7

2.7K 267 11
                                    

_HTK_

Malam ini Zean mengajak Shani keluar, untuk memperbaiki mood Shani yang sedang tak baik, akibat kesalah pahaman yang siang tadi terjadi. Angin malam menerpa wajah mereka. Tangan Shani melingkar indah dipinggang Zean dan dagunya diletakkan dipundak Zean.

"Kita ga papa keluar ga pakek helm?" Tanya Shani, sebab mereka kini keluar tanpa mengenakan helm.

"Ga papa, aman kok. Polisi ga bakal berani nilang kita kalau aku yang naikin motor," jawab Zean santai.

"Pede banget. Kalau tiba-tiba ditilang polisi gimana?"

"Kalau polisinya cowo ntar aku ajak ngopi, biar ga ditilang, kalau cewe aku ajak pacaran aja siapa tau mau- ADUH!" Zean memekik kesakitan karna merasakan cubitan dipinggangnya.

"Berani?" tanya Shani dengan ancaman.

"Bercanda sayang. Cuma kamu satu-satunya, ga ada yang lain," jawab Zean. Dia mengsuap bekas cubitan Shani yang terasa panas.

"Jangan ngomong gitu lagi, aku ga suka," ungkap Shani.

"Iya sayang. Maafin ya?" Zean kembali mencari tangan Shani untuk memeluk pinggangnya.

~HTK~

Motor Zean terparkir di pinggir jalan raya, berjejer diantara banyaknya motor yang lain. Tempat yang akan dia dan Shani datangi adalah sebuah Street food. Ramai sekali yang berkunjung ke sana. Zean menerima nomor parkir sebelum dia meninggalkan motornya.

"Ayo sayang." Zean meraih tangan Shani dan mengajaknya berjalan. Karna Zean memarkirkan motornya cukup jauh dari area Street food itu, jadi mereka jarus jalan kaki beberapa meter untuk sampai di tempat.

"Kamu mau beli apa nanti di sana?" tanya Zean sambil menatap wajah Shani dari samping.

"Ga tau, aku belum tau ada apa aja di sana," jawab Shani.

"Nanti kamu bilang aja ya mau apa, aku bakal turutin. Mau itu bakso, pentol, telur, corndog, bakwan, tempe, takoyaki, sosis bilang aja. Aku bakal beliin semua buat kamu," kata Zean.

"Nama makanan semua aja kamu sebutin. Kamu udah cocok jadi penjual makanan," kata Shani. Zean terkekeh mendengarnya. "Kalau aku ikut jualan, pasti laris banget. Secara aku kan ganteng, pasti banyak yang mampir buat beli jualan aku," kata Zean.

"Ntar aku bakar jualan kamu, biar ga ada yang mampir beli," sahut Shani. Jelas Shani tak terima jika itu terjadi. Melihat pacarnya di kerumuni banyak cewe, ingin rasanya Shani menjambak mereka satu-satu. Shani tak mau membayangkan.

"Jangan jauh-jauh sayang, rame, nanti kamu kenapa-napa. Genggam terus tangan aku, kita nyebrang," titah Zean.

"Kamu kira aku anak kecil yang bakal ilang kalau ga dipegangin?" tanya Shani.

"Mau kamu udah gedhe atau masih kecil, aku akan tetap genggam tangan kamu agar tidak hilang. Tangan ini-" Zean mengangkat tangan mereka yang saling bertaut, "-tangan ini hanya aku yang boleh pegang, tak ada yang lain," kata Zean. Seakan terhipnotis, Shani mengangguk, menyetujui pernyataan Zean.

Zean menarik tangan Shani, mengajaknya menyebrangi jalan raya untuk bisa sampai ke area Street food. Banyak makanan yang tersedia di sini. Mulai makanan, jajanan dari Indonesia ataupun khas luar. Semua nampak menggiurkan. Mereka sampai bingung harus mulai darimana dulu.

"Kamu mau apa sayang?" tanya Zean. Dia sebagai cowo, nurut saja dengan apa yang diinginkan cewe.

"Kayaknya toppokinya enak," ucap Shani. Zean yang mengerti langsung mengajak Shani mendekati penjual toppoki itu. Setelah memesan dan membayar, Zean mendapatkan satu porsi toppoki. Dia sengaja hanya beli satu porsi untuk Shani, kalau untuk Zean mah bisa minta ke Shani. Milik Shani miliknya juga, seperti itulah mereka.

"Hati-hati panas," peringat Zean, melihat Shani hendak melahap toppoki yang masih terlihat uap panasnya.

"Hemm, mantap!" ucap Shani sambil menunjukkan ibu jarinya, memberi nilai toppoki ini. Shani dengan perhatian juga menyuapkan untuk Zean yang tentunya senang hati diterima oleh Zean.

Selanjutnya Zean membeli dua buah corn dog. "Pelan-pelan sayang kalau makan," peringat Zean, melihat Shani makan dengan lahap.

"Makananya enak-enak banget, aku suka. Aku mau tambah satu lagi," ungkap Shani. Zean, tersenyum merasa puas karna pilihan mengajak Shani ke sini tak salah.

"Kita beli minum yuk. Dari tadi makan terus, tapi ga minum, nanti tenggorokannya jadi kering," kata Zean. Shani menurut saja, dia berjalan dengan tangan yang masih memegang satu tusuk corn dog yang belum dia makan.

Saat mengantri membeli es, Zean melihat temannya, Vino yang ternyata juga berada di sini. "Vin, lo di sini juga?" panggil Zean.

"Loh, Zean? Iya, gua lagi nemenin adek, lagi cari jajan di sini," jawab Vino. Dia melirik perempuan yang dulu menjadi kakak tingkatnya yang berada di sisi Zean. Vino tersenyum ramah pada Shani.

"Mana adek lo?" tanya Zean.

"Masih antri dipenjual itu. Sambil nunggu gua beliin minum buat dia," jawab Vino. Zean mengangguk paham. Sedangkan Shani tak menghiraukan pacarnya yang tengah berbincang dengan Vino. Dia hanya fokus pada corndognya yang tinggal sedikit. "Gua duluan ya, dah dapet nih," pamit Vino.

"Yoi, sana temenin adek lo," jawab Zean. Vino mengangguk, kemudian tersenyum lagi pada Shani, bertanda pamit. Shani mengangguk mengiyakan. "Kamu ya, kalau makan belepotan gini," kata Zean sambil membersihkan bercak caos di sudut bibir Shani.

"Iyakah? Aku ga tau," jawab Shani.

Diam-diam seserang mengepalkan tangan tak suka dengan kemesraan Zean dan Shani. Dia kini hanya bisa memperhatikan mereka dari jauh, dengan perasaan tak suka.

Zean dan Shani melanjutkan kegiatan mereka mencicipi setiap makanan yang nampak menarik dan menggiurkan. Malam ini perut mereka merasa kenyang. Pasti setelah ini saat di rumah akan berhasil tidur dengan nyenyak. Di sisi lain, Zean merasa senang berhasil membuat mood Shani kembali.

 Di sisi lain, Zean merasa senang berhasil membuat mood Shani kembali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





























Jan lupa mam semua...

Dah gitu aja maap buat typo.

HANYA TENTANG KITA II [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang