sampai, tetapi ternyata tak ada balasan. Hanya centang dua abu-abu yang tak kunjung memberi serta tak ada kejelasan yang pasti.
"Apa Shani udah pulang karena gua lama? Ah gara-gara perut gua sakit nih!" Monolog Zean.
"Tapi kayaknya ga mungkin sih kalau udah pulang. Kan udah janjian gua jemput." Karena Zean merasa panas, dia memilih untuk berpindah tempat ke warung depan. Dia memarkiran motornya di depan warung bawah pohon dan membeli minuman botol karena haus. "Buk air dingin satu, berapa?"
"Tiga ribu mas." Azizi menyerahkan uang lima puluh ribu. Mata Azizi tak sengaja menatap rentetan rokok yang tersimpan di dalam almari kaca, yang jelas itu dijual. "Buk tambah rokok ini," lanjut Azizi. Mulut Azizi ingin kembali merasakan rokok. Jadi dia diam-diam masih mengonsumsi rokok, tanpa sepengetahuan siapa pun.
Sambil menunggu Zean duduk di atas motor yang terasa teduh karena tertutupi pohon. Dengan sebatang rokok yang sudah terapit di kedua jarinya, dia memperhatikan jalanan yang ramai akan penggunanya.
Di sisi lain Shani ditemani dengan Feni sudah sampai di klinik yang Aran kirimkan. Shani menghampiri ruangan Mamanya berada. Di sana sudah ada Aran yang menunggu dan Mamanya yang terduduk dengan kaki yang sudah diperban. Di sana juga ada dokter, sepertinya baru saja memeriksa keadaan Mama Shani.
"Saya permisi ya bu," pamit sang dokter.
Shani mendekat ke arah sang Mama dengan perasaan khawatir. "Ma gimana keadaan Mama? Kaki Mama parah ga? Kenapa bisa sampai kayak gini Ma?" Cerca Shani.
"Tenang nak. Mama ga papa kok. Tadi Mama keserempat motor. Kerjaan anak nakal, tadi jelas dia masih anak sekolah, tapi naik motor ugal-ugalan. Akhirnya Mama keserempet," jelas Mama Shani.
"Terus anaknya ketangkep ga Ma?"
"Dia lolos, tapi masih dibantu diselidiki sama warga sana. Untung tadi ada nak Aran yang bantuin Mama. Makasih ya nak," ungkap Mama Shani.
"Sama-sama tante," jawab Aran.
"Syukurlah, Shani khawatir. Makasih ya kak," ungkap Shani.
"Sama-sama Shani. Saya seneng kok bisa bantu," kata Aran.
"Terus kata dokter gimana?" tanya Shani pada Mamanya.
"Mama hari ini udah boleh pulang, tapi nunggu infusnya habis dulu. Sebentar lagi palingan selesai. Kamu laper ga Shan? Kalau laper temenin Aran makan gih, kasihan dia tadi katanya laper," kata Mama Shani.
"Shani ga laper kok Ma," jawab Shani. Lagian dia juga malas kali jika harus menemani Aran. Namun, Mama Shani menarik tubuh Shani untuk mendekat. "Temenin Aran makan nak, sebagai tanda terima kasih. Mama ga enak sama dia," bisik Mama Shani pelan.
"Tapi Shani males Ma," balas Shani.
"Sebentar aja ya? Dia udah rela bantuin Mama, terus ngurus soal pencarian anak yang brandal itu. Mama mohon temenin dia bentar. Ada Feni juga, kamu bisa ajak dia." Shani berdecak. Malas sekali jika sudah seperti ini. Jadi mau ga mau Shani harus menemani Aran.
"Kak Aran mau makan? Ayo, gue temenin sama Feni," kata Shani. Feni melebarkan matanya, terekjut karena tiba-tiba diajak makan juga.
"Berdua sama kamu aja ga bisa?" tanya Aran. Sebenarnya dia hanya ingin berduaan bersama Shani tanpa adanya orang ketiga.
"Yaudah kalau ga mau," kata Shani. Jelas dia tak akan mau jika hanya berdua bersama Aran.
"Eh eh! Aku mau kok. Ayo kita makan! Tante saya izin keluar bentar makan," pamit Aran.
"Iya sana. Tante akan istirahat sebentar," jawab Mama Shani.
Shani dan Feni akhirnya keluar diikuti dengan Aran. Mereka mencari tempat makan yang tak jauh dari klinik. Sambil menunggu pesanan datang tentu Aran terus mengajak Shani sang pujaan hatinya berbicara. Awalnya Shani yang merasa malas menanggapi pembicaraan Aran, tapi lama kelamaan Shani merasa jika Aran ini anaknya cukup asik juga.
"Hahaha, iya taukan kamu sama Pak Handoko yang botak itu? Kemarin kepalanya kejatuhan telur burung pas di berdiri di bawah pohon," kata Aran. Shani dan Feni tertawa mendengarnya. Aran berhasil membuat Shani tertawa. Sepertinya Shani mulai merasa selera humor Aran tak begitu buruk juga dan hampir sama dengannya.
Feni yang kini membuka hpnya kini terkejut karena melihat pesan Zean yang menanyakan keberadaan pacarnya. "Shan, Shan buka hp lo sekarang!"
"Kenapa?" Bingung Shani.
"Pacar lo!"
Shani membuka ponselnya ternyata sudah banyak pesan dan puluhan telpon dari Zean. "Astaga aku lupa!" Ponsel Shani yang di silent membuatnya tak tau jika Zean menghubunginya. Dan juga rasa khwatir karena Mamanya tadi membuat Shani lupa untuk mengabari Zean jika dirinya sudah pergi dari kampus.
Dia benar-benar lupa! Tak tau saja jika Zean di sana masih menunggunya hingga kini sedang mengobrol dengan bapak-bapak penjual telur gulung di pinggir jalan karena gabutz menunggunya.
Kabarnya Zean masih ngobrol sama penjual telur gulung sampai sekarang.
Dah gitu aja maap buat typo.
![](https://img.wattpad.com/cover/355446163-288-k439527.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA II [END]
Teen Fiction"Akan aku pastikan cerita kita berakhir Bahagia." _Zean Start : 5 Januari 2024 End : 27 Maret 2024 Revisi : 14 Juli 2024 Selesai : 14 Juli 2024