2

3K 259 10
                                    

_HTK_

Angin berhembus menerpa wajah tampan Zean. Tangannya sesekali mengusap tangan Shani yang melingkar di pinggang, sedangkan tangan satunya memegang stang motor. Helm milik Zean sengaja diberikan Shani agar dipakai. Bisa-bisanya Zean lupa tak membawa helm untuk Shani, jadilah seperti ini. Meski pun dia yang menyetir, tapi keselamatan pacarnya lebih penting.

"Gimana kamu sekolahnya hari ini?" tanya Shani dari balik helm yang dikenakan.

"Biasa aja. Semua nampak biasa aja, karna kamu udah ga ada di sana. Aku bosen, ga ada yang aku jadiin semangat kalau di sekolah," jelas Zean.

"Kan tiap hari aku udah semangatin kamu terus sayang," imbuh Shani.

"Ya, tapi cuma dichat, ga ke aku secara langsung. Aku pengen cepet lulus biar bisa kuliah bareng kamu biar bareng kamu terus," ungkap Zean.

"Belajar dulu yang bener bocah," kata Shani, sambil mengacak rambut Zean dari belakang. Zean tertawa setelahnya.

"Kalau kamu gimana, kuliahnya? Lancarkan? Dan masih ada yang godain ga?" tanya Zean. Sering kali Shani bercerita kesehariannya yang terus saja digoda oleh banyak lelaki, hingga membuatnya malas dateng ke kampus. Bahkan ada juga yang terang-terangan menembak Shani, pasti tentu hasilnya zonk.

"Kuliah lancar, walau pun semakin ke sini semakin pusing, tapi it's ok. Kalau yang godain masih banyak, tapi ga aku tanggepin. Tadi pagi ada yang ngasih aku coklat, tapi ga aku terima. Aku kasihin aja ke Feni," jelas Shani.

"Bagus, jangan terima barang dari siapa pun. Aku bisa ngasih kamu lebih, jangankan coklat, seluruh hidupku aja, aku rela kasihin ke kamu," gombal Zean.

"Apa sih kamu ini." Shani mencubit pelan pinggang Zean. Motor Zean berbelok ke sebuah Cafe, memarkirkan motornya di sana. Zean membantu melepaskan pengait helm Shani kemudian merapikan anak rambut Shani yang sedikit berantakan.

Mereka berdua berjalan memasuki Cafe, mencari keberdaan teman Shani yang katanya sudah lebih dulu sampai. "Mereka dimana?" tanya Zean. Shani memperhatikan setiap meja, mencari temannya. "Ah itu dia mereka," tunjuk Shani pada salah satu meja di pojokan. Shani menarik tangan Zean untuk mendekat ke meja tamennya.

"Hai," sapa Shani.

"Akhirnya lo dateng juga Shan," kata salah satu temen perempuan Shani.

"Udah nunggu lama kah?" tanya Shani.

"Nggak juga, kita lagi nyantai, duduklah Shan," kata Feni.

Shani melihat hanya satu kursi yang tersisa, sedangkan dia bersama Zean. Zean yang paham dengan apa yang ada dipikiran Shani, memilih mencari meja lain saja. Toh di sini Shani akan mengerjakan tugas bersama temannya. Tak enak rasanya jika dia mengganggu. "Ga papa, aku cari meja lain aja. Tuh, aku di meja sana ya?" kata Zean sambil menunjuk meja yang tak jauh dari meja yang Shani akan tempati. "Aku pesen dulu, kamu tunggu aja di sini," kata Zean, kemudian dia beranjak pergi.

"Dia pacar lo Shan?" tanya teman Shani, sebut saja Windi.

"Iya itu pacarku," jawab Shani.

"Oh jadi dia yang ternyata bikin lo nolak semua cowo idaman di kampus. Masih anak SMA ternyata," sahut teman Shani yang lain, namanya Rina.

"Mereka udah jadian sejak SMA. Maklum kalau Shani bucin banget, orang dulu buat dapetin aja susah, ya gak Shan?" kata Feni.

"Namanya juga setia, jadi harus bener-bener fokus ke satu cowo aja. Aku ga mau sampe putus," ungkap Shani.

"Tapi diliat-liat ganteng juga sih. Kalo lo bosen sama dia, kasih ke gue aja Shan. Gue mau jadi ganti lo," kata Windi sambil bertopang dagu memperhatikan Zean yang sudah bermain dengan ponsel miringnya.

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang