_HTK_
Hari-hari terus berlalu. Untuk kedekatan Husen dan Shani kini sudah kembali seperti waktu dulu, sebagai seorang sahabat. Shani atau pun Husen selalu saling meluangkan waktu jika satu diantara mereka membutuhkan bantuan untuk menamani atau hal ini.
Namun, terkadang lancangnya Husen malah sesekali mengikuti kemanapun Shani pergi saat bersama Zean. Hal itu pastinya membuat Zean menjadi kesal. Memang Zean telah membiarkan Shani jika ingin kembali berteman. Namun, perlu digaris bawahi hanya sebatas teman. Zean tak mau jika Husen malah menjadi pengacau dihubungan mereka. Dan Shani mengiyakan hal itu.
Akan tetapi seiring berjalannya waktu sikap Husen yang seperti itu membuat munculnya perdebatan diantara Zean dan Shani. Zean kesal karena adanya Husen, sedangkan Shani terus membela Husen kalau Husen hanya ingin bersenang-senang dan tak bermaksud mengganggu mereka. Perdebatan semacam itu sudah tidak sekali dua kali terjadi.
Seperti saat ini. Zean kembali mengajak Shani untuk bermalam minggu. Akan tetapi Husen lagi dan lagi mengganggu. Zean sempat berbicara berdua dengan Husen sebelum berangkat, untuk tidak ikut dan menggangu kencan mereka.
"Plis bang, lu jangan ikut kali ini. Ini waktu berdua gua sama Shani, jangan lagi lu ikut-ikut lah. Tolong sekalu aja," pinta Zean dengan frustasi.
"Apa salahnya? Gua cuma pengen jalan-jalan juga. Gua ga akan ganggu kalian berdua," jawab Husen.
"Lu kalau mau jalan-jalan, pergilah sendiri. Banyak tempat yang bisa lu datengin tanpa harus ngikutin gua sama Shani. Kenapa lo selalu ngintilin kita berdua sih? Jujur gua sebagai pacar Shani, merasa terganggu dengan adanya lu," ungkap Zean.
"Gua cuma mau jagain Shani ga lebih. Dan memang kenapa kalau tempat yang gua tuju juga sama kayak kalian? Lagian tempat umumkan?" jawab Husen lagi. Cukup menyebalkan memang.
"Ah! Tapi lu selalu ganggu kencan gua sama Shani!" kesal Zean. Ingin sekali dia menonjok wajah Husen sekarang juga.
"Tapi Shani ga ngerasa keganggu, Soo? Gua bakal tetep ikut," putus Husen dengan santainya.
"Ah anjing lo!" lontar Zean kesal.
"Heh, ada apa ini?" tanya Shani yang keluar dari rumah dengan pakian yang rapi. Sudah siap untuk kencan malam minggu ini. "Husen, jadi ikut?" tanya Shani.
"Jadi dong," jawab Husen dengan semangat.
"Kamu kenapa Zean? Wajah kamu kok kayak kusut banget gitu," tanya Shani karena melihat wajah Zean yang seperti kain belum disetrika, dan seperti sedang kesal.
"Aku mau ngomong berdua sama kamu," kata Zean. Kemudian mereka berdua menatap Husen. Husen yang peka pun memilih untuk menunggu di dalam mobil. "Oke, gua ke mobil dulu," kata Husen.
"Mau ngomong apa?" tanya Shani setelah Husen masuk ke dalam mobil. Melihat wajah Zean yang nampak serius, Shani jadi bingung.
"Shan, bisa ga kali ini Husen ga usah ikut kita? Aku butuh waktu berdua sama kamu, tanpa adanya Husen. Kamu sadar ga? Kalau Husen itu jadi pengganggu setiap kita lagi berdua. Aku rasanya ga nyaman Shan," ungkap Zean. Dia harap Shani setuju dengan apa yang dia katakan.
"Husen ga akan ganggu kita Zean. Kasian dia kalau ga diajak. Apalagi dia udah siap di sini, masa tiba-tiba kita usir dia dan ga izinin dia ikut? Kamu tega?"
"Tega! Aku tega bilang ke dia buat ga usah ikut dan ganggu kita berdua. Aku cape Shan selalu aja diganggu. Kita udah jarang punya waktu berdua loh kalau kamu sadar. Kamu sibuk kuliah dan aku sibuk sekolah. Aku tau kalau kamu sering ngehabisin waktu berdua sama Husen, aku tau itu Shan. Dan setiap kita ada waktu buat berduaan selalu saja ada Husen ditengah kita. Apa kamu ga ngerasain risih? Dan apa kamu ga ngerasa kalau adanya Husen malah bisa jadiin kita renggang?" Tutur Zean menggebu-gebu. Namun, dia tetap menahan emosinya. Dia tak akan tega marah sampai menggunakan nada tinggi, kecuali jika batas sabarnya sudah hilang.
"Husen temen aku Zee."
"Tapi aku pacar kamu! Gini deh, kalau aku kasih pilihan kamu milih prioritasin aku atau Husen?" terbitlah pertanyaan dari Zean yang membuat Shani pusing. Zean pacarnya, tapi disisi lain Husen adalah sahabat kecilnya yang selalu menemaninya. Mereka sama-sama berarti bagi Shani. Lantas siapa yang harus Shani pilih?
"Kenapa diem? Jawab dong. Apa jangan-jangan kamu pilig Husen?" Raut wajah kecewa sangat terlihat diwajah Zean.
"Ga gitu Zean. Bagi aku kalian berdua sama-sama penting—"
"Aku pacar kamu loh Shan. Masa kamu pilih dia. Oke aku paham kalah dia adalah sahabat kecil kamu. Sahabat yang selalu nemenin kamu pada waktu apapun, tapi setelah itu dia hilang kan? Dia pergi tanpa kabar. Dan aku? Aku memang orang baru dihidup kamu, tapi aku udah luangin waktu buat kamu. Karena aku cinta sama kamu, aku anggap kamu orang yang spesial. Aku yang selalu nemenin kamu sekarang. Tapi kenapa dengan mudahnya Husen menggeser itu setelah lamanya dia hilang? Sebegitu ga berartinya kah aku dihidup kamu, sampai-sampai gampang sekali aku terganti?" Mata Zean menjadi redup, seperti kesedihan sangat amat dia pendam. Shani menelan ludahnya dengan sulit, dia merasakan kesedihan dan kekecewaan yang Zean rasakan. Hingga dia ingin menangis sekarang.
Zean memalingkan wajahnya kecewa, "kayaknya lain kali aja kita jalan. Aku ga mau pergi kalau ada Husen. Maaf kalau kekanak-kanakan dan maaf karena bikin waktu kamu terbuang buat perdebatan yang mungkin menurut kamu ga penting." Setelahnya Zean berbalik menuju motornya.
"Zean, Zean! Mau kemana? Jangan dulu pergi Zean!" tahan Shani. Namun, Zean tak peduli dan dia tetap pergi dari sana. Kencan malam itu gagal.
Melihat kepergian Zean, Husen keluar dari mobil dan menghampiri Shani. "Dia mau pergi kemana? Ga jadi keluar malam ini?" tanya Husen.
"Mending kamu pulang. Aku udah ga mood pergi!" kata Shani. Suasana hatinya kacau. Dia tak ingin diganggu siapapun. Shani kembali ke kamar dan menangis di sana.
Sabar dulu jangan pada emosi.
Dah gitu aja maap buat typo.

KAMU SEDANG MEMBACA
HANYA TENTANG KITA II [END]
Roman pour Adolescents"Akan aku pastikan cerita kita berakhir Bahagia." _Zean Start : 5 Januari 2024 End : 27 Maret 2024 Revisi : 14 Juli 2024 Selesai : 14 Juli 2024