11

2.2K 231 15
                                    

_HTK_

Hari ini Zean akan berlatih basket untuk mewakili lomba yang akan diselenggarakan dua minggu lagi. Zean dan yang lain sudah berganti baju dan kini sedang melakukan pemanasan di lapangan basket, mulai dari berlari 5 kali putaran dilanjut dengan gerakan pemanasan, dan kemudian mencoba bola basket, dengan saling umpan dan lain-lainnya. Mereka terus berlatih di bawah panasnya matahari di pagi hari, yang membuat keringat mengalir membasahi tubuh.

"Istirahat dulu anak-anak, nanti dilanjut lagi. Kalian bisa minum atau mau makan dulu boleh," kata guru pelatih.

"Iya pak!" Jawab mereka serentak. Semua bubar untuk mencari tempat teduh.

Zean duduk di tribun, meneduh di sana sambil menggerak-gerakkan bajunya, mencari udara agar memasuki dalam baju. Napasnya masih terengah. Dia lelah lari ke sana kemari mempertahankan bola basket sedari tadi.

"Mau ke kantin ga Ze?" tanya Vino.

"Nanti aja deh. Lo duluan aja kalau mau ke kantin," jawab Zean. Dia masih malas jika harus beranjak pergi.

"Mau nitip?" tawar Vino.

"Ga. Nanti kalau udah ga cape gua nyusul," jawab Zean.

"Oke." Vino diikuti beberapa anak yang lain meninggalkan lapangan dan pergi ke kantin. Hanya sisa beberapa anak lagi yang masih berada di lapangan termasuk Zean.

Zean mencari tas dan mencari ponselnya. Tentu dia langsung mencari kontak pacarnya. Shani bilang kelasnya hari ini kosong dan rencana akan keluar bersama Feni, tapi tidak memberi tau Zean tempatnya dimana. Hal itulah yang membuat Zean kepo. Apa lagi setelah itu tak ada kabar lagi sampai sekarang. Zean mendengus kesal. Merasa lelahnya berkurang, dia berdiri dan beranjak ingin menyusul Vino ke kantin. Karna lama-lama dirinya merasa haus, tenggorokkannya butuh air.

Namun, Zean dikejutkan saat berjalan melewati dibelokan Lapangan Basket ada seseorang yang menghadangnya. Orang itu tersenyum sambil membawa sebotol air minum dan sekotak bekal di tangannya. "Sayang?" Kaget Zean. Dia bingung, bagaimana Shani bisa di sini? Di sekolahnya?

"Kok kamu bisa di sini?" tanya Zean.

"Mau nemenin kamu latihan," jawab Shani dengan santai.

"Ha? Katanya tadi mau keluar sama kak Feni, ga jadi kah?" tanya Zean lagi.

"Jadi kok. Ya ke sini tujuannya," jawab Shani.

"Kok bisa?" Zean masih bingung.

"Aku jelasin, tapi sambil kamu makan. Aku tau kamu cape, lihat keringet kamu udah kayak orang mandi gini. Kamu tambah sexy kalau kayak gini. Untung ga ada cewe lain, aku ga rela kalau ada cewe lain yang liat kamu dengan kondisi kayak gini," kata Shani.

"Ke tribun, kita duduk di sana," ajak Zean.

"Rame ga?" tanya Shani, sambil berjalan beriringan dengan Zean.

"Nggak. Yang lain istirahat ke kantin," jawab Zean.

Beberapa anak yang mengenal Shani, otomatis saling menyapa. Meski pun Shani sudah lulus, tapi mereka masih tetap mengenal Shani, dan bersikap ramah. Zean mengambil tempat seperti tadi di tribun yang sama sebelah tasnya. Diikuti Shani di sisinya.

"Nih minum." Shani memberikan sebotol air mineral untuk Zean, yang langsung diterima dan diminum. Zean bernafas lega merasakan tenggorokkannya terasa basah kembali. Shani mengambil alih botol tersebut lalu ikut meminum dari botol yang sama.

"Kamu tadi udah sarapan?" tanya Shani sambil membukakan bekal yang dia bawa, yaitu nasi goreng dan ayam goreng.

"Udah, tapi cuma sedikit karna buru-buru," jawab Zean.

"Hem, sekarang kamu makan, aku suapin." Shani dengan penuh perhatian menyuapi Zean seperti anak kecil.

"Hem, enak banget masakan pacar aku," ungkap Zean. Shani hanya tersenyum menanggapi, lalu kembali menyuapi Zean.

"Jadi, kenapa bisa di sini? Dan kak Feni mana?" tanya Zean, masih kepo.

"Jadi aku ke sini sama Feni, sama Roby juga. Cuma iseng aja sih main-main ke sini, sekalian liat adik-adik OSIS yang baru. Gimana kamu sekarang jadi Senior, baikkan ke adik-adik?"

"Ee.. baik dong," jawab Zean sedikit gugup. Karna sebenarnya dia sudah tak terlalu ikut campur dengan organisasi ini semenjak penerimaan anggota osis yang baru. Apa lagi sekarang kegiatan sudah banyak diambil alih oleh adik kelasnya, jadi membuat Zean merasa mulai terlepas dari organisasi ini.

"Beneran?" tanya Shani penuh selidik.

"Iya dong beneran!" jawab Zean dengan yakin.

"Bagus kalau gitu. Nih, A' lagi." Zean menurut, kembali membuka mulutnya menerima suapan.

"Hayoyooo, dicariin kemana-mana, ternyata ada di sini lagi ngebucin," celetuk Feni yang baru saja bergabung.

"Heheh... kasihan pacarku cape," kata Shani.

"Kasihan sama aku juga dong Shan, cape nih nyariin," balas Feni.

"Maaf deh. Roby mana?" tanya Shani.

"Lagi sama Pak Radit, ngobrolin sesuatu, makanya terus aku cariin kamu," jelas Feni.

Kalian tak usah heran jika Shani atau Feni terkadang tidak konsisten. Kadang menggunakan kata 'lo-gue' atau 'aku-kamu' semua tergantung mereka sendiri, senyamannya aja.

"Zean, mau ikut lomba ya?" tanya Feni pada Zean.

"Iya kak," jawab Zean.

"Semangat ya. Kalau menang jangan lupa traktirannya."

"Kalau ga lupa ya kak," jawab Zean.

"Bakal diingetin kalau lupa. Pokoknya harus traktiran."

"Belum tau juga bakal menang atau nggak kak," kata Zean.

"Yakin aja kalau bakal menang," kata Feni.

"Aamiinn."

Dari jarak yang cukup jauh, seseorang mengepalkan tangan menatap ke arah mereka dengan tak suka. Harusnya gua yang ada diposisi itu, bukan lo Zean! Harusnya gua yang diperhatiin, bukan lo! Batinnya geram.














Wp eror anyink. Gw ga ada dpt notip cerita, masa kudu nyariin satu". Padahal gua pen baca critaaaaa

Malas kali bah!

Dah gitu aja maap buat typo.

Harus banget besok nih?🙂🙃

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang