4

2.8K 277 21
                                    

_HTK_

"Sayang, aku harus pergi jemput kak Cindy nih, udah mau jam empat," kata Zean.

"Sebentar lagi aja. Katanya disuruh jam 4 kan, ini baru  jam setengah 4. Tunggu filmnya selesai," balas Shani. Jadi mereka sedang menonton sebuah film di laptop Shani. Dengan posisi Zean duduk bersandar di kepala ranjang dan Shani yang duduk di sela kakinya, bersandar di dada Zean.

Zean memainkan rambut Shani dan sesekali menciumnya. "Perjalanan ke sana kan nanti jam 4 sayang. Kasihan kak Cindy nunggu lama. Yang ada ntar aku kena omel sama dia," kata Zean.

"Kamu sogok pakek apa gitu, barang kesukaan dia biar ga marah. Sebentar lagi ya sayang, plishh," pinta Shani memohon. Dia mengeluarkan jurus andalannya, yaitu ekspresi sedih.

"Kalau disogok pakek yang dia suka ntar malah nglunjak dia. Yaudah, sepuluh menit lagi ya, habis itu aku pergi," putus Zean, menuruti keinginan Shani, yang masih ingin bermanja. Maklum, mulai jarang ada waktu berdua jadi ya gini kalau udah ketemu. Namanya juga anak muda.

"Nanti malem keluar mau ga yang?" tanya Zean. Dia tiba-tiba ingin mengajak Shani jalan-jalan. Seingatnya mereka pergi jalan-jalan malam, sekitar dua minggu yang lalu.

"Memangnya kamu ga ada tugas sekolah?" tanya Shani.

"Ga ada kok, aku free. Makanya aku mau ajak kamu jalan. Aku kangen jalan berdua sama kamu," jelas Zean.

"Yaudah aku mau. Ntar malem kita mau jalan-jalan kemana?" tanya Shani.

"Aku kemarin nemu tempat nongkrong di bukit gitu. Bagus tau tempatnya," kata Zean.

"Tempat nongkrong? Di bukit? Tau darimana kamu tempat itu? Kamu udah pergi ke sana sama siapa aja? Kamu ga pergi sama cewe lain kan?" tanya Shani sambil menatap Zean penuh selidik.

"Eh, nggaklah sayang. Aku kemarin ke sana sama anak-anak OSIS, biasa nongkrong bareng gitu. Kalau cewe ya pasti ada, tapi kan ga berduaan, rame-rame," jelas Zean, berusaha tenang. Aslinya dia takut parah, apa lagi melihat tatapan dari Shani yang amat sangat tajam, setajam Silet.

"Awas aja kalau sampe jalan sama cewe lain," peringat Shani.

"Nggaklah sayang. Aku kan cuma mau jalan sama kamu doang," kata Zean sambil memeluk erat tubuh Shani. Menenggelamkan wajahnya di pundak Shani.

___
Peringatan! Ada adegan anuan dikit. Yang ga bisa baca bisa di skip aja.
____

Mereka kembali menonton film yang bergenre romance itu. Hingga suara decakan akibat ciuman yang terjadi di dalam scene film itu membuat Shani mau pun Zean merasa panas. Zean menelan ludah kasar, saat melihat pemeran pria itu menggerayangi tubuh dari wanita. Tubuh Zean menjadi merinding karena elusan tangan Shani di kakinya. Entah setan apa yang merasuki Zean, kini dia tanpa sadar tangannya menanggkup kedua buah dada Shani yang masih terbungkus, lalu memijitnya pelan. Tak ada penolakan dari Shani, justru dia hanya diam dan menikmati setiap sentuhan yang Zean berikan.

"Emmhh~" lenguh Shani, tak kuasa menahan kejahilan tangan Zean. Zean sontak berhenti seakan tersadar dengan apa yang dilakukan. Dia hendak menyingkirkan tangannya, tapi siapa sangka Shani malah menahan tangan Zean untuk tetap di sana. "Lagi," pinta Shani dengan lirih. Dia mendongak memperhatikan wajah Zean yang memerah.

Zean memperhatikan wajah Shani yang seperti terselimuti kabut nafsu, sangat Sexy. Tanpa babibu, Zean mencium bibir pacarnya itu, bergulat lidah di dalam sana. Dengan tangannya yang perlahan kembali meremas buah dada Shani. Tangan Zean semakin lancang, dia memasukkan tangannya ke dalam baju Shani, lalu mengeluarkan milik Shani dari bungkusnya. Shani tak mengelak sama sekali, justru dia senang, jika Zean berani bertindak lebih kepadanya. Agak sedeng emang, tapi bagi Shani tak apa selagi itu Zean, dia rela memberikan apa saja.

Shani dibuat merinding karna tangan Zean yang sudah memainkan miliknya secara langsung. Bibir mereka semakin beradu. Leher Shani merasa mulai pegal akibat mendongak, membalas ciuman dari Zean. Shani terus melenguh karena titik kenikmatannya berhasil Zean mainkan.

Tok tok tok~

"Shani ada paket kamu di luar!" Itu suara Mama Shani.

Dua sejoli yang sedang dimabuk nafsu langsung gelagapan, merapikan pakaian masing-masing. Bibir mereka membengkak, akibat ciumana yang baru saja terjadi. Wajah mereka sama-sama memerah. Nafsu dan rasa malu bercampur menjadi satu.

"Ah, hem, paket kamu," kata Zean gugup.

"Yah. Ak-aku beli skincare kemarin, kayaknya itu dah dateng," jawab Shani.

"Kalau gitu ayo ke depan. Aku sekalian mau pulang, mau jemput kak Cindy, udah hampir jam 4," kata Zean. Mereka sama-sama tak mau melihat satu sama lain. Mereka malu.

"Ah, ya. Ayo ke depan," kata Shani. Zean membereskan barangnya, lalu keluar dari kamar mengikuti Shani yang mendahului.

Di depan rumah ternyata benar sudah ada tukang paket yang menunggu. Itu adalah paket skincare pesanan Shani beberapa hari yang lalu. Shani berterima kasih pada kang kurir kemudian kang kurir itu pergi.

"Aku pergi dulu sayang. Nanti malem jam 7 aku jemput," pamit Zean.

"Iya. Hati-hati di jalan. Kabari aku kalau udah sampe," jawab Shani. Zean mengangguk lalu menjalankan motornya pergi.

Sedangkan Shani buru-buru menutup pagar rumahnya lalu berlari masuk ke dalam rumah. Dia masuk ke dalam kamar lagi dan menutup pintunya rapat. Dia bersandar pada pintu, kepalanya kembali terputar adegan yang tadi terjadi. Shani memegang dadanya, dia masih ingat betul rasa dari kejahilan tangan Zean itu. Pipinya memerah malu, tapi di sisi lain dia senang.

"AH ZEAN! I LOVE YOU!" Teriak Shani.

"Shani jangan teriak-teriak!" Kata Mama Shani, ternyata suara Shani sekencang itu sampai Mamanya yang berada di lantai satu mendengarnya.


















Upss, kayaknya harus mulai dikasih tanda 17+ wkwk.

Maapin yaw. Jangan ditiru adegan kayak gitu. Ga baik. Ini cuma cerita, jangan dibawa ke dunia nyata. Pilih yang baik, buang yang buruk.

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang